Mohon tunggu...
Fatima Medina
Fatima Medina Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMAN 34

XI MIPA 5

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Senyum Karyamin - Sebuah Resensi

6 April 2021   19:49 Diperbarui: 6 April 2021   20:02 7192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul Buku  : Senyum Karyamin

Pengarang   : Ahmad Tohari

Penerbit       : PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Tahun Terbit: 1995

Cetakan       : ke-9 tahun 2013

Tebal Buku  : 88 halaman

“Senyum Karyamin” karya milik Ahmad Tohari ini berisi cerita-cerita kehidupan penduduk di desa yang sederhana, disulap sedemikian rupa hingga menjadi sebuah kisah yang indah

Buku ini berisi 13 cerita pendek yang menceritakan kehidupan orang-orang kecil di pedesaan, dimulai dengan cerita yang berjudul “Senyum Karyamin” . Menceritakan tentang seorang pemuda pengangkat batu kali bernama Karyamin yang selalu tersenyum dalam menghadapi semua masalah yang dihadapinya. Mengangkat batu dari sungai ke pangkalan material merupakan pekerjaan yang harus dilakukan oleh Karyamin. Namun kehidupannya tak menjauh dari kemiskinan karena para pengepul yang membeli hasil batu dari Karyamin mempermainkan harga batu tersebut. Walaupun begitu Karyamin berusaha tetap tersenyum, karena tawa dan senyum bagi Karyamin adalah simbol kemenangan terhadap tengkulak, terhadap rendahnya harga batu, atau terhadap licinnya tanjakan.

Suatu pagi seperti biasanya, Karyamin mengangkut batu ditemani teman-temannya. Seketika perutnya terasa sakit dan tubuhnya mulai terasa tak seimbang karena beban yang ia pikul. Karyamin pun tergelincir sampai 2 kali. Setiap kali Karyamin tergelincir, temannya justru tertawa terbahak. Tetapi ia tetap tersenyum. Walaupun Karyamin sedang bekerja, ia selalu dibebankan dengan pikiran bahwa selama setengah bulan pengepul yang membawa batunya belum membayar jatahnya, padahal istrinya sedang sakit dirumah.

 Karyamin memutuskan untuk pulang, untuk menemani istrinya. Disepanjang perjalanan, Karyamin menahan rasa sakit pada perutnya, pandangan matanya juga mulai berkunang-kunang. Sesampainya di depan rumah, Karyamin melihat Pak Pamong yang biasa menagih iuran. Karyamin pun tertawa karena ia juga tak mampu membayar iuran tersebut. Kerasnya ia tertawa, akhirnya Karyamin terjatuh dan terguling karena tidak seimbang dan iapun meninggal dalam keadaan tersenyum.

Ironis sekali, begitu membaca kisah Karyamin. Bahasa dan pilihan kata Ahmad Tohari mampu mengajak pembaca ke dalam dunia karangannya, kata-kata yang digunakan juga  tidak terlalu berat. Namun dalam bukunya sering digunakan bahasa Banyumasan yang mungkin kurang bisa dipahami oleh pembaca. Selain itu, karena semua cerita pendeknya adalah tentang orang-orang yang sederhana, maka terkesan kurang bervariasi. Walaupun begitu, keindahan dalam setiap kata yang digunakan tetap tersaji dengan baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun