Mohon tunggu...
Fatimah Purwoko
Fatimah Purwoko Mohon Tunggu... Freelancer - Perempuan biasa

jika memang ingin sedikit saja merasakan bagaimana menjadi Tuhan, berkaryalah.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Bisa Tuai Cuan Saat Pandemi?

3 Oktober 2021   09:18 Diperbarui: 3 Oktober 2021   09:19 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oke. Siapa sih yang tidak merasa sulit akibat usahanya terhempas pandemi Covid-19. Rasanya hampir semua sektor goyah. Sebagian, bahkan runtuh karena tak mampu bertahan.

Salah satu sektor paling terdampak pandemi adalah pariwisata. Nah, pemilik toko perak Borobudur Silver, Selly Sagita membagi kisahnya. Bagaimana usahanya di bidang kerajinan macet. Lantaran produk kerajinan merupakan komponen pendukung pariwisata. 

Melorotnya sektor kerajinan ini diakibatkan oleh dampak efek domino pandemi. Ditambah pula melambungnya biaya ongkos kirim barang. Namun, pada sektor ini Selly masih bertahan.

Terpuruknya sektor pariwisata, ternyata hanya membuat Selly memutuskan berhenti 'bermain' di industri perhotelan. Selly memandang industri  ini sudah tidak menguntungkan. "Anak-anak saya juga sudah tidak memperbolehan, mereka tidak mengizinkan saya membangun hotel," ucapnya ketika kami mengobrol.

Namun, memiliki bangunan yang belokasi Jalan Menteri Supeno, Umbulharjo, Kota Jogja tentu tidak disia-siakan oleh Selly. Bangunan yang awalnya dipersiapkan jadi hotel ini, justru disulap jadi galeri. Selain itu, bangunan juga jadi sebuah kedai makan dengan nama BS Resto.

"Di sini, saya memulai dari nol lagi, dengan mengumpulkan berbagai kerajinan dari Nusantara," sebutnya.

Pandemi terbukti nyata telah menghempas bangunan usaha. Namun, pandemi juga sekaligus membuat tatanan baru. Ada yang dulunya berjaya kemudian sekarat bahkan hancur. Tapi ada pula sektor yang dulunya tertepi pandangan, justru merangkak naik tanpa terprediksi.

Di sisi lain, goyah dan macetnya suatu usaha justru dapat jadi lahan. Bahkan dipandang oleh sebagian kelompok menguntungkan. Salah satunya, bagi para pemain saham atau trader.

Kemampuan bertahan sebuah usaha di kala pandemi, tentu memiliki potensi. Harga sahamnya jatuh, tapi justru memberinya peluang untuk lirik karena harganya murah. Para pemain saham kawakan mengerti betul tentang ini.

Nah, di sinilah Eko Indriyanto alias Ko In, salah satu kompasianer yang berpengalaman dalam dunia persahaman membagi kisah. Bertempat di salah satu sudut ruangan Borobudur Silver, Ko In memaparkan materi tentang dunia saham. 

Berikut mengulas tentang seberapa bernilainya uang Rp 100 ribu. Sekaligus membagi pengalamannya tentang ilmu nujum dan 'pesugihan' di era digital ini.

Diskusi kompasiana kali ini jadi benar-benar berbeda. Lantaran biasanya menyoal rasa yang tercicip lidah. Sementara ini, justru membahas terkait rasa-rasanya atau ketepatan menentukan sikap dalam bersaham.

Salah menentukan sikap dalam bersaham jelas akan menuai rugi. Sebaliknya, ketika tepat menentukan langkah, pasti cuan yang diperoleh. Kuncinya adalah mempelajari pergerakan saham suatu perusahaan. Serta menyiapkan mental dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.

Diskusi ini menarik, terlebih untuk pemula. Namun, rasa-rasanya memang dibutuhkan beberapa sesi lanjutan. Sebab, satu kali diskusi jelas tidak dapat menutup tuntas pemahaman. Khususnya bagi pemula yang baru mencoba membuka penglihatan.

Dok. Riana Dewie
Dok. Riana Dewie


Semakin tepat pemupukan, tentu tanaman akan semakin tumbuh subur. Sama dengan pemahaman dan ketepatan rekan diskusi dalam bincang terkait saham. Asik sekali, obrolan terkait saham yang ruwet justru jadi santai karena lokasi pembahasannya di sebuah kedai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun