Mohon tunggu...
fatma ariyanti
fatma ariyanti Mohon Tunggu... Buruh - Citizen

Point of view orang ke-3

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jika Sherlock Holmes dan Detektif Conan Ada di Dunia Nyata

27 Desember 2021   00:20 Diperbarui: 31 Desember 2021   00:50 1150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Detektif Conan. (via grid.id)

Kalau bukan orang terkaya dan berpengaruh di dunia mungkin mereka hanyalah kutu buku yang sudah mengunjungi ratusan perpustakaan di seluruh penjuru, menikmati pemandangan manusia dan ekspresi tersembunyi mereka sembari menaiki transportasi publik seperti kereta ekspres, kapal pesiar atau bis umum dan membaur layaknya orang biasa. 

Siapa sangka suatu hari nanti anda akan bepergian dengan pesawat dan tanpa anda sadari orang yang duduk di samping anda adalah Sherlock Holmes yang asyik menyesap hokah atau dik Conan yang tengah bersemangat sembari membawa lup besar di tangannya.

Orang-orang akan mengantre untuk berkonsultasi pada mereka, mulai dari pejabat, petinggi perusahaan, rakyat biasa, para wanita yang mencurigai pacar mereka berselingkuh, bahkan presiden atau mungkin saja kriminal dan buronan yang bersembunyi. 

Di samping itu hidup mereka juga tidak tenang dan sedamai yang dikira kalau orang-orang berdeduksi tinggi ini memutuskan menjadi orang berpengaruh di dunia. 

Karena, pasti banyak yang mengincar nyawa mereka, mengambil otak mereka untuk dijadikan penelitian oleh ilmuwan serakah, atau diculik oleh pejabat yang sering dikritik masyarakat. Hidup mereka tidak setenang yang kita pikirkan.

Saya memiliki anggapan bahwa orang jenius memiliki 2 eksistensi di dunia ini. Yang pertama adalah mereka akan dengan sendirinya menonjol atau memang sengaja ingin menonjol di tengah publik dan masyarakat luas (dengan tujuan positif maupun negatif), dan yang kedua, mereka sama sekali tak tertarik menjadi populer, atau menonjol. 

Sebaliknya, mereka ingin membaur menjadi masyarakat normal dan hanya meneliti apa yang mereka gemari, tak mempedulikan anggapan orang, tak mempedulikan apapun yang menghentikan mereka. 

Mereka mempelajari banyak hal, namun waspada terhadap banyak hal pula. Entah saat dia memilih tampil di publik ataupun tidak. Saya pikir orang-orang seperti Einstein, Hawking, Habibie, bahkan Namjoon BTS, masuk dalam orang-orang jenius, tidak hanya IQ di atas rata-rata, namun juga EQ. 

Mereka mengembangkan apa yang mereka yakini akan sukses meskipun berat, susah, menegangkan dan depressing di awal, namun upaya mereka tidak berhenti hanya karena banyak orang yang tidak menyukai itu. EQ mereka lebih tinggi daripada orang-orang yang membencinya.

Lalu apa hubungannya dengan Sherlock Holmes dan Detective Conan? Saya menyinggung orang-orang hebat itu karena memiliki pemikiran bahwa kalau saja Sherlock Holmes dan Detective Conan benar-benar ada di dunia ini dan mereka show up dalam bentuk pengusaha yang karismatik dan orang sukses yang memiliki miliaran dollar, mungkin akan terlihat seperti orang-orang jenius yang saya sebutkan tadi.

Jika bukan orang-orang terkenal, mungkin orang berdeduksi tinggi seperti mereka akan menghabiskan waktu membaca buku sembari mendengarkan podcast yang bermanfaat, atau mendengarkan rencana bisnis, atau mendengarkan musik klasik. 

Seperti halnya Sir Holmes yang tidak sengaja menonjol di masyarakat karena dia memang seorang detektif dalam serial cerita, begitu pula Conan yang dengan kecerdasannya selalu dapat menemukan celah pembunuh atau kriminal dalam melakukan kejahatannya. 

Mereka berdua adalah contoh dari para jenius yang tidak sengaja menonjol, namun dengan sendirinya menjadi famous karena bakat mereka diketahui khalayak luas.

Misal saja Bapak Presiden Habibie yang memiliki IQ 200, saya tidak bisa membayangkan betapa senangnya saya jika mengobrol dengan tokoh jenius semacam beliau, saya akan sangat amat senang tak terkira.

Namun bagaimana dengan para jenius yang belum diketahui publik? Tentu saja saya yakin seratus persen bahwa ada orang-orang jenius yang belum/tidak ingin muncul secara sengaja di publik. Mereka menyimpannya da menyembunyikannya dari orang sekitar, serta hidup normal layaknya orang biasa. 

Alasan terbesar mereka mungkin, mungkin ya, mungkin adalah tidak ingin menjadi pusat perhatian, bersifat introvert, serta merasa tidak nyaman diketahui banyak orang, apalagi banyak dipuji.

Apalagi di era canggih zaman sekarang, tentu anda pernah melihat ada anak kecil jago coding, programmer, ahli matematika, fisika dll, ahli robotic, atau ahli dalam bidang lain padahal mereka masih sangat muda. 

Teknologi membantu anak-anak zaman sekarang belajar lebih banyak, lebih cepat dan lebih efektif. Jadi kalau disebut Conan dan Sherlock Holmes mungkin kurang tepat, karena toh meskipun ilmu deduksi dan pemikiran mereka yang luar biasa dalam memecahkan masalah, fakta bahwa zaman kita dengan mereka berbeda, menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kecerdasan anak. 

Di zaman Conan ada ponsel namun tidak secanggih saat ini, sedang di zaman/latar waktu cerita dari Holmes masih terbilang era kuno.

Jika mereka berdua benar-benar ada, tentu para jenius tersebut akan muncul di banyak bidang profesi, bukan hanya detekktif. 

Di luar negeri sendiri memang banyak profesi detektif mandiri dimana klien bisa meminta bantuan detektif swasta bukan dari polisi atau FBI (lembaga resmi), entah di Indonesia ada atau tidak, mungkin yang tahu bisa tolong beri komentar di kolom.

Kalau detektif jenius seperti mereka benar-benar ada di dunia saya kira pasti banyak manfaatnya, selain memecahkan kasus seperti membantu polisi (kasus sulit seperti kasus beku terutama pembunuhan, psikopat dan lainnya), orang-orang cerdas yang menggunakan ilmunya untuk membantu adalah yang paling mulia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun