Mohon tunggu...
fatma ariyanti
fatma ariyanti Mohon Tunggu... Buruh - Citizen

Point of view orang ke-3

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kita Si Kaum Miskin

22 Desember 2022   08:43 Diperbarui: 22 Desember 2022   08:49 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia kedokteran dikatakan, wajah sempurna itu memiliki hidung seperti ini, bibir seperti itu, tetapi itu dari disiplin ilmu pengetahuan. Dari segi sosial, cantik itu relatif. Bahkan saya pernah dengar teman saya bilang begini, 

"Banyak yang ngatain pacarku jelek, tapi menurutku dia ganteng banget lho."

Saya tertawa kecil lalu menjawab, "Ya mungkin karena kamu cinta banget sama dia."

Dia cuma ketawa mengengeh.

Jadi apa hubungannya dengan topik artikel ini? Setelah percakapan itu saya jadi sadar, mungkin istilah 'kaya miskin' juga memiliki sisi terminologi yang sama dengan istilah 'cantik jelek'.

Miskin adalah kata sifat, sama seperti kata cantik. Namun miskin zaman dahulu berbeda definisi dari miskin zaman sekarang. Beda zaman beda situasinya.

Kita semua adalah kaum miskin, padahal bisa makan nasi dan mandi pakai air bersih. Tapi masih merasa miskin.

Kita semua adalah kaum miskin, padahal bisa jalan pakai kaki sendiri dan tidak membutuhkan orang lain untuk mengambilkan sesuatu. Tapi masih merasa miskin.

Kita semua adalah kaum miskin, padahal bisa bangun tidur di pagi hari dan menghidupkan oksigen segar. Tapi masih merasa miskin.

Kita semua adalah kaum miskin, padahal bisa pergi ke sekolah dan mendapat uang saku dari orang tua. Tapi masih merasa miskin.

Kita semua adalah kaum miskin, padahal masih punya kuota untuk nonton video favorit di YouTube. Tapi masih merasa miskin.

Kita semua adalah kaum miskin, padahal masih bisa selimutan hangat di kasur saat hari hujan. Tapi masih merasa miskin.

Kita semua adalah kaum miskin, padahal masih punya motor untuk kemana-mana. Tapi masih merasa miskin.

Kita semua adalah kaum miskin. Yang sering membandingkan diri kita sendiri dengan orang lain. Yang sering merasa kekurangan padahal kebutuhan tercukupi. Masih punya waktu beribadah dan mengeluh pada Tuhan setiap hari. Masih punya keluarga dan satu dua teman yang baik. Masih punya banyak hal yang bisa kita syukuri.

Miskin yang diukur dari segi disiplin ilmu, hanya berdasarkan tingkat kesejahteraan, seperti kualitas pangan dan GDP. Namun mari cukupkan sampai situ saja, jangan sampai kita miskin secara psikis juga.

Kalau sudah miskin harta, ya sudah. Akan jadi menyedihkan kalau merasa miskin terus-menerus dan membuat mental jadi lemah. Pernah dengar orang miskin juga bisa bahagia? Itu memang benar adanya. Namun tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Itu adalah proses yang sangat panjang.

"Terlahir miskin adalah takdir, namun mati dalam keadaan miskin adalah pilihan."

Sekian dan terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun