Mohon tunggu...
Fatimah Azzahra
Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Penulis - Ibu rumah tangga

Ibu rumah tangga yang senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Seni dalam Pernikahan

1 Januari 2025   23:32 Diperbarui: 1 Januari 2025   23:32 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muslim family (Pinterest) 

Saat perasaan diri tak tenang, merasa marah, kecewa karena menuntut pada manusia yang juga tak sempurna. Respon diri bisa saja marah, menangis sedih, tapi saya sadar, itu tak akan menyelesaikan masalah. Setelah mengekspresikan rasa marah, kecewa dan sedih, saya sadar harus membenahi pikiran agar tidak terus tenggelam dalam rasa ini. Sakit. 

Membenahi pikiran ini bisa dengan curhat pada guru yang kita percaya, membaca buku, ikut kajian baik online atau offline. Bagi saya pribadi, yang saya pilih pertama kali dilakukan untuk membenahi pikiran adalah mendengarkan kajian asatiz dan asatizah, termasuk kajiannya Ustadz Oemar Mita. 

Kali ini saya akan berbagi resume kajian ustadz Oemar Mita yang saya akses dari channel Youtube Oemar Mita Syameela, dengan judul 'Perhatikan Love Language Pasangan. '

Rumah Tangga

Rumah tangga itu bukan transaksional. Jika istri berbuat baik, berarti suami juga harus berbuat baik. Jika istri berkorban A, suami juga harus bisa berkorban A. 

Yakinlah kebaikan akan selalu mendatangkan kebaikan. Kita terluka karena menganggap rumah tangga transaksional. Kadang istri lupa, manusia itu butuh proses, kadang suami baru bisa membalas kebaikan, pengorbanan istri di masa mendatang.

Serakah yang buruk adalah serakah pada kebaikan pasangan. Harus selalu baik dan menyenangkan sepanjang waktu, padahal pasangan kita itu manusia biasa. Ada Lupanya, ada salahnya.

Menikah itu untuk menggapai Rida Allah, bukan untuk bahagia. Menggapai Rida Allah itu dengan bersabar dan bersyukur pada pasangan. Semoga kita lebih bersyukur sudah Allah berikan pasangan.

4 Terminal dalam Kehidupan

Turbulensi kehidupan terjadi karena kesalahan yang kita lakukan (hukum kausalitas, sebab-akibat). Saat turbulensi terjadi coba cek 4 terminal dalam kehidupan:

1. Hubungan kita dengan Allah

Berapa banyak manusia mengorbankan ketenangan hanya untuk mengejar kepuasan. Contohnya, berapa banyak suami yang selingkuh dan akhirnya menyesal. Setelah ketauan selingkuh, ketenangan yang sebelumnya hadir akan hilang. 

Siapa pun yang merapikan hubungan dengan Allah, Allah rapikan hubungan kita dengan makhluk. 

2. Hubungan kita dengan orangtua

Kualitas anak kita akan diberikan persis dengan bagaimana sikap kita pada orangtua. Ada kisah anak yang menampar wajah bapaknya, ternyata bapaknya dulu pun pernah menampar wajah ayahnya. Sama persis lokasi tamparannya. 

Orangtua itu pusaran kebaikan. Senakal apapun anak, jika masih ada orangtua yang mendoakan, insyaallah akan kembali dalam fitrah kebaikan. 

3. Hubungan kita dengan pasangan

Jangan mendzalimi pasangan kita, ini akan menyulitkan kita. Rajakan suami, Ratukan istri.

Istri sering-seringlah minta maaf sama suami. Wanita yang selalu Rida untuk minta maaf sama suami, dijamin masuk surga. 

4. Terminal antara kita dan orang-orang di sekitar

Hubungan Kita dengan Pasangan

Pernikahan itu perkara besar. Puncak pernikahan mendapatkan rahmat. Puncaknya rahmat itu saling rida. Rahmat yang didapat istri dari suami sebanding dengan 8 pintu surga. 

Adab: jangan cerita kekurangan pasangan pada anak. 

Allah tidak menyebutkan mahabbah tapi mawaddah jika membahas keluarga. Mahabbah itu ketika punya kecondongan rasa cinta, dirasakan setiap orang.

Mawaddah itu konsep tertinggi dalam cinta yang mendorong ketaatan bersama dengan pasangan sehingga bisa berkumpul kembali di surga.

Orang yang mahabbah belum tentu mawaddah. Orang yang mawaddah pasti mahabbah.

Yang bisa memadamkan fitnah itu ibadah. Ibadah itu nur, cahaya dalam kehidupan. 

Love Language

Jika kita memperhatikan kehidupan rumah tangga Nabi, beliau saw pun mengisi tangki cinta pasangannya. Nabi saw memberikan quality time pada istri-istrinya, bakda isya Nabi langsung pulang, mendengar cerita-cerita dari istrinya. Nabi juga membawa istrinya saat jihad, diundi siapa yang ikut. 

Act of service: makan Ditemenin, pergi diantar sampai depan pintu rumah, salim, disiapkan makan

Nabi saw memberikan paha untuk shafiyah ketika naik kuda/unta. 

Gift: Nabi suka memberikan hadiah pada Khadijah, pada teman-teman Khadijah. 

Word of affirmation : laki-laki suka dipuji, salinglah memuji antar pasangan

Physical touch: pelukan, pegangan sambil didoakan. 

Anak-anak butuh semua love language nya. Pasangan biasanya salah satu. 

Pernikahan itu seni tingkat tinggi mengelola hal-hal yang dianggap kecil. 

Semoga Allah lapangkan dada kita pada kekurangan pasangan, Allah jaga selalu rumah tangga kaum muslim dari fitnah maksiat. 

Wallahu'alam bish shawab. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun