Sesekali coba tanyakan pada anak-anak kita atau siswa-siswa kita pertanyaan-pertanyaan untuk membangun kesadaran mereka sendiri dalam melakukan suatu hal yang baik. Ketika seorang anak sedari kecil sudah dilatih untuk melakukan sesuatu hal baik karena kesadarannya sendiri, maka seiring tumbuh kembang sang anak, ia akan terbiasa melakukan hal-hal baik tanpa adanya unsur keterpaksaan dan mampu memaknainya untuk menjalani kehidupan yang lebih luas nantinya.
Karena pada saat ini kita sedang memperingati Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW atau biasa kita sebut dengan Maulid Nabi, maka saya akan mengulas sedikit tentang bagaimana menanamkan cinta anak pada Rasulullah dan mengajarkan untuk meneladani sosok beliau dengan memberikannya pertanyaan-pertanyaan yang mampu membangun kesadaran sang anak untuk mencintai dan meneladani beliau.
Kebetulan sekali, saya rutin mengajar anak-anak kecil di komplek rumah saya. Mengajarkan mereka baca tulis Al-Qur'an. Ada kesenangan tersendiri bagi saya ketika bisa mengajar mereka dan melihat senyum-senyum mereka semangat menuntut ilmu. Walaupun ada saja yang suka usil, namun begitulan anak-anak kecil, mereka hanya butuh perhatian penuh.
Hari ini, mereka saya ajak untuk kembali mengingat tentang sosok Nabi Muhammad setelah kemarin sedikit membahas tentang hari kelahiran beliau. Pertanyaan-pertanyaan tentang kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW saya lontarkan kepada mereka. Pertanyaan tersebut hanya dua, namun saya rasa akan sangat mampu membangun kesadaran mereka sendiri akan cinta kepada Nabinya dan cara mereka meneladaninya.
- Aku cinta Nabi Muhammad SAW, karena ...
- Aku cinta Nabi Muhammad SAW, maka aku harus ...
kemudian saya suruh mereka untuk menjawabnya di buku masing-masing. Luar biasa, ketika saya membaca jawaban-jawaban mereka. Berikut saya fotokan sebagian jawaban-jawaban mereka, sungguh menakjubkan bukan?
Sang anak mampu dengan jujur menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Secara tidak langsung, apa yang sudah kita ajarkan kepada mereka tentang Sosok Nabi Muhammad SAW membekas pada diri mereka. Tak hanya itu, ada satu anak tiba-tiba mengatakan "eh itu dia marah-marahnya gitu, gak cinta sama Nabi Muhammad berarti ya, Mbak" saat melihat ada temannya yang marah di kelas lain. Dengan begitu, ia sudah mampu menilai apakah suatu perbuatan itu baik atau tidak, sesuai dengan teladan nabi atau tidak.
Mencoba membangun kesadaran sang anak akan cinta kepada Nabi Muhammad dengan menanyakan apa yang harus dia lakukan kalau cinta pada beliau, dengan sendirinya dia akan mencoba melakukan apa yang sudah ia jawab tadi. Tak lupa juga kita selalu mengingatkan kepada mereka apa yang sudah mereka jawab kemaren atau dulu, seperti dengan kata-kata:
"Hayo, kemaren katanya kalau cinta Nabi harus gini... yang kata adek kemaren, jangan lupa yaa hehe"
Sebenarnya apa yang coba saya ulas ini sejalan dengan Teori Belajar Konstruktivisme, yang mana proses belajar sang anak atau siswa dibangun atas pengetahuan dan kesadarannya sendiri akan pengalamannya, dalam artian pemberian makna oleh anak/ siswa kepada pengalamannya melalui aktif berpikir akan hal-hal yang ia pelajari.
Mari tanamkan teladan-teladan akan sosok pribadi Nabi Muhammad SAW pada anak dengan bijaksana dan mampu membekas pada diri sang anak.Â
Allohumma sholli 'ala Sayyidina Muhammad.
Salam :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H