peramal? Ah yang benar saja, ngawur ini artikel!
Semua orang bisa jadi"Mau ke kantor pos, ya?"
"Eh kok tahu?"
"Dari penampilanmu."
Apakah kamu mempunyai kenalan yang entah bagaimana kadang-kadang tebakannya suka benar padahal tidak punya indra ke-enam? Ini bukan topik seperti Indigo atau Clairvoyant ya, tetapi lebih pada logika. Setelah saya pikir kembali, ini adalah opini pribadi, mungkin saja semua orang bisa menjadi peramal. Tentunya dengan kondisi yang memungkinkan. Syaratnya hanya satu, yaitu menguasai banyak hal tidak terkecuali ilmu pengetahuan. Seperti yang bisa kita contoh, yaitu Sherlock Holmes dan Detektif Conan. Mereka memiliki ilmu deduksi yang sangat bagus, tentunya karena keduanya hobi baca buku, menguasai berbagai macam disiplin ilmu, bahkan Holmes mengetahui tentang mesiu dan bom.
Ilmu pengetahuan adalah satu-satunya yang tidak mengkhianati anda. Manfaatnya bisa kita gunakan seumur hidup, tentunya dengan kondisi yang memungkinkan seperti tingkat memori serta pemahaman yang bagus. Karena itu saya mempunyai opini bahwa semua orang bisa menjadi peramal.
Beberapa disiplin ilmu yang sangat berguna bagi kamu jika ingin menjadi peramal melalui jalur logika, diantaranya:
Ilmu deduksi
Psikologi (konvensional maupun kontemporer)
Ilmu pengetahuan (sains soshum sampai hukum dan kedokteran)
TeknologiÂ
Mitos dan budaya (global maupun lokal)
Namun yang paling berpengaruh selain ilmu pengetahuan, yaitu adalah jenis kepribadian. Karena jenis kepribadian mempengaruhi intuisi seseorang. Jika anda percaya dengan Jenis Kepribadian Berdasarkan MBTI, maka ada beberapa jenis kepribadian yang memiliki tingkat deduksi yang sangat bagus serta pemikir ulung dengan logika yang akurat.
Tetapi tentu saja setiap orang punya kelemahan. Seorang Holmes dan Conan selalu menang dalam setiap kasusnya. Namun mereka pasti punya kelemahan.
Meski begitu mereka menguasai banyak ilmu pengetahuan yang saya sebutkan tadi. Sebagian besar mereka kuasai, bahkan yang jarang dipelajari orang lain. Contohnya conan itu menurut saya bagus dalam bersosialisasi, hubungan antar manusianya lebih bagus ketmbang Holmes yang hanya memiliki satu sahabat. Conan pun menggunakan mix antara trik psikologi dengan ilmu deduksi atau logikanya. Deduksi nya si Conan tu beneran keren banget, karena bukan hanya ilmu pengetahuan tetapi banyak menyelipkan trik-trik psikologi.
Sedangkan, kalau Holmes menurut saya lebih bagus ke penggunaan ilmu pengetahuan. Dia bahkan tahu berapa takaran kadar bubuk mesiu yang bisa membunuh jika masuk dalam tubuh manusia, yang seharusnya pegawai sipil/swasta tidak perlu tahu itu.
Holmes memiliki sifat yang tidak terbuka seperti Conan dalam kehidupan sosial. Holmes itu sociopath, dia mengira semua orang bodoh. Deduksinya Holmes juga keren banget, dia mix ilmu sejarah, pengetahuan rinci dari berbagai informasi dan penggunaan bahan-bahan kimia. seperti wikipedia berjalan kan? Conan juga memiliki pengetahuan yang sama luasnya. Ia juga mengetahui bau-bau bahan kimia tertentu saat masuk ke dalam minuman, atau jenis sepatu dan jejaknya dalam tanah yang telah terhapus oleh hujan. Jika tidak dibantu intuisi, deduksi akan hambar.
Wow! Orang-orang seperti ini saya yakin ada, namun mereka tidak menonjol atau sengaja tidak menonjolkan diri. Ini saja baru contoh dari Holmes dan Conan, detektif di novel Agatha Christie mungkin lebih overload lagi deduksi dan pengetahuannya, karena saking cerdasnya.
Orang-orang dengan deduksi bagus, sudah jelas kalau mereka hobi membaca. Membaca disini bukan cuma bacaan hiburan, tetapi pengetahuan semacam ensiklopedia, kalau sekarang ya wikipedia. Mereka juga mempelajari psikologi entah dari buku maupun pengamatan langsung. Sains dan matematika dasar, bahkan mempelajari berbagai macam bahasa. Critical thinking menjadi ilmu dasar dalam deduksi.
Semua orang bisa jadi peramal. Dan semua orang bisa belajar.
Ingin tahulah pada banyak hal, sebanyak apa kamu ingin tahu, sebanyak itulah kamu belajar.
Sekali lagi ini hanya opini dan tidak ada niatan untuk mengajak orang lain pada opini saya.
Sekian terima kasih.
16.5.22
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H