Taman Kanak-Kanak (TK) berperan penting dalam mempersiapkan anak-anak untuk memulai pendidikan mereka dengan cara yang menyenangkan dan mendidik. Sayangnya, banyak TK yang menghadapi tantangan dalam menyediakan alat peraga atau media pembelajaran yang tidak hanya menarik, tetapi juga ramah lingkungan. Salah satunya adalah TK di Kelurahan Gading RW. 09. Kondisi ini diperburuk oleh tingginya volume sampah yang dihasilkan dari berbagai bahan pembelajaran, seperti plastik dan kertas, yang berdampak negatif terhadap lingkungan.
Dalam konteks ini, sosialisasi mengenai pembuatan alat peraga berbahan dasar sampah daur ulang di TK menjadi langkah yang sangat strategis. Selain menjadi solusi bagi kekurangan alat pembelajaran yang menarik, kegiatan ini juga memberikan kontribusi positif bagi lingkungan. Melalui kegiatan yang diadakan oleh para mahasiswa/i dari Universitas 17 Agustus Surabaya diantaranya Fatimah (Administrasi Negara), Ananta Kumala Sari (Akuntansi), Hanim Mafrudho (Administrasi Bisnis), Thomas Syahrudin (Administrasi Negara), dan Nazarrudin (Teknik Elektro) sebagai anggota kelompok yang bersangkutan tepatnya dalam rangka kegiatan KKN, para guru dan pengelola sekolah dapat mendidik anak-anak tentang pentingnya mengurangi limbah, serta memperkenalkan mereka pada proses daur ulang yang menyenangkan dan kreatif.Â
Dalam praktiknya, berbagai jenis sampah seperti kardus bekas, botol plastik, kertas, dan material lain yang tidak terpakai dapat diubah menjadi alat peraga yang mendukung proses pembelajaran anak. Sebagai contoh, Â kardus dan stik bekas dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan konsep warna dan bentuk, sementara tutup botol dan sumpit dapat menjadi alat bermain motorik dan melatih keseimbangan. Selain itu, proses pembuatan alat peraga ini mampu melibatkan kreativitas anak-anak, yang pada gilirannya membuat mereka lebih aktif dalam belajar, memperkuat keterampilan motorik halus, serta meningkatkan rasa percaya diri.
Kegiatan sosialisasi pembuatan alat peraga ini juga menawarkan manfaat ganda. Di satu sisi, anak-anak mendapatkan media pembelajaran yang lebih menarik. Di sisi lain, mereka belajar tentang pentingnya menjaga lingkungan melalui daur ulang, pelajaran berharga yang akan mereka ingat hingga dewasa nanti.
Tentunya, keberhasilan program ini memerlukan dukungan dari semua pihak, mulai dari pihak guru hingga orang tua atau wali murid. Para guru perlu memberikan bimbingan yang sesuai selama proses pembuatan alat peraga, sementara orang tua bisa berperan aktif dalam mengumpulkan bahan daur ulang yang akan digunakan. Dengan kolaborasi ini, kegiatan tersebut tidak hanya bermanfaat bagi anak-anak, tetapi juga dapat menjadi gerakan bersama untuk mengurangi dampak dari sampah plastik dan limbah lainnya yang semakin mengkhawatirkan.
Sebagai kesimpulan, sosialisasi pembuatan alat peraga dari sampah daur ulang di TK adalah langkah positif dalam menghadapi tantangan kekurangan alat pembelajaran yang menarik, sekaligus memberikan edukasi mengenai kepentingan menjaga lingkungan. Dengan memanfaatkan kreativitas dan kolaborasi antara sekolah dan orang tua, kegiatan ini tidak hanya memberikan manfaat bagi anak-anak, tetapi juga berkontribusi besar terhadap keberlanjutan lingkungan di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H