Mohon tunggu...
Firda Fatimah
Firda Fatimah Mohon Tunggu... Tutor - Belajar

IG : @fatim_firda

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anak Salah Pergaulan, Tanggung Jawab Siapa?

21 Oktober 2019   06:00 Diperbarui: 21 Oktober 2019   08:16 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang anak tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu dalam hal fisik dan juga mental. Terlebih masa remaja adalah masa peralihan dari pubertas ke dewasa yaitu pada usia 11 sampai dengan 19 tahun (Prawirohardjo: 2011). 

Dalam masa ini banyak masalah atau problem hidup yang harus dihadapi yang mana jiwa masih belum stabil dalam mengambil suatu keputusan dan mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat negatif (Michaud dan Fombone: 2005). 

Jadi pada masa remaja, seorang anak dengan mudah terpengaruh hal-hal negatif yang dapat menyeretnya pada pergaulan bebas atau salah pergaulan.

Sedangkan apasih Pergaulan itu ?

Pergaulan menurut KBBI memiliki arti hidup berteman atau bersabat dalam lingkungan masyarakat. Dalam hal ini seorang anak ikut andil dalam lingkungan sosialnya. Namun yang menjadi permasalahan adalah apakah seorang anak pada masa remajanya memiliki pergaulan yang benar atau salah.

Salah pergaulan dapat disebabkan oleh beberapa faktor :

a. Tayangan Televisi

Televisi menayangkan sebuah tayangan yang adakalanya mendidik dan tidak sedikit juga yang dapat menghancurkan moral seorang anak.  Mungkin banyak dari kita juga menyadari bahwa tayangan-tayangan baik film, entertain, iklan, dan semacamnya terdapat tayangan ataupun adegan yang tidak selayaknya ditonton oleh seorang anak. Karena hal tersebut dapat mempengaruhi perilaku dan pola fikir seorang anak.

b. Media elektronik

Tidak dapat kita pungkiri bahwa teknologi dalam kehidupan ini semakin maju dan canggih. Media elektronik terutama HP sudah sangat lumrah dan mudah kita temukan. Bahkan  seorang anak yang tidak memiliki HP seakan dia dikucilkan oleh teman-temannya. 

Maka mau tidak mau orang tua memberikan HP pada anaknya yang bahkan saat masih kanak-kanak sudah memiliki HP sendiri. Seorang anak bisa mengakses HP sesuka mereka dengan menggunakan internet, dan hal ini sangat rawan bagi seorang anak untuk mengakses hal-hal yang negatif.

c. Pergaulan teman

Adanya teman menjadi warna dalam kehidupan terutama bagi seorang anak. Berteman dengan teman yang baik akan membawa dampak yang baik, dan sebaliknya berteman dengan anak yang nakal akan membawa dampak yang tidak baik. 

Sebagaimana pepatah yang berbunyi "berteman dengan penjual minyak wangi, maka akan terkena bau wanginya, sedangkan berteman dengan tukang pandai besi, maka akan terkena bau besinya".

Pergaulan bebas yang marak dalam kehidupan remaja sangatlah miris. Seorang remaja dengan mudah masuk dalam lingkungan mabuk-mabukan, narkoba, seks bebas, kriminal, dan lain sebagainya.

Lalu bagaimana peran stakeholder BK dalam menangani pergaulan bebas?

Penanggulan pergaulan bebas dalam remaja dapat dilakukan oleh BK dengan mengkolaborasikan antara stakeholder BK internal dan eksternal. Dalam hal ini stakeholder internal adalah guru BK, dan stakeholder eksteral adalah orang tua.

Apa yang dilakukan guru BK?

  • Memberikan bimbingan preventif terkait pergaulan bebas dan dampaknya
  • Menanggulangi pergaulan bebas dengan layanan responsif yang cepat tanggap dalam megatasi pergaulan bebas anak didik.
  • Melakukan pendekatan kepada orang tua peserta didik agar lebih memahami tentang kecenderungan sikap seorang remaja yang idealis dan tidak realistis.
  • Mengusulkan program kerohanian/ religius di sekolah agar siswa memahami norma-norma agama dalam kehidupannya.

Lalu bagaimana peran Orang tua?

  • Orang tua hendaknya sebagai pendorong anak untuk memotivasi ketika anak sedang dirundung masalah, sehingga dapat meminimalisir terjadinya kesalahan dalam menyelesaikan masalahnya.
  • Orang tua hendaknya menjadi pengawas tingkah laku anak. Dalam hal ini bukan berarti orang tua mengekang apa saja yang dilakukan oleh sang anak. Namun orang dapat menjadi pengontrol atas apa yang dilakukan oleh anak.
  • Orang tua dapat menjadi teman yang nyaman oleh sang anak. Seorang anak dapat dengan enak curhat atas kesenangan dan kesedihan yang dia alami kepada orang tua. Dengan begitu menciptakan keakraban antar orang tua dan anak dapat menghindarkan anak dari salah pergaulan.
  • Orang tua memberikan bimbingan agama pada sang anak. Penanaman bergama yang baik dapat membentuk karakter siswa untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dalam kehidupannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun