Kata orang sejak kecil aku suka bermain permainan anak lelaki. Mobil-mobilan, layang-layang, klereng, bola kaki dan lain-lain. Pokoknya semua yang dimainkan anak cowok aku suka. Aku senang saja bermain dengan teman cowok. Mereka cepat bergerak tidak lemot seperti cewek. Tidak mudah menangis, mau berlarian sampai ke tempat-tempat yang becek, semak-semak, masuk got, memanjat, dan sebagainya, tidak seperti cewek yang serba minta tolong, cengeng, mudah merajuk, nyuruh-nyuruh aja.
Aku sering dikatain orang tomboy. Bahkan bikin orang menjerit kalau melihat aku  memanjat atau berlarian dengan teman-teman cowok. Katanya jangan bermain dengan laki-laki, tidak baik, bahkan tetangga sering lapor ke orang tuaku kalau melihat aku bermain dengan teman cowok. Pernah seorang tetangga memarahi dan menyuruhku pulang saat aku main smekdon atau tinju-tinjuan.
Tapi jangan dikira aku tak mengerti tentang diriku. Aku tahu kalau aku perempuan. Aku cewek. Orang tuaku tak pernah berhenti menjelaskan bahwa cewek sangat berbeda dengan cowok. Bahwa aku cewek, berbeda dengan cowok. Aku punya cah ayu, yang tak boleh dilihat, dipegang atau diapakan oleh siapapun. Bahkan aku sendiri pun tidak boleh menyentuhnya kecuali saat cebok, itupun jari harus dirapatkan  kata ibu.
 Aku juga tak pernah dipakaikan pakaian laki-laki. Pakaian wanita jauh lebih cocok bagiku. Apalagi kalau pakai gaun. Aku suka sekali. Sesekali pakai celana panjang dan baju kaos, tapi tetap model perempuan, karena aku memang perempuan. Aku tetap suka memasak, saat ini aku berumur 9 tahun, aku sudah bisa memasak nasi goreng, mie goreng atau mie rebus, bikinin ayah kopi atau teh. Pokoknya urusan di dapur aku sangat suka. Itu karena ibu selalu mengajakku menemaninya saat ia masak.
Jadi, meskipun aku dibilang tomboy aku tetaplah wanita. Yang tak boleh menyerupai laki-laki ataupun menjadi laki-laki. Aku hanya senang bermain dengan anak laki-laki karena mereka gesit, lincah dan tidak cengeng. Aku tak suka anak yang cengeng. Kini aku sudah besar. aku sudah 9 tahun, jadi harus mulai menjaga jarak dengan cowok. Kata ibu, mereka bukan muhrim, jadi tidak boleh bersentuhan kulit. Tidak boleh dekat-dekat bergerombolan dengan mereka. Dan aku mengerti apa yang disampaikan ibu. Jadi aku lebih banyak main di halaman rumah saja tidak lagi berlari kesana kemari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H