Perkembangan moral lagi-lagi menjadi topik yang hangat untuk dibicarakan. Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat di negara kita tercinta ini sangat buta akan perihal moral. Simpang siur berita pengeroyokan, kriminal, bahkan bullyingpun sudah tidak asing lagi terdengar ditelinga kita. Hampir setiap hari ada saja kasus baru yang terdengar. Yang paling tidak disangka adalah kasus klitih (keliling golek getih) yang terjadi di Jogja ternyata kebanyakan pelakunya adalah para pelajar. Sedih sekali bukan?
Minimnya pemahaman moral ini seperti sudah mendarah daging. Tapi apa boleh buat? Bukan berarti kita sebagai bibit-bibit penerus memang harus bisa merubahnya. Dengan cara menerapkan kedisiplinan, rasa sosial atau peduli sesama, menumbuhkan rasa empati, rasa cinta dan kasih sejak usia dini.
Apa itu perkembangan moral anak usia dini?
Perkembangan moral anak usia dini adalah pengenalan aturan dalam berkehidupan sosial kepada lingkungan sejak usia dini. Pelajaran moral kita ajarkan bukan hanya sekedar untuk mempertahankan nilai budaya, tapi lebih dari itu yaitu, sebagai usaha melestarikan etika budi pekerti luhur, nilai-nilai, norma, tentunya juga tata krama yang sesuai dengan kehidupan yang kita tanam sejak usia dini.
Hal yang menurut kita sangat sederhana bisa saja menjadi sangat berarti bagi anak usia dini. Contoh sederhana dalam mengembangkan moral anak usia dini adalah dengan mengajak anak berkenalan dengan teman seusianya, mengajarkannya untuk saling memberi, saling bantu membantu, membiasakannya untuk saling peduli sesama, mengajarkannya untuk biasa mengucap "terimakasih ", "maaf", dan "minta tolong" kepada orang lain sesuai dengan kegunaannya.Â
Selain itu, kita juga bisa merancang kegiatan yang menyenangkan dengan unsur-unsur moral di dalamnya. Walaupun hanya permainan, namun dengan anak mengikuti peraturan permainan, menghargai, dan menaatinya itu juga sudah termasuk dalam pengembangan nilai moral bukan?
Mengajarkan nilai moral kepada anak tidak harus dengan kegiatan yang terprogram apalagi rutin, karena hal bisa membuat anak cepat bosan dan itu bisa membuat makna dari pengajaran tentang nilai moral hilang. Dalam memandu anak mengembangkan nilai moralnya kita juga harus mengetahui Kebutuhan, minat, serta kekuatan anak. Sehingga pembelajaran tentang pengembangan moral dapat berjalan dengan efektif dan anak bisa responsif.
Apa sebenarnya yang menjadi tujuan dari pengembangan moral?
Yang menjadi tujuan dari pengembangan moral adalah mengarahkan serta mengendalikan tingkah laku anak sesuai dengan norma atau standar masyarakat dan nilai-nilai yang terkandung dalam aturan keluarga atau yang dimiliki orang tua.Â
Dalam pengaplikasian pengembangan moral anak usia dini harus dihubungkan dengan fungsi dan peran norma sesuai dengan sosial dan kehidupan anak-anak. Yang perlu kita tau, kehidupan moral anak itu tidak lepas dari norma, apalagi norma kesopanan.
Pelajaran berharga seperti ini perlu pembiasaan dalam pengajarannya. Anak-anak tidak bisa diajarkan dalam satu pengajaran saja. Diperlukannnya pengajaran berulang hingga menjadi pembiasaan dan itu semua disertai dengan penerapan contoh.Â
Pengenalan nilai moral dan pengembangan moral pada anak memang harus didasari dengan pembiasaan, karena secara psikologis sendiri dibutuhkan waktu dan kegiatan yang berulang dalam pengajaran nilai moral pada anak mengingat di usia anak yang masih begitu dini ia masih belum bisa memahami pengembangan moral secara teoritis.
Contoh penerapan nilai-nilai moral pada anak:
1.Mengajarkan nilai agama dengan menjaknya mengikuti kegiatan keagaaman. Yang paling utama adalah mengenalkan suatu kewajibannya seperti sholat, puasa dan lain sebagainya.
2.Mengajarkan salam dan menjawabnya, baik ketika hendak pergi maupun mendengar orang mengucapkan salam dengannya. Ini bisa dijadikan kegiatan rutin sehari-hari.
3.Membiasakannya bersalaman, salim kepada orang yang lebih tua baik ketika ia hendak pergi atau saat bertemu.
4.Mengajarkannya mengantri saat ingin memainkan sesuatu bersama temannya. Ex, ayunan.
5.Meminjam atau meminjamkan mainan dengan cara yang baik.
6.Berdo'a saat hendak melakukan kegiatan.
7.Mengawali sesuatu dengan tangan atau kaki kanan. Seperti masuk masjid, makan, bahkan pada saat memberi sesuatu.
8.Kita juga bisa mengajarkan pembelajaran moral lewat kisah-kisah atau cerita yang penuh hikmah, ex: kisah nabi.