Mohon tunggu...
Literasi Phooty
Literasi Phooty Mohon Tunggu... Guru - Menghabiskan waktu dengan mengajar dan belajar. Menyukai kedamaian dan secangkir coklat hangat☕

Mendampingi perintah "Bacalah!" Dengan bacaan. Memperpanjang umur dengan tulisan. Dan menjaga kewarasan dengan goresan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Gusti Panciku Bolong

8 Mei 2024   10:50 Diperbarui: 8 Mei 2024   10:51 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi panci bolong oleh Wijaya Adijarto

Gusti panciku bolong. Padahal itu satu-satunya panci yang kupunya. Jadi, aku tidak bisa membuangnya

Gusti, masakanku tak pernah lagi matang. Api untuk menanak pun akan memudar, tapi panci itu bagian diriku. Aku tak bisa membuang.

Gusti, padahal yang dapat menyambung hidupku masakan dalam panci, tapi mengapa aku terikat panci bolong? 

Aku sudah pernah mencoba membawanya ke reparasi, tapi dia hanya sibuk mengelus, melihat sana-sini, atau mengomentari "beli baru lah wak"

Alamak Gusti, padahal sudah kubilang itu bagian dari diriku. Tanpa panci aku mati.

Namun, itu berbeda kalau gustiku berkenan mengganti.

Jadi Gusti boleh aku minta ganti?

Itu panci sudah bolong sana-sini

Kalau memang tidak bisa, bolehkah ngebon? Aku kucoba perbaiki lagi.

08/05/2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun