Mohon tunggu...
Fatla Francisca
Fatla Francisca Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia UNS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gerebeg Wulayu Digelar Untuk Kedua Kalinya

30 Desember 2013   12:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:21 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SOLO –Gerebeg Wulayu kembali digelar untuk yang kedua kalinya. Kali ini event yang ke-2 diprakarsai oleh Sanggar Seni Tradisional Krida Budaya Surakarta, diwujudkan dalam bentuk Kirab Budaya dan Fragmen Wulayu. Ratusan orang yang mengenakan kostum berbagai jenis tampak memadati sepanjang jalan kelurahan Semanggi, kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta, Minggu (29/12/13) pagi. Ratusan orang tersebut adalah peserta Gerebeg Wulayu Bandar Semanggi.

Acara tersebut diikuti oleh komunitas budaya masyarakat Semanggi, mewakili lima lingkungan yang ada di kelurahan Semanggi. Mereka berjalan kaki dari depan kantor kelurahan Semanggi pukul 09.30 WIB, sembari diiringi musik gamelan dan musik bambu tretek. Ada pula sekelompok orang yang membawa tiga gunungan yang berisi buah-buahan, jenis-jenis kerupuk, dan sayur-sayuran.

1388381218781582020
1388381218781582020
1388381432205001090
1388381432205001090
13883814901188053106
13883814901188053106

Puncak kegiatan acara yakni di DAS Bengawan Solo, Ngepung, Losari Semanggi, yang diisi dengan sajian Fragmen Wulayu. Dana yang didapatkan untuk terselenggaranya acara ini diperoleh dari Pemkot Surakarta dan Dana Pengembangan Kelurahan (DPK) Semanggi. Dana yang dihabiskan diperkirakan mencapai 12 juta rupiah.

Gerebeg Wulayu adalah kirab budaya yang menggambarkan tentang asal usul desa Semanggi, yang berada di kecamatan Pasar Kliwon, wilayah paling timur dari kota Surakarta. Selain itu, faktor sejarah asal muasal desa Semanggi tidak terlepas dari Bengawan Solo.

Menurut keterangan dari Wahyudi Widodo selaku panitia acara, Bengawan Solo mempunyai arti penting sebagai penghubung antara Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Pada abad ke-18 ada sebuah pelabuhan di desa Semanggi yang disebut Bandar Semanggi (Wulayu). Bandar itu merupakan bandar yang paling ramai. “Bengawan Solo dengan Bandar Semanggi merupakan faktor penting dipilihnya desa Solo sebagai tempat dibangunnya Keraton Surakarta pasca Geger Pacinan, yang saat itu telah merusak keraton Kartusoro”, jelasnya saat ditemui di depan kantor kelurahan Semanggi (29/12/13) pagi.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun