Waktu itu saya berkesempatan ke belitung bersama sepupu secara mendadak tanpa direncanakan sebelumnya. Kami berdua pergi tanggal 8 agustus 2018 dari jakarta menuju belitung.Â
Sesampainya di bandara kami kebingungan untuk mencari kendaraan umum bahkan gojek maupun grab pada waktu itu masih jarang, akhirnya kami pun nekat berjalan sekitar 9 km tanpa tau arah tujuannya dan seketika pertolongan ajaib pun tiba, ada dua pengendara motor yang tiba-tiba menawarkan tumpangan untuk kami ke kota. Tanpa berpikir panjang kami pun ikut dengan dua pengendara motor tersebut.Â
Menurut saya orang-orang di belitung sangat ramah terhadap pendatang maupun turis. Kami yang waktu itu ingin memberikan uang sebagai rasa terima kasih pun di tolak, dengan alasan hanya ingin membantu di sini saya pun memaksanya dan ditolak lagi. saya pun kagum dengan ketulusan warga belitung setempat yang sangat ramah dan berhati tulus untuk membantu.
Kami beristirahat di hotel sampai adzan dzuhur pun dikumandangkan. Jujur waktu itu saya bingung mau kemana, pada saat di Belitung. karena kami berdua hanya membawa uang cash sebesar Rp 350.000 begitu pula dengan saudara saya (maklum liburan hemat ala mahasiswa).
Setelah kami melakukan riset di google, kami berencana pergi ke pulau lengkuas untuk melihat mercusuar di sana. Membutuhkan waktu sekitar satu jam menggunakan motor dari kota untuk menuju pantai tanjung kalayang.
Sesampainya di sana kami pun sangat kaget karena untuk menuju mercusuar diharuskan menyewa kapal dengan biaya yang tidak murah. Akhirnya kami pun sangat amat bingung waktu itu. Kami pun mencoba berkeliling di sekitar pantai dan kami menemukan pantai yang sangat indah dan hanya kami berdua dipantai itu. kami menamai pantai itu private beach.
Setelah menikmati dan berfoto-foto di pantai "private beach" ini, kami pulang ke hotel dengan amat gembira, meskipun tujuan kami ke mercusuar tidak jadi dikarenakan masalah finansial.Â
Di malam harinya kami pergi ke kota untuk mencari makan. Sesampainya di kota, kami dikejutkan oleh lautan orang-orang. Ternyata pada hari itu ada pertunjukkan parade pramuka, yang kata warga setempat diadakan setahun sekali. Pada malam itu kami sangat merasa beruntung bisa melihat parade pramuka tersebut.
Keesokannya, kami mengunjungi Danau Kaolin. Kami dibuat larut oleh keindahan danau tersebut, hingga kami lupa berfoto-foto. Tapi yang saya dengar dari teman saya, yang mengunjungi Danau Kaolin baru-baru ini. Keindahannya memudar akibat program reklamasi dari pemerintah setempat.
Setelah kami mengunjungi Danau Kaolin, kami melanjutkan perjalanan menuju Pantai yang pernah menjadi tempat syuting Laskar pelangi. Di perjalanan kami menikmati suasana jalanan yang sangat indah, hingga kami turun hanya untuk berfoto, hehe.
Dan akhirnya kami pun tiba di Pantai Laskar Pelangi. Pada waktu itu kami sampai jam 2 siang, dan tidak begitu ramai pada saat itu. Kami pun bertemu turis-turis dari berbagai negara, dan kami pun saling bertukar pendapat tentang keindahan belitung.
Waktu itu saya sempat mengobrol dengan turis asal prancis yang ternyata waktu itu sudah menjadi kunjungan kedua kalinya ke belitung. Katanya dulu dia sering pergi ke bali tapi katanya "bali sudah berubah sekarang saya perlu tempat seperti belitung. Pulau yang tidak begitu ramai, untuk menjernihkan pikiran dari pekerjaan saya," ujar turis tersebut.
Di hari terakhir kami di belitung, kami berpikiran untuk menikmati "Private beach" sekali lagi . Kami pun rela pergi di subuh hari untuk ke sana. Sesampainya di sana ternyata tempat yang ingin kami tuju tutup. Kami pun merasa kecewa akan tetapi kami menemukan pantai untuk menikmati sunrise, meski kami tidak tahu apa nama pantainya.
Menurut saya pribadi, Belitung sangat cocok bagi wisatawan yang ingin berdamai dengan masa lalunya atau yang ingin mencari inspirasi. Perjalanan di belitung ini sangat berkesan bagi saya sampai sekarang ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H