Mohon tunggu...
Fatimah Maksumah
Fatimah Maksumah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Semester Akhir

Semoga Bermanfaat..

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Munculnya Mata Kuliah Komunikasi Profetik

21 April 2021   13:21 Diperbarui: 21 April 2021   13:39 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  Konteks 

Karena perubahan IAIN ke UIN yaitu transformasi.

Perkembangan informatika dan digital (surat berganti sms).

Bauran kebudayaan dan agama (agama dianggap sebagai aktivitas budaya, maupun sebaliknya dan membuat masyarakat kesulitan memilah perbedaannya).

Komunikasi profektif dapat diartikan sebagai pendekatan dan gagasan yang membawa nilai-nilai kenabian dan kerasulan. Pertama, memanusiakan manusia (humanisasi). Kedua, leberasi (pembebasan dari belenggu kebodohan, kedholiman, dll). Ketiga, transendensi (yang mengarah pada nilai ketuhanan).

  Teks 

Lahirnya UU ITE.

Munculnya media baru (zoom, gmeet, netflix, dll).

Kesalahpahaman

Barat dengn islam (muslim membunuh guru di prancis) > presiden prancis mengatakan islam adalah teroris.

Islam dengan barat (seluruh produk barat kafir).

Barat dengan barat (fenomena kristen protestan membongkar dominasi kerajaan yang diputuskan oleh gereja).

Islam dengan islam (nu, muhammadyah, hti, fpi, syiah, sunni, dll).

Akhirnya komunikasi profetik ini menawarkan kepada dunia menjadi jembatan pemikiran baru dengan nilai kenabian untuk menyikapi segala fenomena.

Strategi Berbicara 

Tehnik berkomunikasi yang baik dan mendapatkan kesan positif bagi orang lain. Dalam komunikasi verbal maka sangat penting untuk bisa menyusun kata-kata yang keluar dari mulut kita menjadi sebuah informasi yang dapat dimengerti, berguna dan menarik bagi orang lain. Komunikasi yang jelas akan membuat orang lain memperhatikan dan menghargai apa yang kita bicarakan.

1. Memperhatikan lawan bicara.

Tidak menatap ke lain hal atau acuh, misalnya berbarengan dengan melakukan kegiatan lain atau sambal bermain HP. Baiknya kita menjaga perasaan lawan bicara dengan minimal menatap ke arah wajahnya. Apalagi saat kita sedang berbicara serius, seperti tentang kerjaan atau bisnis. Alangkah lebih baik kita menghargai mereka dan fokus dengan pembicaraan tersebut.

2. Tidak bertele-tele dan menarik.

Kita sebagai pembicara juga harus berbicara dengan baik. Dengan tidak bertele-tele atau terlalu banyak basa-basi yang akhirnya dapat membuat lawan bicara bosan. Kemudian akan lebih baik bahwa sebelum menyiapkan materi informasi, kita mencari tau target lawan bicara kita seperti apa orangnya. Agar saat berbicara kita dapat menggunakan gaya yang menarik dan mendapat kesan baik oleh lawan bicara.

3. Tidak plin-plan dalam menyampaikan informasi.

Sebagai pembicara, sangat fatal jika kita menyampaikan informasi dengan plin plan, seperti di awal sudah mengatakan boleh lalu di akhir mengatakan tidak boleh. Akibatnya, materi yang kita sampaikan akan dinilai rapuh oleh lawan bicara karena dianggap tidak memiliki fondasi konsisten. Selanjutnya, jika dalam berbicara kita tidak disertai dengan alasan, maka lawan bicara juga akan susah memercayai pembicara karena mereka tidak memiliki picuan atau dorongan untuk terbawa informasi tersebut.

Bagaimana Cara Storytelling Yang Baik

1. Tema 

Pokok pikiran atau gagasan ide dari suatu cerita tersebut. Tema haruslah menonjol atau menarik karena berawal dari tema rangkaian cerita akan terbuat.

2. Alur atau Konflik

Rangkaian atau jalannya cerita dari awal hingga akhir. Bisa dengan alur maju disebut dengan progresif, lalu alur mundur dikenal dengan flashback, serta alur gabungan ialah alur yang menyatukan maju dan mundur. Kemudian konflik adalah hal yang unik dalam cerita, yaitu dengan mengaduk emosi pendengar atau penonton. Adanya konflik membuat cerita semakin menarik dan tidak membosankan.

3. Simpati

Terbentuk oleh penonton sendiri karena olahan dari emosi yang didapatkan dari konflik cerita.

4. Solusi

Nilai atau hikmah dari suatu cerita yang membuat ketertarikan pendengar yang mana setelah konflik terjadi dan mencapai klimaks, terbitlah suatu solusi yang mencerahkan pikiran dan emosi pendengar. Solusi adalah unsur penting story telling karena dapat menjawab atau mewakilkan tanda tanya dari penonton agar tidak dinilai cerita yang menggantung.

5. Efek Pembalikan atau Efek Kejut

Efek pembalikan cerita adalah efek yang membuat penonton tidak menduga akhir dari suatu cerita. Misalnya, film “Tilik” yang sempat viral baru-baru ini yang memberikan efek kejut bagi penonton pada akhir film tersebut. Namun, dalam pemberian efek kejut haruslah diperhatikan, jangan sampai mengacaukan cerita dan menjadi bias.

Bagaiman Kontribusi Islam dalam Segi Ilmu Komunikasi

Ilmu Komunikasi pada umumnya baru mulai berkembang di abad ke-20. Pada sisi lain perkembangan tersebut juga dipengaruhi oleh perkembangan Ilmu Komunikasi terutama ketika tehnologi komunikasi dan media komunikasi berkembang melesat seiring dengan kebutuhan fitrah manusia sebagai makhuk sosial. Dengan hadirnya perguruan tinggi baik di dalam maupun di luar negeri yang membuka jurusan dan program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam diharapkan dapat melahirkan produk pemikiran dan tenaga-tenaga yang handal dan bisa bersaing menghadapi abad informasi ini.

Mempertemukan Agama dengan Ilmu Pengetahuan

Era renaissance dari abad ke-3 hingga abad ke-4 adalah periode emas. Menurut kruitin, periode ini dianggap sebagai puncak dari intermediate civilization of islam yang merupakan saksi dari munculnya kelas menengah yang makmur dan berpengaruh dan memiliki keinginan kuat untuk membuat fasillitas yang diperuntukan untuk memperoleh pengetahuan serta situasi sosial yang telah memberikan kontribusi dalam penyebaran kebudayaan kuno. Era renaissance adalah era dimana kebangkitan intelektualitas masyarakat muslim untuk mempelajari ilmu agama dan kebangkitan mempelajari ilmu sains. 

Saat kita mengkaji keilmuan sosial dan budaya, kita tidak akan pernah lepas dari agama,  karena keduanya saling mempengaruhi.

Gagasan ilmu sosial profetik 

Ilmu ini pertama kali digagas oleh prof. Kunto Wijoyo seorang tokoh penulis nasional, pemikirannya berawal dari teori-teori yang ada, seperti Aristoteles, Plato, dan Newton yang akhirnya muncul-lah perspektif lain dengan mengenalkan konsep wahyu, antara rasionalisme dan empirisme diberikanlah jalan tengah ini. Menurut Kunto Wijoyo, wahyu ini dapat menjadi salah satu sumber bagi ilmu pengetahuan dengan alasan bahwa wahyu mengadung banyak ilmu pengetahuan, contohnya Al-qur’an. Oleh karena itu wahyu merupakan jalan tengah yang hendak ia rintis. Bagi Kunto Wijoyo menggunakan wahyu sebagai ilmu pengetahuan akan melahirkan bentuk keilmuan baru yaitu ilmu sosial profektif.

Balik lagi, kata profektif dalam ilmu sosial profektif secara teologis mengacu pada isra miraj, peran kenabian nabi Muhammad SAW yang tidak tergoda oleh manisnya perjumpaan dengan Allah. Saat isra miraj, kembalinya Rasul kepada masyarakat (bumi) untuk menyampaikan wahyu-wahyu Allah, menyampaikan kebaikan-Nya, dan tidak tergoda oleh nikmat surga-Nya yang menjadi kenikmatan haqiqi. Demikianlah makna atau pesan isra miraj yang dapat diambil oleh prof. Kunto Wijoyo yang mengawali gagasan ilmu sosial profektif itu.

Oleh karena itu kata profektif dipakai untuk kategori etis, bukan kategori ilmu maupun terapan. Dengan demikian profektif merupakan kesadaran sosiologis dari nabi untuk memanusiakan manusia dan membawa manusia untuk beriman kepada Tuhan, dengan kata lain ilmu profektif adalah ilmu yang mencoba meniru tanggung jawab sosial para nabi. Dengan demikianlah yang menjadi pondasi ilmu sosial profektif.

(MZ & FM) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun