Dalam prosesnya, Tradisi Kerik Gigi ini tidak menggunakan anastesi. Sehingga perempuan Mentawai harus dapat menahan ngilu selama proses berlangsung. Tidak tanggung-tanggung, yang harus diruncingkan pun berjumlah 23 gigi. Gigi dikikis atau dikerik hingga menyerupai segitiga dengan bantuan alat yang terbuat dari kayu atau besi.
Menurut Yulianto, Tradisi Kerik Gigi yang dilakukan oleh Suku Mentawai, secara medis tidak dianjurkan. "Karena lapisan terluar gigi (yaitu) email, akan terkikis. Lapisan email itu lapisan terkuat, melindungi bagian dalam gigi, dentin dan pulpa. (Sedangkan) pulpa isinya syaraf dan pembuluh darah," pungkasnya.
Baik veneer maupun Tradisi Kerik Gigi memiliki kelebihan dan kekurangan. Keduanya memberikan rasa cantik dengan perspektifnya masing-masing soal estetika atau kepercayaan. Akan tetapi, membersihkan diri secara rutin adalah perawatan terbaik. Untuk terlihat cantik, tidak perlu mahal dan menyakitkan bukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H