Sadarkah kita jika Tuhan kita sangat menyayangi kita sebagai hamba-Nya. Ia tidak menelantarkan kita setelah menciptakan kita. Ia turunkan peta kehidupan agar kita tidak tersesat dan bertahan dengan ujian di dunia yang fana ini. Allah utus seorang manusia yang jadi teladan kita dalam menapaki kehidupan. Islam bukti cinta Allah pada kita, Alquran kalam Allah yang penuh cinta, Rasul sang teladan yang membimbing penuh cinta.Â
Islam yang penuh cinta ini bukan hanya mengatur tatacara sholat, puasa dan zakat. Lebih dari itu, Islam adalah jalan kehidupan yang menyolusi semua problematika hidup kita. Termasuk melahirkan generasi emas yang cemerlang. Bukan hanya pandai dan cerdas, bukan hanya kuat fisiknya, tapi juga mulia kepribadiannya. Sebagaimana sejarah mencatat mulianya Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Zaid bin Tsabit, Zaid bin Haristah, Usamah bin Ziad, Shalahuddin Al Ayyubi, Muhammad Al Fatih, Mush'ab bin Umair, As'ad, Sa'ad, Anas bin Malik, Salman Al Farisi, dan masih banyak lagi, termasuk para penemu yang cerdas seperti Al Khawaritzmi, Al Haitsami, Abbas Ibnu Firnas, Ibnu Batutah, dan lainnya.Â
Merekalah bukti nyata kegemilangan penerapan Islam sebagai sistem kehidupan. Islam menjaga tiga pilar yang ada. Pertama, ketakwaan individu dalam keluarga. Â Dalam Islam, ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya. Ayah bertugas sebagai penanggung jawabnya. Semuanya saling memupuk iman dan takwa pada Allah swt. Semuanya sadar akan fungsi dan kewajibannya. Dengan penanaman keimanan sejak dini, anak dibiasakan cinta kewajiban dari Allah dan menjauhi semua yang Allah larang. Termasuk dzalim kepada orang lain.Â
Kedua, pilar masyarakat, dalam islam hadir kewajiban amar makruf nahi munkar. Islam pun mengajarkan saling peduli pada tetangga karena mereka 'keluarga' terdekat kita. Bukan hanya peduli akan makanan tapi juga tingkah lakunya. Akan ringan saling mengingatkan untuk menjauhi maksiat pada Allah. Sehingga hadir kontrol sosial pada masyarakat.Â
Ketiga, pilar negara. Negara sebagai pemegang kekuasaan memiliki wewenang dan kewajiban untuk menjaga ketakwaan rakyatnya dengan menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam. Negara juga akan mengontrol informasi yang menyebar di tengah masyarakat. Negara tidak akan segan memblokir situs-situs yang merusak. Tak hanya itu, negara akan tegas menutup produksi minuman keras karena nyata keharamannya dan nyata azab yang Allah turunkan bagi yang tidak mengindahkan peringatan dalam Alquran dan hadist.Â
Negara juga akan memberikan sanksi yang tegas bagi para pelaku kejahatan, bukan berdasarkan batas umur tapi berdasarkan baligh atau belum. Jika sudah baligh walau masih berumur 15 tahun, maka hukum Allah atasnya tetap harus ditegakkan. Namun, jika pelaku kejahatan belum baligh berarti negara akan mengedukasinya dan memberikan hukuman lain yang mendidik.Â
Wallahua'lam bish shawab.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H