Mewabahnya Virus Covid-19 di tanah air yang terdeteksi ada di Indonesia sejak awal Maret 2020 telah membatasi mobilitas masyarakat. Sejak pertengahan Maret, Presiden Joko Widodo meminta masyarakat bekerja, sekolah, beribadah, dan berkegiatan dari rumah. Mengakibatkan turunnya pendapatan negara di berbagai sektor ekonomi seperti rumah tangga, UMKM, korporasi dan sector keuangan.Â
Kendati demikian, kebutuhan masyarakat yang terus bertambah tidak mengurangi minat mereka dalam melakukan kegiatan jual beli untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kegiatan jual beli yang biasa dilakukan secara langsung sebelum terjadinya pandemic, ketika terjadinya pandemik masyarakat berbondong-bondong melakukan kegiatan jual beli secara daring karena kekhawatiran mereka akan terpapar virus Covid-19 jika memaksakan berbelanja secara langsung di pasar maupun tempat yang biasa terjadi kegiatan jual beli.
Hal ini turut mempengaruhi pola belanja masyarakat yang beralih dari belanja offline menjadi online. Menurut data Analytic Data Advertising (ADA), terdapat kenaikan drastis pada aktivitas belanja online di Maret 2020.
Masyarakat mulai terbiasa dengan jual beli secara daring , hal tersebut sangat digemari oleh berbagai kalangan. Mulai dari kelangan pelajar, masyarakat kelas menengah kebawa sampai masyarakat ke kelas atas. Manfaat yang ditawarkan oleh jual beli daring ialah kecepatan transaksi, hemat waktu dan cenderung lebih murah atau lebih efisien.Â
Selain itu jual beli daring juga memiliki kekurangan yaitu konsumen tidak dapat melihat barang secara langsung untuk memastikan bahan maupun bentuknya dan sering terjadi kerusakan saat pengiriman barang sehingga barang yang dibeli tidak dapat digunakan sesuai kebutuhan.
Sarah Syarifah (25) kini lebih rajin memasak di rumah susunnya di bilangan Rawa Bebek, Jakarta Timur. Aktivitas meracik makanan itu rutin ia lakukan semenjak kantor suaminya menerapkan kebijakan Work From Home (WFH). Ia pun rutin berbelanja bahan makanan seperti daging, buah-buahan, dan sayuran melalui platform digital.
Sarah memang terbiasa berbelanja secara daring. Sebelum pandemi Covid-19, ia kerap membeli produk rumah tangga seperti wajan, panci dan lainnya secara online di platform e-commerce.Â
Kini, ia sering juga memesan makanan dari restoran melalui aplikasi pesan antar makanan yang menawarkan banyak promo sehingga semakin membuatnya gencar memesan makanan di aplikasi pesan antar makanan tersebut.
"Takut juga sih kalo keluar rumah, soalnyakan punya anak kecil, prosentasi terinfeksinya lebih tinggi dibanding kita yang bisa dikatakan fit. Keluar kalau ke warung sembako doang paling. Gue meminimalisir keluar dari unit rusun. Benar-benar mengurangi kontak dengan orang lain. Karenakan  kita enggak tahu orang lain dari mana aja, apa yang mereka pegang, siapa yang mereka temuin. Gitu sih" ujarnya melalui aplikasi meeting online Zoom, Minggu (21/5).
Menurutnya, ongkos kirim belanja daring relatif sama dengan biaya transportasi ke pasar tradisional maupun supermarket. Alih-alih menghabiskan waktu untuk mengantre, dia lebih memilih menunggu barang pesanan di rusunnya. Ketika barangnya sudah sampai, dia keluar rumah mengambil pesanannya seraya memakai masker dan langsung mencuci tangan setelah menerimanya.