Matematika merupakan ilmu dasar yang sangat dibutuhkan bagi setiap orang dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan langsung maupun tak langsung. Tanpa kita sadari sudah banyak hal yang kita lakukan dengan ilmu matematika. Matematika tidak hanya terhubung dengan pendidikan formal saja namun matematika juga berhubngan dengan agama. Dari pandangan Al-Qur`an sendiri banyak ayat-ayat yang membahas tentang matematika, contohnya penjumlahan, pengurangan bahkan perkalian.
Salah satu contoh ayat Al-Qur`an yang membahas tentang matematika yaitu dalam surah An-Nisa` ayat 11 yang berbunyi:
Artinya: "Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta.Â
Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam.Â
(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."
Dalam ayat tersebut selain menjelaskan tentang ilmu warisan, disana juga menjelaskan tentang operasi hitung pada bentuk aljabar. Dan masih banyak contoh ayat Al-Qur`an yang menjelaskan tententang matematika. Jadi dari segi islam sebenarnya sudah mengajarkan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan non-formal yang memiliki program pendidikan yng disusun sendiri. Pada umumnya pondok pesantren memiliki tujuan untuk menjadikan santri sebagai orang yang paham akan ilmu agama, dan untuk membimbing santri menjadi manusia berkepribadian islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya (Djamaludin dan Aly, 1998).
Namun faktanya selama ini peserta didik yang belajar di pesantren atau santri diidentikkan dengan orang yang cenderung hanya menguasai satu bidang keilmuan yaitu agama. Kajian keilmuannya biasanya cenderung didominasi dari kitab kuning yang berisi tentang fiqh, tafsir, shorof, ushul fiqh, hadist, tauhid, dan sebagainya.
Sebenarnya seorang santri juga mempelajari ilmu matematika, contohnya ketika belajar tentang ilmu faraid, ilmu falak, ilmu pembagian zakat dan sebagainya.
Ilmu faraid membahas tentang harta waris yang ditingalkan oleh seseorang yang sudah meninggal kepada yang berhak mendapatkan warisan ataupu yang tidak berhak mendapatkannya serta memproses perhitungannya agar diketahui bagian bagi setiap ahli waris yang mendapatkannya. Dan dasar perhitungannya tentu berasal dari ilmu matematika aritmatika sosial seperti yang tealh dielaskan dalam Al-Qur`an surah An-Nisa ayat 11 dan 12 yang berisi tentang bagian-bagian yang diterima oleh ahli waris dan pengelompokan yang termasuk ahli waris.
Ilmu falak merupakan ilmu yang mempelajari tenang lintasan benda-benda langit seperti bumi, bulan dan planet-planet lainnya yang berjalan sesuai lintasannya atau orbitnya. Dengan begitu kita dapat menghitung berapa jarak antar planet satu dengan yang lainya. Agar kita bisa menentukan waktu di permukaan bumi. Setelah dilakukannya penelitian perhitungan tersebut menggunakan ilmu matematika konsep trigonometri yang menentukan awal waktu sholat fardhu. Seperti yang sudah dijelaskan dalam Al-Qur`an surah Al-Isra` ayat 12 sebagai berikut