Sesungguhnya batinku bertentangan setelah bertemu batang hidungnya. Sebelum Sang Pemilik Hidup mempertemukanku dengannya ada jutaan rasa rindu yang tidak bisa kubendung lewat kata-kata dan setelah dipertemukan ada perbedaan yang aku sendiri pun tidak memahaminya rasanya seperti tidak bisa berdamai dengan batin dan pikiranku. Aku bahkan selalu berpikir apakah ini sebuah rencana dari Sang Pemilik Hidup yang seyogianya aku selalu berdoa dipertemukan dengan seseorang yang seiman, seseorang yang lebih mencintai penciptanya daripada aku?
Aku tidak bisa menjawab semua pertanyaan yang selalu saja datang mengganggu pikiranku. Aku dilema antara mau melanjutkan atau mengakhiri!
Kalau aku melanjutkan hubungan ini, sampai detik ini pun aku belum bisa berdamai dengannya, jangankan dengannya bahkan batinku saja pun selalu bergejolak. Apakah hubungan ini pantas untuk dipertahankan atau kalau hubungan ini diakhiri aku harus melakukan apa?
Perkenalanku dengannya cukup rumit dan penuh liku. Aku mengenalnya lewat sosial media yang seyogianya aku pernah berjanji tidak mau mengenal laki-laki dari sosil media, tapi benar kata orang-orang kalau kita semakin bilang ‘gak mau’ pasti hal yang tidak kita mau jadi kenyataan istilah lain termakan omongan sendiri.
Kami berkenalan tepat pada tahun 2014 dia mengirimkan aku pesan lewat media sosial,
“Hai, boleh kenalan gak?”
“Hai juga, boleh”.
“Kamu tinggal di mana?”
Setelah chat beberapa bulan di media sosial komunikasi berlanjut sampai-sampai dia sering menghubungiku lewat telepon. Pada saat berkomunikasi dengannya aku merasa nyaman, merasa dihargai, merasa diperhatikan, dan menurutku semua hal yang baik bisa kutemukan dalam dirinya.
Setelah setahun menjalin komunikasi, dia pun berjanji untuk menemuiku, maklum ribuan kilometer memisahkan. Aku sangat senang mendenganya, bahkan aku tidak sabar ingin langsung bertemu dengannya. Aku merasa seperti wanita yang spesial, aku bahkan tidak sabar menantikan hari yang spesial itu. Namun baru saja merasa diperlakukan spesial selang beberapa hari tanpa sengaja aku melihatnya memosting foto perempuan. Aku langsung berspekulasi bahwa dia pasti memiliki hubungan dengan perempuan itu.
Waktu itu, aku merasa tidak percaya dan tidak terima, aku merasa diduakan, aku merasa ini tidak adil padahal pada saat itu juga aku belum pernah melihat batang hidungnya dan anehnya dia juga belum pernah mengatakan bahwa dia memiliki rasa yang lebih. Emang perempuan penyakitnya seperti itu diberikan perhatian lebih oleh lawan jenis langsung memberikan hati sepenuhnya.