Mohon tunggu...
Fatimatuz Zahro
Fatimatuz Zahro Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

nothing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Artikel tentang Toleransi di Era Majapahit

2 Desember 2024   11:40 Diperbarui: 2 Desember 2024   13:35 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Toleransi di Era Majapahit:

1. Sebuah Warisan Budaya

Majapahit merupakan salah satu kerajaan terbesar dan terkuat di Nusantara yang berdiri pada abad ke-13 hingga ke-16. Dikenal karena kekuatan politik dan militer, Majapahit juga terkenal sebagai pusat kebudayaan dan perdagangan. Salah satu aspek yang paling menarik dari kerajaan ini adalah toleransi beragama yang berkembang di dalam masyarakatnya. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana toleransi beragama terwujud di era Majapahit dan dampaknya terhadap masyarakat saat itu serta warisannya hingga kini.

2. Keberagaman Agama di Majapahit

Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1293 dan mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350--1389) dan Mahapatih Gajah Mada. Masyarakat Majapahit terdiri dari berbagai etnis dan agama, termasuk Hindu, Buddha, dan Islam. Meskipun mayoritas penduduk menganut Hindu dan Buddha, kepercayaan lokal serta tradisi animisme juga tetap dipraktikkan.

3. Kitab Sutasoma dan Semboyan Bhinneka Tunggal Ika  

Kitab Sutasoma karya Empu Tantular merupakan salah satu karya sastra penting yang mencerminkan semangat toleransi di Majapahit. Dalam kitab ini terdapat semboyan "Bhinneka Tunggal Ika," yang berarti "berbeda-beda tetapi tetap satu." Semboyan ini menjadi simbol persatuan dalam keberagaman dan menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan agama dan budaya, masyarakat Majapahit mampu hidup berdampingan secara harmonis.

5. Praktik Toleransi dalam Kehidupan Sehari-Hari  

Toleransi beragama di Majapahit tidak hanya sebatas teori, tetapi juga tercermin dalam praktik sehari-hari. Para pemimpin kerajaan seperti Raja Hayam Wuruk dan Gajah Mada menunjukkan sikap inklusif terhadap berbagai agama. Mereka tidak hanya menghormati ajaran Hindu dan Buddha tetapi juga memberikan ruang bagi pemeluk agama lain untuk menjalankan keyakinan mereka.

Misalnya, para rakyat Majapahit bebas memilih agama mana pun yang mereka inginkan. Bahkan, pernikahan antaragama juga terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Majapahit menerima perbedaan sebagai bagian dari kehidupan mereka. Selain itu, pasar-pasar yang ramai di kota-kota besar seperti Trowulan menjadi tempat bertemunya berbagai budaya dan agama, menciptakan interaksi sosial yang positif.

6. Hubungan Harmonis Antara Hindu-Buddha dan Islam   

Menjelang akhir masa kejayaan Majapahit, pengaruh Islam mulai meningkat seiring dengan kedatangan para pedagang Muslim dari Gujarat dan Arab. Meskipun ada potensi konflik antara penganut Hindu-Buddha dan Islam, banyak bukti menunjukkan bahwa interaksi antara kedua kelompok ini berlangsung damai. Beberapa tokoh penting dalam sejarah Islam di Nusantara juga berasal dari lingkungan Majapahit.

Contohnya adalah Sunan Giri yang merupakan keturunan dari seorang raja Majapahit. Ia memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Jawa Timur. Hubungan baik antara penganut Hindu-Buddha dan Islam selama periode ini menunjukkan bahwa toleransi tetap menjadi nilai yang dihargai meskipun terjadi perubahan besar dalam peta keagamaan Nusantara.

7. Warisan Budaya   

Warisan toleransi beragama yang ditanamkan oleh kerajaan Majapahit masih dapat dirasakan hingga saat ini. Bangunan-bangunan suci seperti candi Tikus dan Sukuh mencerminkan pengaruh campuran Hindu-Buddha dan Islam. 

Pendidikan tentang keberagaman dan toleransi perlu terus ditanamkan kepada generasi muda agar mereka memahami pentingnya hidup berdampingan dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda. Melalui pemahaman sejarah seperti era Majapahit, kita dapat belajar untuk menghargai perbedaan dan memperkuat persatuan dalam keragaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun