Hasil menunjukkan bahwa ekoenzim dari variasi konsentrasi yang berbeda memiliki dampak yang juga berbeda terhadap kematian ulat Hongkong. Ekoenzim dari bayam dan kol dengan perbandingan 2 : 1 (F1) memerlukan waktu 30 menit, kemudian ekoenzim dari bayam dan kol dengan perbandingan 1: 1 (F2) memerlukan waktu yang lebih lambat dibandingkan F1 yaitu 40 menit, sementara ekoenzim dari bayam dan kol dengan perbandingan 1 : 2 (F3) menunjukkan tingkat mortalitas tercepat, yaitu dengan kurun waktu 15 menit. Senyawa toksik seperti asam asetat yang dihasilkan selama fermentasi diduga menjadi penyebab utama kematian ulat.
Kesimpulan
Pemanfaatan sampah dapur menjadi ekoenzim, khususnya dari bayam dan kol, memberikan solusi ramah lingkungan dalam mengurangi hama. Penelitian ini menegaskan potensi ekoenzim sebagai insektisida alami, sekaligus memberikan manfaat tambahan dalam pengelolaan limbah organik untuk pertanian berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H