Mohon tunggu...
St. Fatimah
St. Fatimah Mohon Tunggu... Guru - Fatimah Latif

Practise makes you perfect

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja di Tepi Lapaduppa

26 November 2020   07:36 Diperbarui: 26 November 2020   09:09 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak ada pembicaraan. Hanya  dentingan sendok dan piring yang terdengar. Semuanya makan dengan pikiran masing-masing. Sesekali aku melihat ke arah cowo tadi. Tak sengaja mama melihatku, dia tersenyum ke arahku ntah apa yang mama pikirkan tentangku.

Seusai makan malam bapak mengajak Pak Erwan ke ruang tamu, sementara aku bantuin mama beresin meja makan.

“Kak, kalau sudah beres ambil air wudhu dulu sana” kata mama yang berdiri di dekat dapur. Aku hanya mengangguk mengiyakan permintaan mama. Aku pun beranjak ke kamar mandi mengambil air wudhu.

Kini aku berada di ruang shalat menunggu mereka. Kami pun segera menunaikan shalat isya dan selesai shalat pak Erwan mulai mengajariku. Aku kagum sama dia, meskipun usianya masih mudah tapi ngajinya bagus banget. Suara dan pengucapan huruf demi huruf pun sangat baik.

Pembelajaran ngaji hari ini sudah selesai, pak Erwan akan kembali lagi Jumat sore.  Aku pun kembali ke kamar. Saat aku rebahkan tubuhku terdengar notifkasi dari ponselku. Aku  bangkit dan mengambilnya di atas nakas. Segera ku baca pesan whatsapp yang masuk.

“Besok aku jemput ya,  kita liat senja bersama seperti rencana semula” pesan dari Nisa dan segera aku membalasnya.

“Iya, besok pagi aku ijin deh sama mama” balasku.

Beberapa saat tak ada lagi balasan dari Nisa. Aku pun kembali rebahan dan tak berapa lama aku pun terlelap.

Paginya aku ijin mama, sore nanti akan pergi bersama Nisa menikmati senja. Mama memberiku ijin dengan syarat tidak sampai larut pulangnya. Mama selalu memberlakukan jam malam untukku.

Sorenya, Nisa pun menepati janjinya menjemputku di rumah. kami pamit pada mama dan papa.  Aku dan Nisa bergegas menuju pesisir danau tempe.

Di sekitar tempat itu ada beberapa kios kecil penjual makanan. Aku dan Nisa memutuskan duduk sembari  menunggu datangnya senja, dari kejauhan samar-samar terlihat sosok yang tidak asing bagiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun