Mohon tunggu...
Fatima Aulia Khairani
Fatima Aulia Khairani Mohon Tunggu... Dokter - Seorang ibu dan dokter spesialis kulit dan kelamin, yang selalu berkhayal dan bermimpi menjadi penulis.

Those who wish to sing, will always find a song. Those who wish to dream, will always find a way. IG: @drfatimauliaspdv @fatimauliakhairani

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bila Hidup Hanya Sampai di Sini

8 September 2020   14:01 Diperbarui: 8 September 2020   15:04 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Aron Visuals on Unsplash

Kemarin pagi, saya mendapat musibah yang tidak saya duga. Pagi itu, saya sarapan biasa dengan suami dan anak-anak saya. 

Kebetulan hari itu saya tidak praktek ke rumah sakit maupun klinik (sejak pandemi dan tinggal di zona merah, saya membatasi praktek sehari-hari). Saya bahkan sempat membereskan rumah hingga bermain dengan anak-anak.

Namun sekitar pukul setengah 10, saya mulai merasa ada yang berbeda di dalam perut saya. Tiba-tiba saya merasa mual dan ingin memuntahkan isi perut. FYI, saya lumayan sering merasa mual kalau salah makan atau tidak enak badan. 

Oleh karena itu, saya "dengan santai" melangkah ke kamar mandi, lalu muntah. Saya pikir, muntah 1-2x kemudian minum teh manis hangat, lalu urusan selesai seperti biasanya.

Tetapi pagi itu muntah saya berbeda. Saya muntah berkali-kali, hingga rasanya tidak terhitung banyaknya isi perut saya yang keluar. Seperti ada kekuatan yang terus mendorong lambung saya untuk terus mengeluarkan isinya. 

Pagi itu, saya sampai tidak sanggup lagi berdiri di kamar mandi. Dunia seolah berputar, tangan saya pucat dan kaku, keringat dingin mengucur membasahi dahi dan rambut, hingga saya berbaring di lantai kamar mandi sambil terus muntah. 

Anak saya yang sulung segera menelpon ayahnya, dan tak lama suami saya sudah di rumah (untungnya kami tinggal di daerah yang kemana-mana dekat dan bebas macet). 

Saya hampir tak sadarkan diri ketika suami saya membopong saya ke tempat tidur, mengganti pakaian saya yang basah kuyup, dan saya masih juga muntah selama suami mengganti pakaian saya. 

Di benak saya saat itu hanyalah bahwa saya harus segera diinfus, karena saya takut mengalami syok hipovolemik (penurunan kesadaran karena kurang cairan).

Akhirnya tak lama suami saya membopong saya ke mobil dan membawa ke RS. Di mobil saya berbaring sambil tetap muntah, dan tiba-tiba saya berpikir "Apakah ini akhir hidup saya?"

Saya mulai merasakan ingin menangis, dan teringat bila saya meninggal saya akan meninggalkan dua anak yang masih kecil dan seorang suami. Bibir saya mulai komat kamit membaca kalimat istighfar, kalimat "Laa ilaa ha illallah", sungguh rasanya saya sudah berada di ambang batas sadar dan tidak.

Begitu sampai di IGD, saya merasakan petugas mendorong tubuh saya ke brangkar. Sayup-sayup saya mendengar petugas berteriak2, mendorong saya ke ruang isolasi, dan saya langsung diperiksa 2 petugas medis berhazmat yang tidak saya tahu siapa. Saya merasakan jempol saya diperiksa saturasi oksigennya, dan tak lama saya dipasang oksigen dan diinfus. 

Tak lama saya mulai merasakan diri saya mulai "hidup" lagi, dan akhirnya saya berhenti muntah. Suami saya kemudian izin untuk pulang sebentar untuk mengambil pakaian yang bersih di rumah. Perawat mulai mengambil darah untuk mengecek pemeriksaan lain yang diperlukan.

Sambil menunggu hasil lab, saya menatap ke langit-langit IGD, membayangkan betapa tadi adalah menit2 mengerikan dalam hidup saya. Tiba-tiba saya berpikir, siapkah kalau tadi pada akhirnya saya meninggal? 

Bekal apa yang akan saya bawa? Sanggupkah saya mengingat Tuhan hingga detik akhir hidup saya? Lalu bagaimana dengan keluarga saya? Akankah saya dikenang sebagai ibu atau istri yang baik?

Sungguh saya jadi ingat kata seorang ustadz. Tuhan tidak butuh alasan untuk "mengambil kita". Bila sudah waktunya, kita akan meninggal, tak peduli di situasi apa. Dunia ini fana.

Pertanyaannya, siapkah kita?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun