Mohon tunggu...
Firda Fatimah
Firda Fatimah Mohon Tunggu... Tutor - Belajar

IG : @fatim_firda

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi Hari Ibu, Sudahkah Kamu Tak Berkata "Ah"?

22 Desember 2020   03:11 Diperbarui: 22 Desember 2020   08:05 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senyum ibu untuk buah hatinya - halodoc.com

"... maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, 'Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidikku pada waktu kecil."

Cuplikan terjemah kalam ilahi dalam surat al-isra' ayat 23 diatas mungkin sudah tak asing lagi di telinga kita, bahkan sebagian dari kita sudah ada yang hafal. 

Momen hari Ibu yang diperingati setiap tanggal 22 Desember agaknya selalu memberikan kesan tersendiri bagi seorang anak. Ibu, sosok tak terganti sepanjang masa yang selalu mengalirkan kasih sayang. Beliau bak bidadari yang Tuhan ciptakan dengan kelembutan hati yang luar biasa. Kesabaran dan keikhlasannya tak dapat dibalas walau dengan seisi alam semesta sekalipun.

Setiap hari Ibu, mungkin banyak dari kita yang mengucapkan selamat hari ibu sekaligus memberikan kado terbaik untuk ibu tersayang masing-masing. Momen hari Ibu seakan menjadi sebuah euforia untuk mengungkapkan kebanggaan kita sebagai seorang anak akan kehadiran dan peran sosok ibu dalam menemani kita menjalani pahit dan manis hidup. Ibu selalu ada dan selalu memberikan terbaik untuk sang anak.

Di tanggal 22 Desember, ucapan-ucapan "Selamat Hari Ibu" bertebar dimana-dimana, utamanya di media sosial. Baik itu di twitter, instagram, facebook, line, dan masih banyak lagi, semuanya tak mau ketinggalan untuk memberikan jejak ucapan selamat hari ibu. Tak heran memang dan juga tak ada yang salah, siapa si yang tidak mau merayakan momen spesial yang datangnya hanya setahun sekali ini?

Namun, dibalik ucapan-ucapan selamat hari ibu yang bertebaran di media sosial dan kado-kado terindah yang telah kita berikan untuk sang ibu di hari Ibu ini, sudahkan kita mampu memaknai momen hari Ibu ini? Terkadang kita terlalu mengelu-elukan sebuah perayaan kemudian lupa mengambil esensi dari perayaan itu sendiri. 

Sejatinya, sebuah perayaan ataupun peringatan itu dilakukan agar kita mengingat dan bisa menyegarkan kembali tentang hal tersebut serta mampu mengambil esensi dan hikmah darinya. 

Begitu pula dalam peringatan hari Ibu ini. Kita boleh saja mengucapkan selamat hari ibu, memberikan hadiah terbaik, memeluk ibu serta mengajaknya pergi ke restoran ataupun supermarket dan mempersilakannya membeli apapun yang dia suka. 

Namun, sudahkah kau melakukan kehangatan itu pada ibu di hari-hari lainnya? Dapatkah kau memastikan dirimu bahwa kau sudah tak lagi sering menyakiti hatinya?

Di momen hari ibu ini, sudah selayaknya bagi kita untuk mampu merefleksi diri sebagai seorang anak yang lahir dari rahim beliau yang lemah namun dikuatkan oleh Tuhan. 

Perkataan "ah" ataupun sejenisnya sudahkah tak lagi keluar dari mulut kita ketika sang ibu menyuruh untuk membelikan sabun ataupun sekedar mematikan kran di kamar mandi? Sudahkah kita tak menggerutu ketika ibu tiba-tiba mengomel karena kesalahan yang mungkin kita tak mau mengakuinya? Sudahkah kita tak berkata "nanti saja" ketika asik bermain hp atau gim namun sang ibu tiba-tiba berteriak menyuruh untuk sembahyang?

Sering pula kita tak menyadari atau bahkan abai, apa yang kita lakukan dan apa yang keluar dari mulut kita ternyata membuat hati sang ibu terluka. Beliau mungkin memang tetap tersenyum, namun kita tak tahu bisa saja hati beliau teriris dan berderai tangis.

Sebagai seorang anak, kita perlu sadar akan hal ini. Waktu terus berjalan dan usia sang ibu akan terus bertambah dan tak tahu kapan beliau akan berhenti tersenyum di depan wajah kita.

Senyum ibu untuk buah hatinya - halodoc.com
Senyum ibu untuk buah hatinya - halodoc.com
Doa sang ibu untuk buah hatinya itu mudah sekali terkabul. Tuhan memberikan frekuensi yang sama  antara ibu dan anaknya. Menyimak dr. Aisyah Dahlan, CHt dalam salah satu webinar, beliau mengatakan bahwa frekuensi ibu dengan anak kandungnya itu sama persis sehingga apa yang diucapkan oleh sang ibu melalui doa itu cepat sekali terkabul.

Maka dari itu, apakah kita sudah dikatakan berbakti jika momen hari Ibu ini hanya kita jadikan euforia sesaat lalu kemudian menguap begitu saja. Sejatinya ibu tidak butuh dan tidak meminta ucapan-ucapan selamat dan hadiah atau materi apapun itu.

Membuat beliau tersenyum dengan menjaga perkataan, merendahkan suara ketika berbicara dengannya, nurut ketika beliau meminta bantuan atau menyuruh melakukan suatu hal, membantu pekerjaan tanpa harus disuruh terlebih dahulu, tidak menajamkan pandangan ketika kesal adalah beberapa yang semestinya kita hadirkan selalu untuk sang ibu.

Tak hanya di hari Ibu saja, namun setiap hari. Karena setiap hari adalah milik kita. Kita berhak dan sudah seharusnya untuk menebar kebaikan untuk semuanya, utamanya pada ibu. Ya, malaikat tanpa sayap yang sayapnya sudah diberikan untuk anaknya. Maka, terbanglah dirimu dan jangan lupakan ibumu. Berbaktilah padanya, maka pengembaraanmu akan menemui takdir baik-Nya untukmu.

Salam.

Selamat Hari Ibu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun