Mohon tunggu...
Fatimah Azzahra
Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi UNJ 2019

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Digitalisasi Pendidikan dan Literasi Media Kritis

26 Desember 2021   16:25 Diperbarui: 27 Desember 2021   14:07 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh : Fatimah Azzahra (Mahasiswa Pend.Sosiologi FIS UNJ)

Kehidupan manusia terus menerus mengalami perkembangan dan selalu bersinggungan dengan teknologi. Perkembangan teknologi kini sudah akan mencapai era revolusi industry 5.0 atau society 5.0. Era ini ditandai dengan semakin meningkatnya konektivitas, interaksi serta perkembangan sistem digital, kecerdasan artifisial, dan virtual (Arjunaita, 2020). 

Dengan berkembangnya teknologi tersebut maka semakin konvergen batas antara manusia, mesin dan sumber daya lainnya. Perkembangan ini juga mempengaruhi berbagai aspek bidang kehidupan, termasuk dalam bidang Pendidikan.

Pada bidang Pendidikan di Indonesia, teknologi (IT) sebenarnya sudah mulai berkembang terutama sebagai pendukung proses administrasi. Namun dengan merebaknya pandemic Covid-19, percepatan penggunaan IT untuk proses pembelajaran menjadi sebuah keniscyaan (Simatupang, 2020). 

Pembelajaran jarak jauh (PJJ) untuk setiap jenjang Pendidikan telah mewarnai proses belajar-mengajar selama masa pandemic Covid-19 ini. Memang perlu diakui, PJJ belum sepenuhnya berjalan dengan baik namun hal ini sudah menjadi tanda bahwa Pendidikan di Indonesia sudah di era digitalisasi.  

Digitalisasi dapat dipahami sebagai keseluruhan aktivitas yang menggunakan perangkat teknologi, komunikasi dan informasi berbasis digital. Menurut Nadiem Makarim (dalam Hermawansyah, 2021) program digitalisasi pendidikan selama masa pandemic juga di dukung oleh pemerintah khususnya kemendikbud melalui empat kegiatan yaitu :

  • Penguatan platform digital yang diberikan anggaran Rp 109,85 miliar.
  • Konten pembelajaran di program TVRI yang diberi anggaran Rp 132 miliar.
  • Bahan belajar dan model media pendidikan digital yang diberikan anggaran Rp 74,02 miliar.
  • Penyediaan sarana pendidikan (peralatan TIK) seperti Handphone, computer, laptop yang diberi anggaran paling besar yakni Rp 1,175 triliun.

Anggaran untuk tiap kegiatan tersebut diharapkan dapat memaksimalkan pembelajaran online (digital). Digitalisasi pendidikan memudahkan akses pengetahuan hingga ke seluruh pelosok dunia, sehingga guru dan buku cetak bukan lagi satu-satunya sumber pengetahuan. 

Digitalisasi pendidikan tentunya memerlukan media dalam menyampaikan dan menghubungkan. Media yang digunakan seperti smarthone, laptop, computer dan televisi. Dalam pelaksanaannya sangat penting untuk memiliki pengetahuan mengenai literasi media kritis.

Gagasan mengenai literasi media kritis banyak di jelaskan oleh Douglass Kellner seorang pemikir pedagogi kritis. Kellner menulis paper yang berjudul Critical Media Literacy, Democracy and the Reconstruction of Education. Menurutnya, pendidikan saat ini membutuhkan rekonstruksi pendidikan yang memiliki literasi media dan dapat mendukung murid, guru serta seluruh warga untuk melihat alam dan efek budaya media (Kellner dalam Hidayat, 2013). Budaya media dipahami sebagai ruang yang secara tepat dapat membentuk perilaku, nilai norma, peran gender serta pengetahuan mengenai dunia.

Dalam media juga terjadi "kontestasi ruang" yang memunculkan terjadi kompetisi politik dalam bentuk narasi dan visualisasi. Maka dari itu, film, televisi, internet dan media sejenis lain juga mengartikulasikan dominasi, konservatif, dan nilai-nilai sosial reaksioner. Melalui pemikiran Keller inilah penting untuk pendidik memahami digitalisasi dan peran teknologi dalam pendidikan atau kelas.    

Kemajuan teknologi tidak ditujukan untuk menggantikan manusia, namun ditujukan untuk membantu dan mendukung manusia. Menurut Simatupang (2020),  robot atau teknologi memang memiliki keunggulan dalam mengerjakan pekerjaan yang terus-menerus dan monoton, tanpa harus mengambil waktu jeda dibandingkan manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun