Mitigasi Resiko Kelaparan dan Kematian di Tengah Pandemi Corona
Oleh : Fatimah Mutiara Azzahra (Mahasiswi STEI SEBI)
Virus corona memberikan dampak bagi banyak sektor yang ada disuatu negara, terutama sektor perekonomian. Indonesia adalah salah satu Negara yang terdampak virus corona. Negara Indonesia berada pada peringkat ke-4 dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia (Wikipedia, n.d.). Dapat dibayangkan dengan jumlah penduduk mencapai 268 juta jiwa, berapa gaji yang harus diterima agar mencukupi kebutuhan hidup di Negara Indonesia. Indonesia bahkan belum selesai dengan urusan kemiskinan rakyatnya, menurut data bps angka kemiskinan di Indonesia mencapi 9,22 % pada tahun 2019. Tentu itu angka yang kecil, tetapi jika melihat jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak, maka itu bukan angka yang kecil lagi, 9 % dari jumlah penduduk Indonesia adalah orang miskin. Artinya, 24,79 juta jiwa yang ada di Indonesia adalah orang miskin.
Sektor ekonomi sedang down, 9 % dari angka kemiskinan merupakan masyarakat menengah kebawah dengan upah harian, tetapi semua harus bekerja dari rumah atau work from home. Tentu itu bisa dilakukan bagi mereka dengan upah perbulan, tetapi tidak bisa dilakukan oleh masyarakat dengan upah harian.Â
Masyarakat menengah kebawah yang merupakan para pekerja dengan upah harian harus menelan kekecewaan dan kepahitan, masyarakat yang tidak mampu atau miskin harus menderita kelaparan. Angka kemiskinanan akan terus naik dikarenakan kenaikan harga pokok ditengah pandemi corona, apalagi ketika bulan Ramadhan. Banyak kasus pencurian pada saat ini, yang dilakukan oleh orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya lagi, sehingga terpaksa harus mencuri (dilansir m.merdeka.com pada 16/10). Resiko yang didapatkan orang tersebut adalah resiko mendapatkan hukuman karena telah mencuri.
Menurut Prof. Dr. Ir. Soemarno, M. S, resiko adalah suatu kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi tidak menguntungkan yang mungkin terjadi. Resiko adalah suatu yang melekat dalam diri seorang manusia ketika manusia itu hidup. Resiko yang melekat ketika adanya kehidupan adalah kematian.Â
Manusia secara alamiah akan berusaha mempertahankan hidupnya. Ditengah banyaknya dampak yang diberikan virus corona, masyarakat menengah kebawah dihadapkan dengan dua resiko yang merugikan. Jika mereka tidak bekerja, maka mereka dihadapkan dengan resiko kelaparan yang akan menghantarkan kepada kematian.Â
Tetapi disaat mereka mengambil resiko tersebut, muncul resiko baru yaitu resiko kematian karena mereka memilih keluar rumah dan dapat terpapar virus corona. Sebenarnya mereka tidak memiliki pilihan lagi, mereka harus tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Bukan tidak takut terhadap virus corona, tetapi mereka tidak ada pilihan lain.
Resiko kelaparan dan resiko kematian bukanlah sesuatu yang harus dipilih. Seharusnya mereka mempunyai suatu harapan, yaitu harapan untuk dibantu. Mereka tidak bisa menunggu, karena kelaparan dan kematian menghantui mereka. Lantas, masyarakat Indonesia harus saling peduli, saling berbagi, jauhi sikap egois, berhenti saling menghujat dan menyalahkan orang lain. Ini bukan saatnya masyarakat Indonesia untuk menganggap virus corona bahan lelucon lagi, tapi ini saatnya masyarakat Indonesia untuk saling peduli, saling mendukung satu sama lain untuk melawan virus corona agar negri yang kita cintai pulih kembali.
Ada cara yang bisa dilakukan agar masyarakat menengah kebawah dapat menghindari resiko yang ada. Yaitu dengan cara melakukan mitigasi resiko, mitigasi resiko adalah upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya dan dampak resiko (Glosarium, n.d.). Mitigasi resiko kelaparan dan kematian di tengah pandemi corona tentunya itu bisa dilakukan dengan kerjasama berbagai pihak.
Pertama, dimulai dari lingkup terdekat yaitu RT dan RW. Adanya tetangga kita yang kelaparan dan tidak mampu, maka sudah seharusnya sebagai tetangga kita saling membantu. Hubungan RT dan RW perlu dibangun untuk hal seperti itu, saling bekerja sama untuk mengurangi kematian akibat kelaparan.Â
Karang taruna yang berisi pemuda-pemudi harus lebih peka tentang hal tersebut karena berhadapan langsung dengan masyarakat, sehingga masalah yang dihadapi dapat dikomunikasikan kepada RT dan RW. Salah satu contoh yang bisa dilakukan oleh lingkup terdekat adalah membantu tetangga terdekat yang kesusahan akibat virus corona, membagikan sembako kepada masyarakat yang kurang mampu dan membutuhkan dilingkungan tersebut.
Kedua, jika lingkungan tersebut jauh dari jangkauan atau pelosok, maka sudah seharusnya lembaga sosial ikut terjun dalam permasalahan ini, banyak masyarakat menengah kebawah yang jauh dari akses publik. Salah satu lembaga yang dapat membantu yaitu lembaga zakat. Orang fakir, orang miskin, dan asnaf lainnya yang bisa ditemukan dimasyarakat menengah kebawah tentunya berhak menerima manfaat dari zakat yang diterima dilembaga tersebut. Selain lembaga sosial, lembaga lain yang memiliki csr dapat ikut berkontribusi untuk sama-sama bermanfaat.
Ketiga, terlepas dari bantuan lingkungan terdekat, ataupun lembaga sosial. Pemerintah harus membuat sebuah kebijakan atas permasalahan yang hadir ditengah pandemi corona ini. Kebijakan yang bisa dirasakan oleh kalangan yang membutuhkan, sehingga berkurangnya angka kematian yang disebabkan oleh kelaparan masyarakat yang tidak mampu ataupun karna virus corona.Â
Contohnya adalah dengan kebijakan social distancing yang berdampingan dengan kebijakan pemenuhan kebutuhan selama masa social distancing terutama kepada masyarakat yang terkena dampak virus corona serta masyarakat yang membutuhkan. Masyarakat juga harus ikut berpartisipasi dengan mengikuti kebijakan yang sudah dibuat. Semua elemen yang ada harus bekerjasama untuk menghadapi pandemi  corona beserta dampak yang dihadirkan. Semua masyarakat Indonesia berharap agar Indonesia dapat kembali pulih dan lebih baik dari sebelumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H