Tujuan hidup selalu menjadi pertanyaan banyak orang. Bagiku yang sekarang berusia 34 tahun, aku tak juga menemukan jawabannya. Lebih sulit daripada menulis tujuan skripsi.Â
Pernahkah berada di satu titik dan bertanya,
"Untuk apa aku hadir di dunia ini?"
Kalau untuk menjadi seorang anak, bisa saja Tuhan mengirimkan anak yang lain untuk kedua orang tuaku. Anak yang lebih berbakti, meski aku sebenernya cukup lumayan untuk menjadi seorang anak. Aku cukup takut untuk menjadi anak pembangkang, dan banyak keputusan hidup yang akhirnya kuambil demi orang tuaku semata, padahal aku tak menginginkannya.
Kalau untuk menjadi seorang istri, rasanya juga banyak perempuan yang bisa menggantikan posisiku. Banyak yang lebih cantik, lebih lihai dalam melayani suami, atau lebih jago masak di dapur.
Kalau untuk menjadi seorang ibu, aku bukan ibu sempurna yang mengikuti segala macam acara parenting, apalagi bikin mainan---apa itu namanya? Montessori, ya? Aku bahkan terkadang malas menemani anakku belajar, rasanya lebih enak membaca novel sambil leyeh2 di kasur.
Jadi, untuk apa aku ADA di dunia ini? Toh, dunia akan baik-baik saja tanpa diriku.Â
Dan kalaupun aku ADA, kenapa aku ADA di zaman ini? Kenapa tidak di zaman Nabi misalnya? Atau zaman depan ketika bahkan aku tak perlu mengetik, cukup berpikir sambil memandang laptop, dan TARA---jadi deh, tulisanku? Seriusan.Â
Kenapa Tuhan mengirimku saat ini, zaman ini, ketika pelakor menjadi salah satu istilah paling booming sekaligus paling mengesalkan? Hey, memangnya laki-laki tak turut andil?Â
Sudahlah, kenapa aku jadi ngelantur?
Saat aku kecil, aku enggan menanyakan ini pada kedua orang tuaku. Rasanya tanpa melayani pertanyaan "bodohku" ini saja, mereka sudah sibuk luar biasa. Tak ada waktu untuk ikut berpikir hal remeh seperti ini.