Namun selain profesi yang susah dijelaskan, sebenarnya ada satu hal yang kadang membuat saya jengkel. Yaitu bekerja yang dikira main. Pekerjaan digital memang harus menggunakan alat elektronik berupa laptop, komputer, hp dan yang lainnya. Sedangkan para generasi tua di Indonesia pahamnya kalau di depan gadget itu ya main, memang ya apalagi, begitu. Seperti percakapan saya dan bapak di awal tulisan ini.
Saya ingin menekankan meskipun semua profesi memiliki beban fisik yang berbeda, tetapi memiliki beban mental yang sama. Mohon diperhatikan, beban fisik dan beban mental itu berbeda. Orang yang pekerjaannya angkat batu tentu lebih sulit secara fisik dari pada orang yang pekerjaannya duduk nyaman di kantor, dengan ac dingin dan minuman seperti orang bersantai. Tetapi beban mental yang diterima SAMA. Inilah yang menyebabkan persentase bunuh diri di dunia semakin meningkat. Yang paling besar adalah anak sekolah dan pekerja kantoran.
Jadi jika ada orang tua bilang, "Kerjaanmu enak, le." Ya sudah dengarkan saja. Meskipun kita tertekan, pusing, bahkan harus mengorbankan mata sampai pakai kacamata karena minus, ya terima saja. Karena generasi tua tidak bisa merasakan apa yang kita rasakan, begitu juga sebaliknya. Toh kalau mau menyela, tentu sangat tidak sopan, karena memang kenyataannya zaman sekarang jauh lebih maju dari zaman bapak ibu kita, bahkan kakek nenek kita yang dulunya masih ada sisa-sisa perang hingga menyebabkan kelaparan, penyakit menular mematikan dan keadaan mengerikan lainnya. Jadi saya tidak benci atau marah pada mereka, hanya saja bingung menjelaskan ini. Rasanya tuh seperti berak lupa cebok, hehe.
Sekian terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H