Mohon tunggu...
Fatimatul Habibah
Fatimatul Habibah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam negeri sunan Ampel Surabaya

Semoga tulisan ini bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Strategis Pesantren dalam Menyongsong Bonus Demografi 2045

22 Oktober 2024   08:30 Diperbarui: 22 Oktober 2024   11:09 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Inovasi selanjutnya adalah menjalin kemitraan dengan dunia industri dan bisnis. Sekarang industri berkembang pesat, terutama yang berhubungan dengan teknologi dan bisnis modern. Pesantren bisa bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan untuk mengadakan pelatihan keterampilan atau program magang buat santri. Misalnya, perusahaan pertanian modern bisa memberikan pelatihan buat santri pesantren yang ada di pedesaan, atau perusahaan teknologi bisa memberikan pelatihan coding di pesantren yang ada di kota. Ini akan memberikan santri pengalaman langsung yang sangat berharga buat karir mereka di masa depan.

Di sisi lain, kerjasama ini juga bisa membuka jalan bagi santri untuk mendapatkan pekerjaan setelah mereka lulus dari pesantren. Dunia industri selalu butuh tenaga kerja dengan keterampilan praktis, dan pesantren bisa jadi salah satu tempat yang menyiapkan tenaga kerja tersebut.

Pendidikan Kewirausahaan

Salah satu tantangan besar dari bonus demografi adalah menyediakan lapangan kerja yang cukup buat penduduk usia produktif. Nah, kalau pesantren bisa mengembangkan pendidikan kewirausahaan, santri nggak harus bergantung pada pekerjaan formal setelah lulus. Mereka bisa jadi pengusaha dan menciptakan lapangan kerja sendiri. Banyak santri yang berasal dari daerah dengan potensi besar, seperti sektor pertanian, perikanan, atau kerajinan tangan.

Dengan pendidikan kewirausahaan, santri diajari cara memulai bisnis dari nol, mulai dari pengelolaan keuangan, pemasaran, sampai cara menggunakan teknologi untuk mengembangkan bisnis mereka. Dengan begitu, santri nggak cuma siap jadi karyawan, tapi juga siap menjadi pengusaha yang mandiri.

Pengembangan Kurikulum yang Fleksibel

Selama ini, pesantren dikenal dengan pendidikan agama yang mendalam. Tapi, buat menghadapi bonus demografi 2045, kurikulum di pesantren perlu lebih fleksibel dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Pesantren bisa mengkombinasikan pelajaran agama dengan keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja modern. Misalnya, selain belajar kitab kuning, santri juga bisa diajarkan soal literasi keuangan, bahasa asing, atau teknologi digital. Dengan bekal ini, santri bakal punya dua keuntungan: mereka paham agama dan juga punya keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja atau bisnis.

Penguatan Jaringan Alumni

Jaringan alumni itu aset yang sangat berharga buat pengembangan pesantren. Banyak alumni pesantren yang udah sukses di berbagai bidang, baik itu pemerintahan, bisnis, maupun akademik. Pesantren bisa memanfaatkan jaringan alumni ini untuk memberikan inspirasi dan bimbingan kepada santri yang masih belajar. Misalnya, alumni bisa menjadi mentor atau narasumber untuk pelatihan keterampilan yang relevan dengan dunia kerja. Selain itu, alumni juga bisa membantu pesantren dalam hal pendanaan atau pengembangan program-program baru yang inovatif. Jadi, alumni pesantren nggak hanya sukses buat dirinya sendiri, tapi juga memberikan kontribusi balik ke pesantren.

Pesantren yang Peduli Lingkungan

Isu lingkungan juga nggak bisa diabaikan dalam menyongsong bonus demografi. Pesantren bisa jadi contoh dalam hal pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Pesantren bisa menerapkan sistem pengelolaan sampah yang baik, memanfaatkan energi terbarukan, dan mengadakan program penghijauan. Dengan begitu, pesantren nggak hanya mendidik santri soal agama, tapi juga peduli dengan lingkungan sekitar. Pesantren yang peduli lingkungan bakal dilihat sebagai lembaga yang visioner dan relevan dengan isu-isu global, dan ini bisa jadi nilai tambah di mata masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun