Saya sebelumnya menonton Kuntilanak seri pertama yang dibintangi Julie Estelle, namun saya menonton dengan dua kakak perempuan saya. Jadi tidak takut apalagi sampai trauma. Saya malah menikmatinya dan saya kira film horor tidak seseram kata orang. Namun berubah saat menonton film horor sendirian. Setiap berada di tempat gelap saya selalu membayangkan muncul hantu terbang entah dari mana.
Ini adalah contoh nyata, bahwa saya telah mengalami trauma aneh akibat dari menonton film yang belum waktunya saya tonton. Seolah-olah saya mengalami hal itu padahal tidak. Kemudian selain film horor tersebut ada juga yang lain. Saya menontonnya ketika lulus SMA dan seharusnya sudah cukup umur, namun saya tetap tidak bisa menerima film itu dengan akal sehat. Maksudnya benar-benar tidak bisa dijelaskan bagaimana saya trauma terhadap itu.
Kepada penggemar film tersebut saya mohon maaf. Film yang saya maksud adalah 'Midsomar'. Sampai sekarang saya masih terngiang-ngiang film ini, itu adalah film horor terakhir yang saya tonton. Saya lebih suka misteri daripada horor. Midsomar benar-benar berat. saya bahkan sampai tidak bisa makan daging selama lebih dari satu bulan. padahal tidak ditunjukkan kegiatan kanibalisme secara langsung. Niat mau senang-senang menikmati film eh malah jadi traumatis.
Sejak itu saya kemudian paham, Â bahwa memang tidak seharusnya anak-anak dan remaja di bawah umur, menonton konten yang tidak untuk mereka. Bukannya membatasi namun itu memang untuk kebaikan mereka sendiri. Sampai kemarin ada film "Pengabdi Setan" adik saya yang berusia 15 tahun mengatakan sangat sangat ingin menontonnya, terpaksa saya menemaninya. Dan seri keduanya sebentar lagi keluar, saya pun mewanti-wanti agar dia tidak tahu, karena saya rasa film horor Indonesia benar-benar luar biasa mencekamnya. Meskipun ya saya sendiri menunggu film tersebut hehe.
Kesimpulannya adalah cegah anak dan remaja di keluarga kamu dan di sekitarmu agar tidak memiliki trauma gara-gara film dan konsumsi konten yang tidak sesuai umur mereka. Mulai dari keluarga yang paling dekat, tanamkan pada mereka betapa berbahaya konsumsi konten yang tidak sesuai umur. Apalagi di era digital seperti sekarang. Akses mudah, mau film, drama, gambar bahkan bacaan, bisa didapatkan gratis kapanpun dan dimanapun.
Saya melakukan beberapa kebiasaan untuk adik saya yang masih remaja di rumah, anda mungkin bisa mengikutinya. Berikut beberapa tips dari saya:
1. Temani mereka jika ingin menonton film, terutama film yang memiliki adegan dewasa. Jika anda menemaninya anda bisa men-skipnya, atau memotong adegan tersebut jika tidak bisa menemani mereka nonton.
2. Memfasilitasi film pilihan untuk mereka. Ajarkan remaja untuk meminta izin jika ingin menonton film. Anda bisa mengatakan seperti ini. "Kalau mau menonton film, bilang ya nanti tak unduhkan gratis buat kamu. Jangan unduh sendiri, hemat kuota." jadi anda bisa tahu film apa yang ingin mereka tonton.
3. Telusuri riwayat pencarian mereka di situs mana saja, cek setidaknya sebulan sekali. Seperti Google pencarian, YouTube dan semua sosmed-nya. Kira-kira apa yang mereka cari. Jika itu tidak sesuai, anda bisa menegurnya dengan kata-kata halus bukan memarahinya. Karena remaja memang memiliki rasa kepo yang tinggi.
4. Beri edukasi setidaknya setiap sebulan sekali. Bukan mengontrol, tapi mengingatkan agar berhati-hati untuk tidak mengonsumsi hal-hal yang tidak kepentingannya. Misal belajar ya belajar saja, main game ya main game saja, dan beri peringatan kalau mereka melanggar. Ini mengajarkan kalau ada konsekuensi dari perbuatan mereka.
Hal-hal di atas adalah tips dari saya pribadi. Biasanya remaja yang hobi menonton film memiliki fungsi kerja otak yang baik, karena mereka menelaah, belajar dan memahami tanpa mereka sadari, jadi jangan cegah hobi mereka.Â