Mohon tunggu...
Fatimah Az zahra
Fatimah Az zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Teamwork makes the dream work!

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Bagaimana Pemimpin Mengelola Perubahan dan Mengatasi Resistensi?

19 Agustus 2021   22:57 Diperbarui: 19 Agustus 2021   23:09 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://fakhrurrojihasan.wordpress.com

Bagaimana seorang pemimpin mengelola perubahan yang terjadi didalam oranisasi?

Perubahan merupakan membuat sesuatu menjadi berbeda dari biasanya, dan kesalahan yang umum terjadi pada pemimpin saat memulai perubahan. Karena mereka gagal untuk menciptakan rasa keinginan saat diperlukan perubahan, koalisi mengelola proses perubahan serta pemimpin gagal untuk berkomunikasi kepada pengikut tentang perubahan didalam organisasi.

Tujuan dari adanya perubahan ialah untuk mengubah perilaku pengikut serta upaya untuk meningkatkan kemampuan organisasi untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar seperti pada saat ini semua orang mengalami perubahan, yang tadinya bekerja datang kekantor, namun sekarang mereka bekerja melalui zoom atau google teams.

Sumber: https://sentralsistem.com
Sumber: https://sentralsistem.com
Dengan mengelola perubahan pada organisasi pemimpin dengan mudah bisa membuat pengikut untuk tidak melakukan resistensi. Menurut Kotter (2019, 632) ada delapan langkah dalam menerapkan perubahan, yakni bangun rasa urgensi mengapa diperlukan perubahan, bentuk koalisi untuk memimpin perubahan, ciptakan visi yang kuat untuk mengarahkan perubahan, komunikasikan visi, rencanakan, membuat serta menghargai organisasi menuju visi yang baru, mengkaji ulang perubahan, dan perkuat perubahan dengan membuktikan hubungann dengan perilaku baru untuk kesuksesan organisasi.

Secara umum terjadinya resistensi di dalam organisasi bukanlah hal yang baru, adanya resistensi disebabkan hal yang kurang berkenang serta adanya ketidakadilan yang terjadi pada perubahan tersebut yang membuat para pengikut untuk melakukan penolakan. Perlawan terhadap perubahan bisa menjadi hal yang positif jika pemimpin memandu pada diskusi antar pengikut.

Dan sumber dari resistensi yaitu salah satunya dari individu itu sendiri, seperti kebiasaan yang mana untuk mengatasi kerumitan, sebagian orang mengandalkan kebiasaan tetapi ketika dihadapkan dengan perubahan, kecenderungan dengan cara yang biasa bisa menjadi sumber dari perlawanan. Dimana seorang pemimpin harus siap dalam menghadapi resistensi dan harus menemukan cara mengatasi hal tersebut, sebab orang lain dapat melihat akan nilai perubahan yang diperlukan agar organisasi berhasil.

Sumber: https://fakhrurrojihasan.wordpress.com
Sumber: https://fakhrurrojihasan.wordpress.com
Bagaimana cara pemimpin mengatasi terjadinya resistensi didalam organisasi?

Menurut buku yang dikemukakan oleh Robbins dan Judge yang berjudul Organizational Behavior (2019, 629) ada delapan cara pemimpin dalam mengatasi resistensi yang terjadi didalam organisasi, yaitu:

1. Communication (Komunikasi)

Komunikasi merupakan peranan penting bagi individu dalam berinteraksi dilingkungan sekitar, yang mana itu lebih penting di saat terjadinya suatu perubahan, pemimpin menggunakan komunikasi untuk menyatukan orang dalam kesamaan tujuan dan bertukar pendapat serta saran untuk memastikan bahwa visi dan startegi diterima oleh para pengikut.

Dengan adanya komunikasi antar dua belah pihak saat terjadinya perubahan dapat menurunkan terjadinya perlawanan atau penolakan dari pengikut kepada organisasi serta meminimalisir informasi yang salah atau kurang yang disebabkan karena adanya komunikasi yang buruk antara pemimpin dan pengikut.

2. Participation (Partisipasi)

Dengan adanya partisipasi dari kedua belah pihak baik secara mengeluarkan pendapat, saran atau ide dapat memberikan kontribusi yang berati bagi pemimpin dan organisasi dalam mengatasi perubahan, dengan adanya partisipasi dari para pengikut dapat mengurangi penolakan, meningkatkan akan kualitas dalam pengambilan keputusan, dan memperoleh komitmen.

3. Building support and commitment (Membangun dukungan dan komitmen)

Membangun dukungan, motivasi, dan menekankan komitmen pada organisasi dapat membantu pengikut berkomitmen secara emosional terhadap perubahan daripada status quo, sebab ketika pemimpin atau pengikut memiliki komitmen yang rendah untuk perubahan maka mereka akan menolak dan lebih menyukai status quo.

Komitmen sangat penting dalam mengatasi resistensi, ketika pemimpin melakukan perubahan membawa risiko pada sebagian individu, maka dari itu diperlukan komitmen pengikut untuk membantu mengatasi ketakutan serta penolakan.

4. Develop positive relationships (mengembangkan hubungan yang positif)

Pengikut yang memiliki hubungan yang positif terhadap pemimpin jauh lebih positif terhadap proses perubahan, dimana sebuah penelitian mengatakn jika pemimpin dapat memberikan fasilitas kerja yang memadai dan hubungan yang positif kepada pengikut, maka mereka mungkin dapat mengatasi perlawan atau penolakan terhadap perubahan yang terjadi didalam organisasi.

5. Implementing changes fairly (Menerapkan perubahan dengan adil)

Apabila organisasi ingin meminimalisir dampak negatif dari penolakan maka mereka harus memastikan bahwa perubahan yang terjadi diterapkan secara adil bagi semua kalangan. Dengan adanya adil dari pemimpin beberapa penolakan tidak dapat dihindarkan apabila itu mempengaruhi kebebasan pengikut.

6. Manipulation and cooptation (Manipulasi dan kooptasi)

Manipulasi dan kooptasi adalah cara yang relative mudah untuk mendapatkan dukungan dari musuh, namun dapat dijadikan gambaran jika mereka menyadari sedang ditipu. Manipulasi sendiri merupakan upaya pengaruh yang terselubung yang mana untuk membuat lebih menarik, serta kooptasi menggabungkan manipulasi dan partisipasi yang mencari saran bukan karena untuk mendapatkan solusi melainkan untuk mendapatkan dukungan.

7. Selecting people who accept change (Memilih orang yang menerima perubahan)

Dengan memilih individu yang mau menerima perubahan apabila terjadi dapat memungkinkan untuk lebih mudah beradaptasi, seperti contohnya zaman sekarang jika terus berada di zona yang tidak paham teknologi, maka dia akan terjebak dan lebih susah menerima perubahan. Oleh karena itu perlu memilih individu yang memiliki kolektivitas sebab mampu untuk menerima perubahan dengan lingkungan sekitar.

8. Coercion (Pemaksaan)

Dengan menerapkan ancaman langsung, paksaan atau peringatan dapat memberikan rasa takut kepada bawahan, contohnya seperti jika mereka tidak mau menerima perubahan maka pemimpin dapat memotong gaji, evaluasi kinerja yang buruk, dan tidak menerima promosi jabatan.

Jika pemimpin atau pengikut ingin mengetahui bagaimana cara dia bisa mengelola atau menangani masalah ketika terjadinya masalah, mereka bisa melakukan tes yang terdiri dari 12 soal benar atau salah. Seperti apakah saya menganggap perubahan dalam hidup sebagai hal yang negatif, ketika saya membuat sebuah rencana saya tidak akan mengubahnya, dan ketika saya diberitahu atasan tentang perubahan yang signifikan maka saya memperketat.

Jika sudah diisi semua maka diberi nilai pada Jawaban yang paling benar pada setiap butir pertanyaan 1-3, 6-12, dan untuk butir pertanyaan yang salah 4 dan 5. Total skor yang lebih tinggi dari 8 maka menandakan anda lebih menyukai kehidupan yang dapat diprediksi, dan jika mendapatkan total skor 5 atau lebih rendah maka penolakan anda terhadap perubahan bisa jadi rendah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun