Kemandirian Ekstrim: Gen Z cenderung sangat mandiri dan percaya diri dalam mengakses dan menganalisis informasi. Namun, hal ini kadang-kadang diterjemahkan sebagai kurangnya rasa hormat terhadap otoritas atau pengalaman orang yang lebih tua.
Gaya Hidup Cepat: Gaya hidup yang serba cepat dan multitasking dapat membuat mereka terlihat kurang sabar dan kurang menghargai proses yang lebih lambat dan mendalam.
Penyebab Persepsi Ini
Perubahan Nilai Sosial: Nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh generasi sebelumnya mungkin berbeda dengan apa yang dianggap penting oleh Gen Z. Misalnya, ketimbang formalitas dan hierarki, Gen Z mungkin lebih menghargai keaslian dan transparansi.
Media Sosial: Platform seperti TikTok, Instagram, dan Twitter sering kali menekankan ekspresi diri dan humor yang cepat, yang kadang-kadang bisa dianggap tidak sopan atau kurang etis oleh generasi yang lebih tua.
Konteks Budaya: Setiap generasi tumbuh dalam konteks budaya yang berbeda. Apa yang dianggap sebagai "attitude" yang baik di masa lalu mungkin tidak lagi relevan atau diterapkan secara berbeda oleh Gen Z.
Kesimpulan
Gen Z adalah generasi yang cerdas dan memiliki wawasan yang luas, berkat akses mereka ke teknologi dan informasi. Namun, pandangan bahwa mereka minim attitude mungkin lebih mencerminkan perbedaan nilai dan gaya hidup antar generasi daripada kekurangan sebenarnya dalam etika atau sopan santun. Penting untuk memahami konteks dan latar belakang di balik perilaku mereka sebelum membuat penilaian. Setiap generasi memiliki tantangan dan kekuatannya sendiri, dan dengan pemahaman yang lebih baik, kita dapat lebih menghargai kontribusi unik dari masing-masing generasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H