Mohon tunggu...
St. Fatimah
St. Fatimah Mohon Tunggu... Guru - Fatimah Latif

Practise makes you perfect

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pro dan Kontra Pembelajaran Tatap Muka

31 Desember 2020   17:32 Diperbarui: 31 Desember 2020   17:41 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Fatimah Latif

Menjelang semester baru ada banyak orang tua siswa yang mengirim pesan, isu dibukanya sekolah makin berkembang. Orang tua siswa banyak yang menanyakan tentang hal tersebut. Sebagai guru berusaha memberikan penjelasan mengenai hal tersebut, tetapi masih saja ada perdebatan diantara para orang tua siswa.

Sebagian dari orang tua siswa setuju akan dibukanya sekolah. Mereka merasa senang karena anak-anak tidak fokus belajar di rumah. Mereka berpendapat dengan belajar di sekolah anak-anak bisa mendapatkan pendidikan karakter dari guru, karena menurut mereka sebagai orang tua mereka tidak memiliki latar pendidikan sebagai pendidik.

Namun di sisi lain ada beberapa orang tua siswa yang tidak setuju belajar di sekolah, mereka lebih memilih belajar secara daring. Hal ini dikarenakan makin meningkatnya penderita yang terjangkit covid-19 di daerah kami. Mereka juga terpengaruh akan berita mengenai virus baru yang merebak diberbagai negara.

Hal tersebut menjadi perdebatan diantara mereka, sebagai wali kelas anak-anak mereka saya berusaha menjelaskan keadaan yang masih belum pasti adanya.  Saya berusaha hadir diantara mereka dan menjadi pihak penengah. Sedikit demi sedikit penjelasan dari saya mereka pun terima.

Setiap masalah yang timbul di masyarakat tentunya ada pro dan kontra. Sama halnya dengan isu dibukanya sekolah yang merebak di tengah-tengah orang tua siswa. Hal ini dapat dimengerti, bagi orang tua siswa yang peduli akan keselamatan anak mereka tentunya merasa khawatir. Sulit mengontrol anak bila berada di lingkungan sekolah yang menjadi alasan mereka.

Beda halnya dengan orang tua siswa yang menginginkan anaknya kembali sekolah, mereka memikirkan pendidikan anak yang tidak terarah selama belajar di rumah. Mereka berpikir orang tua lebih dominan selama belajar di rumah. Anak-anak belajar dengan santai tanpa adanya kontrol penggunaan gadget.

Sebagai pendidik dan wakil sekolah saya pun berusaha mengungkapkan bahwa untuk membuka sekolah  tidak serta merta membukanya begitu saja, meski pun ada lampu hijau dari kementrian pendidikan. Kami harus mengikuti beberapa syarat agar dapat melaksanakan pembelajaran di new normal ini.

Syarat yang harus dipenuhi sekolah yang utama adalah adanya surat ijin dari pemerintah daerah, kemudian dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten kota  harus memastikan langsung sekolah telah memiliki sarana yang memenuhi protokoler kesehatan.

Selain itu, pihak puskemas kecamatan pun harus turun langsung memeriksa kesiapan sekolah dan memastikan kesehatan warga sekolah memungkinkan dibukanya sekolah kembali, dan yang utama adanya surat pernyataan bermaterai dari orang tua siswa yang menginginkan anaknya belajar di sekolah.

Setelah penjelasan panjang dari saya mengenai hal ini mereka pun akhirnya bisa tenang dan tidak ada lagi perdebatan tentang pro dan kontra mengenai pembelajaran tatap muka. Namun terselip harapan dari mereka, pihak sekolah memberikan hal yang terbaik baik untuk anak-anak mereka.

Tentunya, mewakili pihak sekolah saya selalu berusaha memberikan penjelasan.  Sampai saat ini pun kami belum bisa pastikan. Sebelum adanya surat edaran dari pemerintah daerah semua masih abu-abu.

Pelaksanaan pembelajaran tatap muka masih menunggu kepastian, untuk itu tidak perlu diperdebatkan, karena semua siswa akan mendapatkan pelayanan dari pihak sekolah. Bagi anak yang orang tuanya tidak setuju belajar secara tatap muka akan tetap mendapat pembelajaran secara daring dan luring.

Segala hal yang nantinya terjadi semua tetap dirembukkan. Sekolah tidak akan mengambil keputusan secara sepihak karena bagaimanapun segala sesuatu yang  terjadi tentunya menjadi tanggung jawab  kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun