Mohon tunggu...
Firda Fatimah
Firda Fatimah Mohon Tunggu... Tutor - Belajar

IG : @fatim_firda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Kenali "Smiling Depression", Tameng Diri yang Sedap-sedap Ngeri

25 Desember 2020   04:49 Diperbarui: 7 April 2022   12:35 1169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi senyum terpaksa - BeritaSatu.com

Kalau "ngeri-ngeri sedap" adalah perasaan kita ketika menghadapi suatu hal yang sedikit ngeri tapi kita tetap bisa menikmati dan bahkan senang dan betah melakukannya, maka "sedap-sedap ngeri" bisa dibilang adalah kebalikan dari itu. 

Sedap-sedap ngeri bisa diartikan dengan sesuatu yang terlihat menyenangkan dan dapat dinikmati, namun ternyata akibatnya mengerikan dan bahkan sangat merugikan.

Pernah nggak sih kalian tersenyum namun sebenarnya keadaan hati dan diri sedang tidak baik? Faktanya, tersenyum memang tidak selalu mengartikan bahwa seseorang sedang dalam keadaaan baik dan bahagia. 

Tersenyum terkadang hanya digunakan oleh seseorang untuk menutupi kesedihan yang sedang ia alami dengan maksud agar orang lain melihatnya selalu dalam keadaan baik-baik saja.

Maka, muncul pula istilah "fake smile" atau senyum palsu. Fake smile tidak hanya dilakukan seseorang ketika ia sedang tersenyum jahat, tersenyum sinis, ataupun  tersenyum mengejek. Namun, fake smile juga bisa bermakna senyuman palsu yang dipaksakan agar terlihat selalu bahagia.

Ternyata orang dengan kondisi selalu tersenyum tidak selamanya diartikan bahwa orang tersebut dalam keadaan baik. Barangkali aku, kamu, dan kita pernah atau bahkan sering melakukan dan merasakan itu.

Dan tahukan kamu bahwa jika kita terlalu sering memaksa tersenyum dan tidak jujur pada diri sendiri dengan menyembunyikan masalah-masalah yang kita alami, terlalu lama menyendiri di kamar, perasaan yang sangat tertekan, perasaan tidak berharga, maka waspadalah dengan salah satu jenis depresi yang mungkin jarang sekali kita dengar ini. Apakah itu?

"Smiling Depression"

Smiling Depression adalah kondisi dimana seseorang selalu menampakan wajah tersenyum padahal dirinya sedang dalam keadaan depresi. 

Smiling depression ini memang belum masuk pada kategori gangguan mental, namun ia dapat dikaitkan dengan istilah depresi mayor yang berarti depresi yang membuat penderitanya selalu merasa sedih dan putus asa sepanjang waktu. Dalam istilah medis, smiling depression lebih dikenal dengan "false smile".

Orang dengan smiling depression seringkali tidak ketahuan atau bahkan tidak disadari oleh penderitanya. Stigma masyarakat mengenai penyakit depresi yang dianggap seolah penyakit aib, maka pengenalan gejala depresi sejak dini tidak begitu mendapatkan perhatian bahkan takmau tau.

Gejala smiling depression sangat susah dikenali. Mengapa? Karena orang dengan gejala penyakit depresi ini selalu berusaha memasang senyum. Mengapa orang tersebut selalu berusaha menghadirkan senyum di tengah keadaanya yang carut marut tak karuan?

Kemungkinan sangat besar keadaan tersebut dilakukan karena ia tidak ingin menjadi beban untuk orang lain. Ia merasa bahwa dengan terus tersenyum maka orang-orang di sekitarnya jadi tidak terepotkan olehnya.

Namun ada juga alasan lain yang menyebabkan orang dengan smiling depression tidak mau menampakkan kondisi aslinya. Ia merasa malu, karena stigma masyarakat yang menganggap bahwa orang yang mengalami depresi berarti ia adalah orang gila. 

Ia takut tidak diterima oleh masyarakat karena kondisinya yang sedang terpuruk. Lelaki yang dianggap mempunyai sisi maskulinitas tinggi mungkin akan dengan mudah mengalami ini, karena mereka merasa bahwa menangis bagi lelaki adalah hal yang memalukan.

ilustrasi senyum terpaksa - BeritaSatu.com
ilustrasi senyum terpaksa - BeritaSatu.com

Beberapa orang bahkan kita dan orang di sekitar kita mungkin sudah menyadari akan gejala-gejala depresi yang dialami. Namun sebuah penolakan dilakukan dengan menyatakan bahwa diri sedang dalam keadaan baik-baik saja. 

Sebuah ketidakjujuran ini dilakukan sebagai tameng untuk menghadapi kerasnya hidup dan sebagian mereka percaya bahwa dengan senyuman itu mereka mendapatkan kekuatan tersendiri.   

Namun, jika kondisi ini terus-terusan dialami, dipertahankan dan tidak segera ditangani, bukan tidak memungkinkan orang dengan smiling depression akan memilih untuk mengakhiri hidupnya. 

Bunuh diri dianggap sebagai jalan terbaik untuk mengakhiri semua penderitaan yang ia alami. Maka dari itu, orang dengan "depresi tersenyum" ini jauh lebih berbahaya dengan depresi-depresi lainnya yang masih tertangani oleh orang-orang terdekat dan medis.

Kehidupan memang tidak selalu berkisah tentang hal-hal yang mudah dan menyenangkan serta hal-hal yang kita inginkan. Hal-hal susah, sedih, dan yang tidak kita inginkan dapat juga hadir dan tak dapat kita hindari. 

Maka dari itu jika kita merasa tak cukup mampu untuk menghadapinya, cobalah yang pertama untuk jujur kepada diri sendiri. 

Pahamilah kondisi dan keadaan kita, lalu jangan malu untuk cerita pada orang lain baik itu orang-orang terdekat ataupun orang yang memiliki pemahaman lebih tentang kondisi kesehatan mental.

Mendatangi psikolog atau psikiater bukanlah hal yang memalukan. Memeriksa kondisi mental pada ahlinya dengan tidak buru-buru mendiagnosa secara pribadi akan kondisi diri menjadi solusi terbaik untuk selalu menjaga kesehatan mental kita. 

Tidak ada salahnya pula jika kita meminta tolong orang lain untuk memulihkan kondisi kita. Toh, bukankah memang sejatinya hidup adalah saling tolong-menolong dan memastikan diri untuk selalu lebih baik setiap harinya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun