Islam sebagai agama yang Allah turunkan pada kita memiliki pandangan khas dan unik tentang pemimpin. Dalam banyak kitab fikih siysah, termasuk Kitab Al-Ahkm as-Sulthniyyah karya Imam Al-Mawardi, banyak dibahas sejumlah kriteria yang wajib ada pada diri calon pemimpin. Secara umum kriterianya sama. Yang berbeda hanya dalam aspek tertentu dan rinciannya. Kriteria umum pemimpin (kepala negara) dalam Islam yang dimaksud adalah: (1) Muslim; (2) Laki-laki; (3) Balig; (4) Berakal; (5) Merdeka (bukan budak/berada dalam kekuasaan pihak lain); (6) Adil (bukan orang fasik/ahli maksiat); (7) Mampu (punya kapasitas untuk memimpin).
Dalam poin ke 6, dikatakan adil bukan ahli maksiat. Ini harus menjadi perhatian apalagi jika calon pemimpin memiliki track record tersandung hukum. Karena pentingnya pandangan pemimpin tentang kemaksiatan, jika ia ringan berbuat maksiat, tidak taat pada Allah, ia akan mudah menjual ayat-ayat Allah dengan murah, mudah pula berbuat zalim pada rakyat dan makhluk Allah lainnya.Â
Pemimpin dalam Islam pun harus tegas. Tegas dalam menegakkan kewajiban yang Allah berikan. Tegas dalam menjalankan perintah Allah dan Rasul walau bertentangan dengan kepentingan para pengusaha dan penguasa yang ada. Tapi, ia harus lemah lembut pada rakyatnya. Sehingga ia akan dicintai, tidak ditakuti oleh rakyat.Â
Dalam sebuah riwayat dikisahkan bahwa Aisyah ra. berkata, "Saya mendengar Rasulullah saw. berdoa di rumah ini, 'Ya Allah, siapa saja yang diserahi kekuasaan untuk mengurusi urusan umatku, kemudian ia membebaninya, maka bebanilah dirinya. Siapa saja yang diserahi kekuasaan untuk mengurus urusan umatku, kemudian ia berlaku lemah lembut, maka bersikap lembutlah kepada dirinya.'" (HR Muslim).Â
Potret Pemimpin Islam
Amirul mukminin, Umar ra. pernah berkata, "Aku sangat khawatir akan ditanya Allah Swt. kalau seandainya ada keledai terpeleset di jalanan di Irak, alasan aku tidak menyediakan jalan yang rata." Â Ini salah satu kekhawatiran sang pemimpin pada amanahnya.Â
Fatimah, istri Umar bin Abdul Aziz, pernah menemukan suaminya di tempat salatnya dengan air mata membasahi janggutnya. Ia berkata, "Wahai Amirulmukminin, bukankah segala sesuatu itu adalah baru adanya?" Umar menjawab, "Fatimah, aku memikul beban umat Muhammad dari yang hitam hingga yang merah. Aku juga memikirkan persoalan orang-orang yang fakir dan kelaparan, orang yang sakit dan diacuhkan, orang yang tidak sanggup berpakaian yang tersisihkan, orang yang teraniaya dan tertindas, yang terasing dan tertawan, yang tua dan yang jompo, yang memiliki banyak kerabat, tetapi hartanya sedikit, serta orang-orang seperti mereka di seluruh pelosok negeri. Aku sadar dan aku tahu bahwa Tuhanku kelak akan menanyakannya pada hari kiamat. Aku khawatir saat itu aku tidak memiliki alasan terhadap Tuhanku, maka menangislah aku."
Tak ketinggalan sosok Abu Bakar ash-Shiddiq adalah sosok penguasa yang terkenal sabar dan lembut. Â Namun, beliau juga terkenal sebagai pemimpin yang berani dan tegas. Tatkala sebagian kaum muslim menolak kewajiban zakat, beliau segera memerintahkan kaum muslim untuk memerangi mereka. Meskipun pendapatnya sempat disanggah oleh Umar bin al-Khaththab ra., beliau tetap bergeming dengan pendapatnya. Stabilitas dan kewibawaan Negara Islam harus dipertahankan, meskipun harus mengambil risiko perang.Â
Masih banyak sosok pemimpin dengan ketegasannya menegakkan kalimat Allah, kesederhanaannya pada dunia. Semuanya lahir dari rahim akidah Islam, keimanan pada Allah dan Rasul. Mereka sadar akan tanggungjawab besar di hari kiamat. Sehingga mengoptimalkan diri menerapkan aturan Allah sebagai sistem kehidupan.Â
Kesimpulan
Jika kita benar-benar ingin kota Bandung menjadi lebih baik lagi, maka pilihlah pemimpin yang betul-betul memperjuangkan penegakan hukum Allah di muka bumi. Allah berjanji dalam Alquran akan menurunkan berkah dari langit dan bumi jika kita mau tunduk taat, bertakwa pada-Nya. "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al 'Araf: 96)