Mohon tunggu...
Fatimah Dasrum
Fatimah Dasrum Mohon Tunggu... Guru - PNS

Kata Sayidina Ali, kekasih Fatimah, Kesabaran itu ada dua, sabar atas sesuatu yang kauingin dan sabar atas sesuatu yang tidak kauingikan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kembalinya sang Pujaan

11 Agustus 2020   10:38 Diperbarui: 11 Agustus 2020   10:53 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku baru paham kalau Bejo adalah teman SMA Surti yang dengan sengaja menyamar jadi tukang kebun di padepokan itu, atas rekomendasi Pak Farhan tukang kebun tua. Ia diakui sebagai anak Pak farhan. 

Surti bahkan sudah bertunangan dengan Bejo. Sebab itulah, ketika Surti yang memiliki bakat menyanyi sepertiku terjatuh di tangan Aa Jantur.  Kemudian bejo mencari cara agar bisa masuk ke padepokan itu.

Dasar ustaz gadungan yang super bejat. Kami para perempuan yang gila ketenaran, menjadi takbisa berpikir panjang. atas janji- janji manis yang dibungkus agama, kami benar-benar jatuh sejatuh-jatuhnya. 

Siapa pun yang sudah masuk ke sarang padepokan ini dijamin tidak perawan lagi. sebab  si Aa biadap itu selalu memaksa kami untuk mengisab sabu dan lalu dinikmati tubuh kami bergantian. Yang aku herankan, di negeri yang katanya aman dan para aparat dibayar untuk melindungi rakyat kecil itu mana.. 

Mengapa mereka tidak tahu, ada padepokan terselubung sebesar ini dan selama ini. Benarkah mereka tidak tahu? Aku sungguh geram memikirkannya. 

Aku bersyukur pernah aktif di pramuka, meski aku kadang masih sering norak, nyatanya aku masih punya keberenaian untuk memberontak.

 Entah bagaimana mulanya hingga aku ketemu Surti yang lebih dulu masuk di Kandang ini. Ya, tempat itu lebih cocok disebut kandang pembulian, perkosaan. 

Hari- hari masih berputar seperti biasa, tiba-tiba Surti menjerit lalu pingsan, sambil tangannya menunjuk ponsel yang dipegangnya. 

Kami memang masih dalam rumah persembunyian. Namun, berita penangkapan Aa bejat itu benar-benar mengejutkan kami. Rupanya Bejo sudah bergerak cepat melaporkan sepak terjang padepokan itu. sementara bukti besar yang lain masih ada di tangan kami  yang tersimpan dalam kotak merah. 

Kami memang harus berhati-hati, sebab mencari aparat yang bisa dipercaya tidak semudah membalik telapak tangan. 

Malang takdapat ditolak, ketika Bejo bergerak dengan beberapa aparat itu,Dia tertembak dengan cinta yang meluap di dadanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun