Mohon tunggu...
Fatih Cahya Baskara
Fatih Cahya Baskara Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Lampung Pendidikan Geografi BEM FKIP Universitas Lampung Pramuka Universitas Lampung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Relasi Tiga Unsur (Perubahan Iklim, Kesehatan Masyarakat, dan Pembangunan Berkelanjutan)

19 Desember 2020   13:10 Diperbarui: 19 Desember 2020   13:14 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Iklim dunia terus-menerus mengalami perubahan yang sangat signikan. Perubahan yang disebabkan oleh beberapa faktor baik alamiah maupun non alamiah. Hal ini menjadi konsekuensi kehidupan makhluk hidup yang menjadi sasaran tajam dari jeratan dinamika perubahan iklim global. Namun, banyak orang yang tidak mengetahui betapa besarnya pengaruh perubahan iklim dalam kehidupannya terutama dalam hal-hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak. 

Oleh karena itu, dinamika iklim global ini tidak bisa lepas dari kesehatan masyarakat disekitarnya yang dampaknya sangat kompleks. Terdapat dampak langsung seperti penyakit atau kematian yang berhubungan dengan suhu yang ekstrim dan efek pencemaran udara oleh spora dan jamur. 

Selebihnya adalah dampak yang tidak langsung dan mengakibatkan penyakit yang ditularkan melalui air atau makanan, penyakit yang ditularkan melalui vektor dan rodent, atau penyakit karena kekurangan air dan makanan. Perubahan iklim mengancam stabilitas ekosistem dan keanekaragaman mahluk hidup (biodiversity). 

Kerusakan sistem fisik dan ekologi bumi ini juga dapat dibuktikan dengan adanya penipisan lapisan ozon di stratosfer, penurunan keanekaragaman mahluk hidup, degradasi tanah, dan perubahan sistem atau siklus air. Jika dari segi dampak terhadap kesehatan masyarakat sudah tidak bisa ditoleransikan kembali. 

Bagaimana dengan pembangunan berkelanjutan dari sebuah wilayah atau negara? Ya, tentu ini akan menjadi perhatian khusus bagi seluruh aparat pemerintah yang memegang kekuasaan agar menjamin pembangunan di negaranya tetap berjalan dengan baik walaupun digerus dengan adanya hantaman perubahan iklim yang signifikan.

Dalam perubahan iklim secara global, banyak anggapan yang menyinggung mengapa bisa terjadi perubahan iklim secara berkepanjangan? Anggapan tersebut banyak sudah dijawab oleh beberapa ahli peneliti. Namun, bagaimana dengan orang awam yang hanya mengerti perubahan iklim dalam ruang lingkup kecil? 

Apakah mereka akan hanya akan duduk diam tanpa mengetahuinya lebih lanjut? Maka dari itu, penulis sebuah rangkaian esai yang tertuju pada dinamika perubahan iklim global terhadap relasinya dengan kesehatan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan. Perlu dibedakan istilah perubahan iklim dengan variabilitas iklim. 

Perubahan iklim didefinisikan sebagai perubahan signifikan dari iklim maupun variabilitas iklim yang menetap dalam jangka waktu yang lama (satu dekade) atau seterusnya (IPCC, 2001). Perubahan iklim dapat disebabkan oleh proses perubahan alamiah internal (misalnya badai El Nino) maupun eksternal (seperti perubahan persisten yang diinduksi oleh aktivitas manusia, berupa perubahan komposisi udara dan perubahan peruntukan tanah).

Para ilmuwan membuat model perubahan iklim menggunakan observasi perubahan dimasa lampau terhadap temperatur udara, presipitasi, ketebalan seliput salju dan es, ketinggian permukaan air laut, sirkulasi arus air laut dan udara, dan kejadian ekstrim lainnya. Hal ini adalah data bersejarah yang diukur secara langsung maupun dari data sekunder. 

Hasil observasi ini selanjutnya dapat digunakan dengan kombinasi model matematika untuk menstimulus apa yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang pada vegetasi alamiah, iklim global, iklim regional, dan kejadian berdampak besar yang terjadi sesaat. Pembuatan model perubahan iklim sangat mendukung informasi yang akurat kepada masyarakat agar masyarakat tahu dampak perubahan iklim terhadap kehidupannya. 

Laporan terakhir The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyatakan bahwa pengetahuan ilmiah saat ini tentang bagaimana iklim akan berubah memberikan gambaran emisi gas rumah kaca dimasa mendatang. Laporan tersebut juga mengestimasi perubahan temperatur global antara 1,4 oC dan 5,8 oC pada akhir tahun 2100. 

Pembuat kebijaksanaan internasional bertujuan menjaga peningkatan temperatur global pada kisaran dibawah 2 oC. Penemuan IPCC selanjutnya menyarankan bahwa efek pemanasan global akan menyebabkan peningkatan permukaan air laut, dan peningkatan dalam kejadian cuaca ekstrim. 

Penemuan dari beberapa penelitian ini membuat IPCC melansir membuat sebuah ringkasan bahwa efek pemanasan global akan menyentuh kehidupan masyarakat dan  peningkatan cuaca ekstrim di beberapa wilayah yang akan mengganngu aktivitas manusia.

Data tersebut merujuk pada sumber kekuatan dalam perubahan iklim yaitu efek gas emisi rumah kaca yang terus meningkat setiap waktu. Jika kita lihat, emisi gas rumah kaca memiliki peran yang sangat besar terhadap kenaikan gas di atmosfer. 

Kenaikan ini disebabkan karena adanya gas dalam atmosfer yang menyerap sinar panas inframerah yang dipancarkan ke bumi oleh matahari. Penyerapan ini sangat berbahaya bagi kehidupan makhluk di bumi karena disini atmosfer sudah tidak bisa menampung serapan infra merah tersebut yang akan berujung pada kenaikan emisi gas rumah kaca dan berakhir dengan perubahan iklim secara ekstrem.

Setelah dengan peningkatan emisi gas rumah kaca tersebut, perubahan iklim di dunia juga tidak sama setiap wilayah. Hal ini berkaitan dengan distribusi iklim di setiap wilayah. Efek perubahan iklim akan tidak sama di semua tempat, misalnya tidak semua populasi penduduk mengalami risiko banjir di daerah pantai. 

Banjir karena serangan badai telah mengancam 50 juta penduduk setiap tahun. Apabila permukaan air laut naik setinggi setengah meter, maka angka ini dapat meningkat dua kalinya. Hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa gletser di Greenland telah mencair dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. 

Hal ini akan membahayakan bagi masyarakat yang tinggal di daerah pantai yang rendah. Sebagai contoh jika permukaan air laut naik setinggi 1 meter, hal ini berdampak 1% tanah di Mesir 6% tanah di Belanda dan 17,5% tanah di Bangladesh akan tertutup air, serta hanya 20% tanah di Pulau Marshall yang terletak di atas permukaan air. 

Efek lain terhadap kesehatan manusia tidak didistribusikan secara merata. Efek pemanasan global terhadap lingkungan dan kesehatan tidak hanya karena distribusi yang tidak merata, melainkan juga tergantung dari kemampuan masing-masing negara yang terkena dampak untuk menangani perubahan tersebut.

Perubahan iklim yang tidak merata tersebut mengganggu keseimbangan kesehatan masyarakat. Masyarakat awam banyak mengalami dampak terhadap perubahan iklim tersebut. Perubahan yang berujung ekstrem membuat masyarakat akan mudah menerima begitu saja tanpa memikirkan mitigasi untuk kehidupan mereka selanjutnya. 

Pola iklim yang terus berubah-ubah memberi dampak terhadap kesehatan masyarakat. Misalnya, Efek terhadap pola hujan yang meningkatkan bencana banjir dapat menyebabkan peningkatan kejadian penyakit perut karena efeknya pada sumber air dan penyediaan air bersih, penyakit malaria, demam berdarah dengue, chikungunya dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui rodent seperti leptospirosis. 

Efek tidak secara langsung ini menjadi sangat serius pada daerah di dunia dengan penduduk miskin. Terdapat sejumlah penyakit yang diprediksi prevalensinya akan meningkat sebagai akibat perubahan iklim. WHO (2004) telah mengidentifikasi beberapa penyakit yang sangat besar kemungkinan karena perubahan iklim telah menyebabkan terjadinya wabah. Telah direkomendasikan memasang sistem peringatan dini untuk memonitor perubahan distribusi penyakit.

Keadaan yang semakin rumit ketika penyakit-penyakit tadi sudah menjadi wabah hingga pandemi di suatu wilayah. Misalnya, keadaan dunia yang sedang diguncang dengan COVID-19 diperkeruh dengan keadaan pola iklim global yang terus berubah yang menyebabkan masyarakat mulai kehilangan imunitas tubuh sehingga mereka tidak bisa menjaga dirinya terhadap wabah dan perubahan iklim tersebut. Selain wabah pandemi yang sekarang kita hadapi dan seluruh dunia merasakan, dampak pertumbuhan terhadap penyakit lainnya yaitu seperti diare hingga demam berdarah juga menjadi perhatian publik.

Diare dan demam berdarah dua jenis penyakit yang banyak menjangkiti masyarakat diberbagai dunia. Sifatnya yang tidak terlalu besar namun sangat popular di seluruh lapisan masyarakat. Baik masyarakat desa sampai kota pernah merasakan dua jenis penyakit. 

Perubahan iklim diprediksi berdampak terhadap penyakit diare seperti kolera, karena perubahan curah hujan menyebabkan banjir di musim penghujan yang berakibat epidemi dan sebaliknya terjadi kekeringan di musim kemarau. Perubahan ini juga berdampak terhadap penyediaan air bersih dan sanitasi yang adekuat, serta juga tersedianya makanan yang higienis dan kemampuan menerapkan praktek higiene yang baik pada tempatnya. Sama halnya dengannya, penyebaran demam berdarah juga karena perubahan pola iklim yang terus berubah. 

Dan perubahan tersebut mengarah pada pemanasan global yang menjadi wilayah di bumi ini menjadi dua yaitu wilayah kering dan basah. Keadaan ini semakin memburuk ketika benih-benih populasi dan kemampuan berkembang biak nyamuk Aedes Aeygpti menjadi bertambah banyak dan meluas. Akibatnya, penularan demam berdarah pun juga akan meningkat karena nyamuk dapat hidup di tempat suhu normal. Akibatnya, penyebaran Aedes Aeygpti terus bergerak hingga menembus batas yang tak ditentukan.

Bukan hanya dari sektor kesehatan saja, perubahan pola iklim dunia juga berdampak pada konsekuensi terhadap pembangunan berkelanjutan di suatu wilayah. Karena pada hakikatnya, Pembangunan berkelanjutan sangat krusial dalam kerangka mitigasi yang sukses terhadap perubahan iklim. 

Tidak hanya generasi mendatang saja yang berada dalam ancaman bahaya, beberapa masyarakat di wilayah tertentu telah mengalami dampak perubahan iklim seperti pulau-pulau kecil dan beberapa negara sedang berkembang. Namun, jika kita melihat kemabali uraian diatas, perubahan iklim itu tidak merata di suatu wilayah. Maka dari itu, juga akan berbeda dampak yang ditimbulkan ke area pembangunan berkelanjutan. 

Pembangunan berkelanjutan suatu negara berkaitan pada sektor-sektor penunjang kehidupan masyarakat. Namun, sektir tersebut bisa saja goyah bahkan terhenti karena adanya pergerakan pola iklim dunia yang terus-menerus berubah. Perlu adanya mitigasi penangangan perubahan iklim agar pembangunan bisa berjalan efektif kembali. Kesadaran mitigasi ini ditimbul dari pola pikir masyarakat dan juga kearifan lokal sebagai unsur penunjang. 

Jika tidak diubah bahaya dampak perubahan iklim akan membuat hiruk-pikuk pembangunan berkelanjutan di suatu wilayah. Pembangunan yang berkelanjutan adalah faktor kunci dalam mitigasi perubahan iklim. Agar mitigasi berhasil dalam jangka waktu yang panjang, maka kebijakan dan langkah nyata akan membutuhkan kerjasama dengan inisiatif perlindungan terhadap lingkungan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan keadilan sosial.

Telah diuraikan secara garis besar, bahwa perubahan iklim yang terjadi saat ini menjadi sebuah masalah kehidupan masyarakat jika tidak segera diatasi. Akibatnya, sektor-sektor kehidupan masyarakat dari kesehatan sampai pembangunana berkelanjutan akan mudah goyah. 

Kemungkinan besar perubahan iklim global ini disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti aktivitas industri, transportasi dan intensifikasi pertanian. Terdapat konsekuensi dampak kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Perlu kerjasama di tingkat negara ataupun individu untuk melakukan pembangunan yang berkelanjutan secara adil dalam masyarakat.

*Sumber : Keman, Soedjajadi. 2007. Perubahan Iklim Global, Kesehatan Masyarakat, dan Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 03. II. hlm 195-204.

Dr. Oksfriani Jufri Sumampouw, S.Pi., M.Kes. 2019. Perubahan Iklim dan Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun