Manchester City meraih kemenangan besar ketika menghadapi Ipswich Town pada pekan ke-22 Liga Primer Inggris. Kemenangan ini tentu menggenapi catatan impresif skuad Pep Guardiola semenjak paceklik kemenangan mereka sebelum Boxing Day. City kembali ganas dan mengirim sinyal bahwa mereka telah kembali untuk ramaikan perebutan gelar.
Kita semua pasti masih ingat bagaimana frustasinya Pep Guardiola melihat performa City yang berantakan. Pelatih asal Spanyol itu sampai melakukan banyak pengorbanan demi mengembalikkan City ke best form mereka. Mulai dari hal-hal berbau taktikal, bahkan sampai hal-hal lain di luar lapangan. Semua dikorbankan Pep demi tim ini.
Ia pada akhirnya bisa tersenyum karena menurutnya, Man City yang bermain melawan Ipswich sebentar lagi akan menjadi Man City yang tangguh. Tim yang selama ini dikenal semua orang. Tapi di balik kebangkitan itu, ada pengorbanan apa saja dari Pep Guardiola? Mari simak!
Paceklik yang Aneh
Manchester City adalah juara Liga Primer Inggris musim 2023/2024, sekaligus juara bertahan selama empat musim berturut-turut. Dengan status demikian, semua orang pasti tidak akan menyangka kalau tim ini akan menghadapi periode paling sulitnya di musim 2024/2025. Berawal dari kebijakan City yang enggan belanja banyak, tim besutan Pep Guardiola akhirnya kelimpungan sendiri menghadapi jadwal yang super padat.
November 2024 sepertinya menjadi periode paling kelam Man City di bawah Pep Guardiola. Bagaimana tidak, City tampil jauh dari performa terbaik mereka saat memenangkan gelar juara liga di musim sebelumnya. Rentetan kekalahan demi kekalahan dialami Pep dan pasukannya, cukup untuk membuat semua orang, bahkan Pep sendiri terkena mental karenanya.
Siapa mengira kalau tim juara bertahan dan pemegang rekor jawara empat kali beruntun EPL bakal tampil selayaknya tim baru promosi. Kalau tidak imbang, ya City harus puas kena gebuk lawan. Bahkan Pep Guardiola sendiri mengaku bahwa kehidupannya berubah sejak City mengalami tren buruk. Ia bilang kalau hidup sudah tidak ada nikmat-nikmatnya semenjak paceklik aneh ini terjadi.
Menghilangnya Rodri dari skuad The Citizen jelas menjadi pengaruh utama. Selain menjadi filter pertama pertahanan, gelandang andalan timnas Spanyol ini juga merupakan deadlock breaker alias pemecah kebuntuan saat lini depan City seret gol. Tanpa kehadiran Rodri, sudah terbukti kalau City tak ubahnya sebelas dua belas dengan tim-tim semenjana yang langsung kelabakan ketika diberi efek kejut serangan kikilat lawan.
Ketika lini belakang masih belum konsisten menghadapi situasi transisi, di depan, para penyerang City juga kerap under performing xG alias gemar membuang-buang peluang. Ketika sebuah laga harusnya bisa memberikan City lebih dari satu gol, sesuai dengan data xG alias Expected Goals, keran gol City justru mandek. Dengan catatan enam kekalahan dari delapan laga sebelum Boxing Day, wajar apabila Pep akhirnya melakukan banyak cara demi mengembalikkan timnya ke jalur kemenangan.
Pengorbanan Besar
Semua pecinta sepakbola tahu betul seperti apa karakter seorang Pep Guardiola. Boss City yang satu ini adalah orang yang gila kerja, ambisius dan agak perfeksionis. Ketika semua tidak berjalan baik, Pep akan menumpahkan segalanya ke dalam pekerjaannya demi mendapatkan apa yang dia mau.
Dari rentetan kekalahan inilah, kita tahu kalau Pep pada akhirnya melakukan sebuah pengorbanan besar. Ketika krisis kemenangan City pertama kali muncul, sudah terlihat jelas bagaimana stress nya Pep menghadapi situasi. Mulai dari self harm mencakar mukanya sendiri. Sampai komentar bernada frustasi yang mengibaratkan bahwa hidupnya tak lagi menyenangkan.