Toleransi beragama merupakan salah satu pilar utama dalam menciptakan harmoni dalam masyarakat yang beragam. Di Indonesia, yang terkenal dengan keragaman budaya dan agama, Dusun Candi, Desa Jatirejo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, menjadi contoh nyata bagaimana toleransi dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Di dusun ini, masjid dan gereja berdiri berdampingan, hanya berjarak kurang dari 100 meter, menciptakan suasana damai di tengah perbedaan keyakinan.
Masyarakat Dusun Candi memiliki pengalaman positif dalam menjalin hubungan antarumat beragama. Meskipun mayoritas penduduk beragama Islam, keberadaan pemeluk agama Kristen dan aliran kepercayaan lainnya diterima dengan baik. Interaksi yang harmonis ini tidak hanya terlihat dalam kegiatan ibadah, tetapi juga dalam berbagai aktivitas sosial. Misalnya, saat perayaan Idul Fitri, umat Kristiani tidak ragu untuk mengucapkan selamat kepada tetangga mereka yang merayakan. Begitu pula saat Natal, umat Muslim pun mengucapkan selamat kepada teman-teman mereka yang merayakan. Tradisi ini menunjukkan penghargaan yang tinggi terhadap perbedaan dan menciptakan suasana yang penuh kehangatan.
Wakil Ketua Takmir Masjid Al Fatimah, Catur, menjelaskan bahwa kerukunan antar umat di Dusun Candi telah terjalin sejak lama. Ia menegaskan bahwa warga saling menghormati dan mendukung satu sama lain dalam setiap perayaan dan kegiatan keagamaan. Hal ini tidak hanya menciptakan lingkungan yang harmonis, tetapi juga memperkuat ikatan sosial di antara mereka. Ketika warga Muslim merayakan Idul Fitri, misalnya, mereka mengundang tetangga mereka, termasuk yang beragama Kristen, untuk menikmati hidangan khas lebaran, menjadikan perayaan tersebut sebagai ajang kebersamaan.
Kepala Dusun Candi, Suwanto, menggarisbawahi pentingnya menjaga nilai-nilai toleransi dan kerukunan. Ia menjelaskan bahwa meskipun mayoritas penduduk beragama Islam, semua warga, terlepas dari latar belakang agama, dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Hal ini menciptakan lingkungan yang tidak hanya aman, tetapi juga damai dan sejahtera. Keterlibatan warga dalam menjaga keamanan selama perayaan keagamaan adalah contoh nyata dari komitmen mereka untuk saling mendukung dan menjaga kerukunan.
Ketua Gereja Baptis, Tedja, juga menekankan pentingnya rasa toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Ia menceritakan bagaimana umat Kristen di Dusun Candi turut berperan aktif dalam menjaga keamanan selama perayaan Idul Fitri dan kegiatan keagamaan lainnya. Keterlibatan ini mencerminkan semangat gotong royong yang telah menjadi budaya masyarakat setempat. Dengan saling membantu, mereka tidak hanya menunjukkan rasa toleransi, tetapi juga memperkuat rasa persaudaraan di antara berbagai komunitas agama.
Tradisi saling mengucapkan selamat dan keterlibatan dalam acara-acara keagamaan tidak hanya menguatkan hubungan antarumat beragama, tetapi juga membantu meruntuhkan stigma negatif yang sering kali muncul dalam masyarakat yang majemuk. Melalui tindakan kecil namun bermakna ini, masyarakat Dusun Candi menunjukkan bahwa perbedaan keyakinan tidak menjadi penghalang untuk hidup berdampingan. Mereka telah berhasil menciptakan model hubungan sosial yang dapat diadopsi oleh komunitas lain di Indonesia.
Tidak hanya pada tingkat individu, toleransi beragama di Dusun Candi juga tercermin dalam kebijakan desa yang inklusif. Pemerintah desa berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi semua warganya, terlepas dari latar belakang agama. Mereka secara aktif mengadakan pertemuan antarumat beragama untuk membahas isu-isu sosial dan mencari solusi bersama, menjadikan dialog sebagai sarana untuk memperkuat kerukunan. Hal ini menunjukkan bahwa upaya untuk menjaga toleransi tidak hanya berasal dari masyarakat, tetapi juga didukung oleh lembaga pemerintah.
Pentingnya pendidikan tentang toleransi dan keberagaman juga tak bisa diabaikan. Di Dusun Candi, sekolah-sekolah diharapkan untuk mengajarkan nilai-nilai toleransi kepada generasi muda. Melalui pembelajaran yang berbasis pada penghargaan terhadap perbedaan, anak-anak diajarkan untuk menghormati dan menerima satu sama lain, yang menjadi dasar bagi terbangunnya masyarakat yang lebih harmonis di masa depan. Dengan pendekatan ini, harapan untuk menjaga kerukunan di Dusun Candi akan terus berlanjut dan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.
Masyarakat Dusun Candi menjadi teladan yang menunjukkan bahwa toleransi beragama bukan sekadar slogan, melainkan sebuah praktik yang nyata dan berdampak. Situasi yang aman dan damai di dusun ini bukan hanya hasil dari toleransi, tetapi juga merupakan usaha dari semua pihak untuk hidup berdampingan. Dalam dunia yang sering kali dipenuhi dengan konflik dan perpecahan akibat perbedaan agama, Dusun Candi memberikan harapan bahwa dengan sikap saling menghormati dan berinteraksi positif, konflik yang mungkin muncul dapat diatasi.
Dengan meneladani sikap toleran seperti yang ditunjukkan oleh masyarakat Dusun Candi, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih harmonis di seluruh Indonesia. Toleransi beragama bukan hanya menjadi tanggung jawab individu, tetapi juga merupakan kewajiban kolektif untuk membangun lingkungan yang damai dan sejahtera bagi semua. Semoga semangat toleransi yang ada di Dusun Candi dapat menginspirasi komunitas lain untuk terus menjaga kerukunan dan hidup berdampingan dalam keberagaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H