Mohon tunggu...
Fatimah azzahroh
Fatimah azzahroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

lakukan apa yang bisa kamu lakukan hari ini, kasih yang terbaik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Yuk Cari Tau! Alat Apa Ajasih yang Biasanya Digunakan untuk Pemindai Otak

26 Maret 2022   14:48 Diperbarui: 26 Maret 2022   14:59 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pada dasarnya kita semua tau bahwa otak adalah benda yang ada di dalam tata surya kita yang perannya ini cukup canggih, apalagi dalam mempelajari dirinya sendiri. Namun, kita tau bahwa menyelediki diri kita sendiri itu tidaklah mudah dan cukup menyulitkan. Sebagai manusia yang ditakdirkan menjadi makhluk sosial saja butuh terhadap pandangan orang lain apalagi otak, pastinya butuh sesuatu untuk penyelidikan lebih dalam. Otak adalah suatu benda (bagian) yang ada di dalam kepala kita yang dilindungi oleh tengkorak yang cukup tebal, terbungkus juga oleh lapisan-lapisan jaringan pelindung dan juga terdiri atas miliaran sel yang kecil dan saling terhubung. Untuk itu sangat sulit bagi kita untuk memisahkan, mengamati maupun memahami penyakit yang biasanya menyerang otak seperti, Alzheimer.

Jadi, bagaimana cara kita meneliti otak sehat tanpa membahayakan pemilik otak?

Cara yang dapat kita lakukan dalam meneliti otak salah satunya adalah dengan alat pemindai otak. Ada 7 cara atau alat pemindai otak. Apa aja sih alatnya? Ada EEG, CT, PET, MRI (FMRI), MEG, TMS, dan Micro CT. Dari tiap metode ini masing-masing mengukur otak dengan cara berbeda dan tentunya mempunyai keunggulan maupun kelemahan. Kita akan menjelaskannya satu persatu.

Yang pertama adalah elektro ensefalografi. Sebutan yang lebih terkenal dari elektro ensefalografi adalah EEG. EEG merupakan alat yang digunakan sebagai pengukur aktivitas kelistrikan di dalam otak. Saat sel-sel yang ada di dalam otak kita berkomunikasi, mereka akan menghasilkan sebuah gelombang listrik. Beberapa elektrode diletakkan di bagian tengkorak lalu, elektrode ini akan menangkap gelombang-gelombang yang di hasilkan oleh sel-sel yang berkomunikasi. Antara elektrode satu dengan yang lainnya bisa membedakan dan menjelaskan hasil sinyal yang dideteksinya oleh masing-masing elektrode tersebut. Teknik ini ternyata sudah ditemukan sekitar 100 tahun yang lalu dan sampai saat ini masih digunakan para dokter atau peneliti untuk mendiagnosis penyakit, seperti penyakit epilepsi dan gangguan tidur.

EEG juga di gunakan untuk menyelediki bagian otak yang aktif selama kegiatan belajar atau memperhatikan sesuatu. Perlu diketahui EEG adalah teknik yang non-invasif, relatif murah, dan cepat. EEG bahkan bisa mengukur perubahan yang terjadi hanya dalam ukuran milidetik. Sayangnya alat ini susah untuk menentukan dengan tepat dimana pola itu berasal. Sinyal kelistrikan terus dihasilkan di seluruh otak dan mereka saling berinteraksi satu sama lain sungguh menghasilkan pola yang rumit.

Dengan memakai banyak elektrode atau algoritme sebagai pengola data canggih awalnya memang bisa membantu tapi akhirnya tidak cukup memuaskan. Secara medis memang EEG bisa memberitahu secara tepat kapan aktivitas terjadi, tapi EEG tidak bisa memberitahu dimana lokasi pastinya. Untuk itu kita perlu teknik lain.

Yang kedua ada CT scan (computerized tomography) adalah sebuah mesin atau alat pemindai berbentuk lingkaran. Lingkaran itu tentunya besar dan cuku untuk ukuran orang dewasa. Orang yang memeriksakan dirinya pada alat ini, akan dimasukkan kedalamnya dengan posisi berbaring. CT scan tidak hanya untuk bagian kepala saja, alat ini juga untuk mendeteksi paru-paru, jantung, rongga perut dan panggul, serta tulang. Fungsi alat ini sebagai pemindai otak adalah untuk pengerasan jaringan, pendeteksi jaringan yang mati akibat stroke atau tumor, dan trauma di kepala. Untuk fungsi lain dari alat ini adalah sebagai pendiagnosa kelainan otot, sendi, tulang, menentukan ukuran dan lokasi tumor, menentukan lokasi pembekuan darah dan infeksi, alat ini juga membantu dokter memandu prosedur medis seperti operasi, terapi radiasi atau biopsi. Alat ini juga dapat mendeteksi atau memantau perkembangan penyakit dan kondisi tertentu seperti penyakit jantung dan kangker, bahkan alat ini bisa mencari tahu lokasi pendarahan internal dan cidera.

Yang ketiga ada pencitraan resonansi magnetik fungsional atau FMRI. FMRI ini bisa mengukur seberapa cepat oksigen digunakan oleh sel otak. Bagian otak yang aktif akan menghabiskan oksigen lebih cepat. Memindai atau mengamati FMRI saat seseorang sedang mengerjakan tugas kognitif dan perilaku dapat membantu kita mengetahui bagian otak mana yang terlibat. Alat ini bisa memungkinkan kita untuk meneliti segalanya, dari cara melihat wajah hingga bagaimana memahami apa yang dirasakan seseorang. FMRI dapat menunjukkan perbedaan dalam aktivitas otak hingga beberapa milimeter tapi, kerja alat ini lebih lambat ribuan kali dari EEG. Menggunakan kedua teknik (EEG dan FMRI) secara bersamaan dapat membantu menunjukkan kapan dan dimana aktivitas saraf sedang terjadi.

Yang keempat ada teknik yang lebih teliti lagi yakni tomografi emisi positron dan ia mengukur dengan unsur radioaktif yang dimasukkan ke otak. Mungkin metode ini terdengar sangat menakutkan namun nyatanya tidak. Pemindai PET sama seperti FMRI dan EEG sama-sama metode yang aman. Selama pemindai PET menggunakan sejumlah bahan kecil radioaktif yang disebut alat pelacak. Alat pelacak ini di suntikkan ke dalam aliran darah. Saat pelacak sudah disuntikkan para dokter bisa memantau peredaran darah yang melewati otak, lalu mengubah pelacaknya untuk mengikat molekul khusus. Pemindai PET ini bisa untuk meneliti proses kimiawi yang rumit yang ada di dalam otak. PET berguna untuk meneliti bagaimana obat mempengaruhi otak dan mendeteksi penyakit seperti, Alzheimer. Tetapi metode atau teknik ini mempunyai resolusi waktu yang paling lama diantara yang lainnya. Karena alat pelacaknya perlu beberapa menit untuk beredar dan menimbulkan vperubahan muncul.

Yang kelima ada Magnetoencephalography atau sebutan lebih sederhananya adalah MEG. MEG adalah alat pemindai otak yang bekerja dengan teknik neuroimaging fungsional. Alat pemindai MEG ini bekerja dengan cara merekam guna memetakan segala aktivitas otak. Arus listrik atau aliran listrik yang terjadi secara alami di dalam otak pastinya akan menghasilkan suatu medan magnet. Nah, medan magnet ini yang nantinya direkam menggunakan magnetometer yang sangat sensitif.

Yang selanjutnya ada TMS singkatan dari transcranial magnetik stimulation. TMS ini merupakan alat pemindai yang digunakan untuk merangsang syaraf-syaraf yang ada di dalam otak. Cara kerjanya dengan tekanan magnetik yang tekanan ini disalurkan melalui kulit kepala. TMS juga merupakan alat terapi tambahan, namun perlu digaris bawahi bahwa dia bukan termasuk terapi pengganti obat apapun bukan juga pengganti obat gangguan saraf.

Dari beberapa teknik yang ada di atas secara tidak langsung dapat membantu dokter dan para ilmuan untuk menghubungkan apa yang terjadi di dalam otak kita dengan tingkah laku kita tetapi, ini semua tidak cukup memuaskan bagi mereka. Mereka dibatasi oleh seberapa banyak yang belum mereka ketahui contohnya saja banyak sekali pertanyaan tentang otak yang masih belum juga terjawab. Namun kita harus yakin bahwa teknologi analisis, suatu saat nanti akan lebih canggih. Hingga kita semua dapat meneliti hasil yang lebih akurat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun