Bulan mulia telah datang. Bulan penuh rahmat, berkah dan ampunan dari Tuhan Semesta Alam. Bulan dimana muslim berlomba dalam kebaikan, memperbanyak dan memperbagus setiap amal ibadahnya. Sayangnya, data memaparkan justru di bulan Ramadan ini pinjol meningkat.
Pinjol Meningkat
Pinjaman online kini sering kita dengar dan temukan tawarannya saat berselancar di internet. Jenis pinjaman yang sempat ilegal kini banyak yang punya legalitas. Semakin banyak nama dan jenis pinjaman online yang hadir.
Bulan Ramadan menjadi momen Keberkahan bagi para pelaku UMKM karena banyaknya permintaan yang hadir saat bulan ini. Fenomena ini memacu perputaran roda perekonomian.Â
Dilansir dari tirto.id (5/3/2024)Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi pertumbuhan utang pada perusahaan P2P lending atau pinjaman online (pinjol) akan meningkat pada saat Ramadan sampai Lebaran 2024.Â
Pinjol jadi pilihan bukan hanya untuk para pelaku UMKM yang membutuhkan modal tapi juga masyarakat yang membeli tiket transportasi dan pembelian kendaraan bermotor untuk mudik lebaran nanti. Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Lainnya (PMVL), OJK, Agusman, memproyeksi bahwa pertumbuhan utang pinjol pada Maret 2024 atau saat Ramadan berada pada kisaran 11 persen hingga 13 persen secara year-on-year (yoy).
Masyarakat lebih memilih menggunakan pinjol dibandingkan perbankan atau perusahaan pembiayaan karena akses keuangan yang lebih cepat dan mudah. Walau faktanya bunga atau biaya administrasi yang dikenakan pinjol jauh lebih besar dibandingkan perbankan.Â
Ramadan dan Riba
Disatu sisi ada banyak Keberkahan yang datang di bulan ini, di sisi lain aktivitas riba dari pinjol justru meningkat. Padahal, berkah berarti bertambahnya kebaikan. Bagaimana bisa kebaikan hadir jika kita justru melakukan yang Allah haramkan?Â
Seberapa mudah dan cepat akses pinjol tidak lantas membolehkan kita untuk mengambilnya sebagai Solusi bagi kebutuhan keuangan kita. Apalagi sudah jelas track record para penagih pinjol yang kerap mengintimidasi nasabah ketika terlambat melakukan pembayaran. Hasilnya, banyak nasabah yang merasa stres dan tertekan, tak sedikit juga yang memilih untuk mengakhiri hidupnya.Â
Sungguh miris, bulan mulia dikotori dengan maraknya transaksi ribawi. Sungguh sedih, apakah masyarakat di negara mayoritas muslim masih tak mengerti bahwa Allah sudah haramkan semua jenis transaksi ribawi. Apalagi yang mau dicari selain kehancuran dan murka ilahi ketika mengamalkan yang diharamkan Sang Pencipta Alam?Â
Inilah potret negara yang menerapkan sistem kapitalisme sekularisme. Halal dan haram tak jadi timbangan, asal bermanfaat semua bisa dilakukan. Bermanfaat secara materi, bermanfaat dalam pandangan duniawi. Padahal, hidup kita tak akan berakhir di dunia ini. Ada kehidupan abadi yang menanti. Kehidupan yang bergantung pada amal kita di dunia yang sebentar ini. Surga atau neraka kah yang jadi tempat kembali?Â
Islam Selamatkan dari Riba
Allah haramkan satu hal, Allah bolehkan banyak hal. Allah tutup satu pintu rezeki, Allah bukakan pintu sumber rezeki lainnya. Apalagi jelas firman Allah dalam QS. Al Baqarah ayat 275 yang artinya, "Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba."
Allah pun meminta kita untuk menjauhi riba, seperti dalam firmannya, "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba jika kalian beriman. Apabila kalian tidak melakukannya maka yakinlah dengan peperangan dari Allah dan Rasul-Nya. Apabila kalian bertobat, kalian berhak mendapatkan pokok harta kalian. Kalian tidak menzalimi dan juga tidak dizalimi." (QS Al-Baqarah [2]: 279).
Dalam Islam, negara wajib memenuhi kebutuhan masyarakat per individu, baik itu kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Sehingga masyarakat bisa memenuhi kebutuhannya bukan hanya yang primer tapi juga sekunder dan tersier.
Melalui sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam, Â departemen Kominfo, masyarakat akan diedukasi untuk menerapkan gaya hidup sederhana, zuhud, tidak berfoya-foya atau berlebihan. Sehingga momen bulan Ramadan akan disambut dengan memperbanyak amal sholeh, bukan gaya hidup konsumtif.
Sementara tradisi mudik akan difasilitasi oleh negara menggunakan transportasi publik yang aman, nyaman, dan terjangkau. Karena negara wajib memfasilitasi silaturahmi sebagai amal sholeh yang akan dilakukan oleh rakyatnya. Jadi, rakyat tak perlu menggunakan pay later atau membeli transportasi pribadi dengan utang berbunga.
Untuk modal pelaku UMKM, akan hadir sistem pinjaman nonribawi, bahkan bisa saja diberikan modal oleh Baitul mal. Demikianlah solusi islam untuk kebutuhan keuangan saat bulan Ramadan datang. Sehingga kita terhindar dari aktivitas riba yang telah Allah haramkan. Inilah bentuk penjagaan islam agar Keberkahan datang pada kita. Agar Allah senantiasa menambahkan kebaikan pada diri, keluarga, masyarakat dan negara.
Wallahua'lam bish shawab.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H