Dari sudut pandang pertama, pernyataan ini bisa jadi semacam ungkapan untuk merendah supaya tidak membebani para pemain dengan ekspektasi tinggi. Sementara dari kacamata yang lain, ucapan Maresca adalah sebuah fakta. Masih ada banyak celah dari permainan Chelsea yang membuat mereka belum layak menyandang label title contender.
Apapun itu, ucapan Maresca soal title contender ini pada akhirnya kembali dipersoalkan. Masalahnya, semenjak pernyataan itu terlontar dari mulut Maresca, Chelsea mendadak sulit menang. Diawali hasil seri kontra Everton, hingga terakhir kegagalan melawan Bournemouth, Chelsea seolah lupa caranya menang.
Bisa dibilang, Chelsea kini sedang merendah serendah-rendahnya. 5 pertandingan sudah dilakoni Chelsea semenjak pertandingan melawan Brentford pada 16 Desember. Tapi tidak satupun pertandingan yang berbuah tiga poin untuk Cole Palmer dan kolega.
Masalah pelik inkonsistensi itu kembali terlihat jelas dalam diri Chelsea. Seperti yang terlihat dalam laga pekan ke-21 melawan Bournemouth. Chelsea yang unggul lebih dulu justru kena comeback. Beruntung, Reece James membuat gol free kick spektakuler untuk menyelamatkan muka tuan rumah di Stamford Bridge. Meski selamat, Chelsea kini harus menerima fakta pahit, bahwa rentetan penampilan buruk mereka telah membuat mereka lengser dari tiga besar dan kini harus puas berada di urutan ke-4.
Problem Chelsea
Melihat apa yang terjadi pada Chelsea, bisa dibilang, memperbaiki tim ini seperti halnya menambal sebuah ember yang bocor di banyak sisi. Sayangnya, si tukang reparasi ember tidak tahu seberapa kuat tambalan yang dibutuhkan untuk menutup kebocoran di ember tersebut.
Seperti yang sudah disebutkan, ada seabrek masalah yang dihadapi Chelsea di musim 2024/2025, dan Enzo Maresca diminta membenahi semuanya. Masih ingat periode di mana lini depan Chelsea sedang bagus-bagusnya? Rasanya, agak sulit menerima fakta bahwa di balik lini depan yang sedang perform, lini belakang Chelsea justru masih sangat berantakan.
Kuncinya ada pada pernyataan Maresca seusai laga melawan Brentford. Meski menang, Maresca kecewa timnya kebobolan. "Kami kebobolan di menit ke-90. Tim yang bersaing untuk gelar juara tidak akan kebobolan seperti itu," Tutur Maresca menyebut alasan mengapa timnya lagi-lagi dikatakan masih belum layak disebut title contender.
Ucapan Maresca jelas bukan bualan. Sebagai orang yang menukangi Chelsea, Maresca tahu betul bahwa masalah ini masih kerap terjadi. Inilah yang pada akhirnya membuat Chelsea kehilangan poin penting di pekan-pekan krusial seperti sekarang. Coba hitung berapa kali Chelsea kebobolan oleh gol-gol telat, atau setidaknya harus kena comeback setelah sempat memimpin lebih dulu?
Laga kontra Crystal Palace adalah salah satu contoh. Chelsea sempat unggul melalui Cole Palmer pada menit ke-14. Sayangnya, anak asuh Enzo Maresca lagi-lagi tidak mempunyai X-Factor untuk killing the game. Palace justru menjadi pihak yang berhasil menyudahi permainan lewat gol telat Jean-Philippe Mateta pada menit 82 yang membuyarkan tiga angka Si Biru.
Saat masalah lini belakang belum selesai, lini depan kembali ke setelan pabrik. Coba lihat ada berapa peluang terbuang kontra Bournemouth? Masalah klasik lini depan Chelsea ini kembali, di saat masalah lini belakang belum sepenuhnya ditambal. Dua kombinasi inilah yang pada akhirnya membuat Chelsea harus kehilangan tempatnya di tiga besar.
PR Besar Maresca
Lagi-lagi, Enzo Maresca adalah sosok yang paling bertanggung jawab atas permasalahan Chelsea selama ini. Maresca lah yang tahu satu persatu masalah Chelsea. Ia kini harus mencari akal bagaimana caranya memperbaiki semua lubang dalam timnya, dengan sumber daya dan waktu yang bisa dibilang sangat terbatas.