Mohon tunggu...
Fatihani Syahira
Fatihani Syahira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya hobi mendengarkan musik, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Misogini di Indonesia: Menelusuri Akar Permasalahannya Melalui Teori Feminisme

25 Juli 2024   16:11 Diperbarui: 25 Juli 2024   17:38 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Feminist Protesters (Credit to : Lindsey lamont on Pixabay)

Framing Oleh Media

Media Massa sering kali menggambarkan perempuan dengan cara yang stereotipikal dan merendahkan, yang dapat memperkuat pandangan misoginis. Representasi perempuan di media sering kali terbatas pada peran-peran tradisional, seperti ibu rumah tangga, objek seksual, atau karakter pendukung yang lemah dan tergantung pada laki-laki. Iklan, film, dan acara televisi sering kali menonjolkan standar kecantikan yang tidak realistis dan mengobjektifikasi tubuh perempuan. Representasi ini tidak hanya membentuk persepsi publik tentang peran dan nilai perempuan, tetapi juga mempengaruhi bagaimana perempuan memandang diri mereka sendiri dan potensi mereka.

Pengalaman Pribadi

Selain itu, pengalaman pribadi negatif atau trauma dengan perempuan tertentu bisa mempengaruhi pandangan seseorang terhadap semua perempuan. Misalnya, ketika seorang laki-laki yang pernah mengalami penolakan atau merasa dikhianati oleh perempuan tertentu mungkin mengembangkan sikap generalisasi negatif terhadap semua perempuan. Trauma atau pengalaman buruk ini bisa memperkuat prasangka dan kebencian, yang kemudian diterjemahkan dalam sikap dan perilaku misoginis.

Untuk mengatasi misogini di Indonesia, beberapa langkah dapat diambil, diantaranya adalah dengan Meningkatkan pendidikan tentang kesetaraan gender dan hak-hak perempuan di sekolah, tempat kerja, dan masyarakat luas merupakan langkah penting. Menghapus stereotip gender melalui peran Media Massa, kurikulum pendidikan, dan kampanye kesadaran juga diperlukan. Pemberdayaan perempuan melalui pemberian lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan, dan peran kepemimpinan juga penting. Selain itu, mendorong pemerintah untuk membuat dan menegakkan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender dan melindungi hak-hak perempuan merupakan langkah konkret.

Terakhir, membangun solidaritas di antara perempuan dan memberikan dukungan kepada mereka yang menjadi korban misogini akan membantu menciptakan lingkungan yang lebih mendukung. Misogini adalah masalah kompleks yang memerlukan pendekatan menyeluruh untuk mengatasinya. Dengan memahami akar permasalahan melalui teori feminisme, kita dapat mengambil langkah-langkah konkret untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan setara bagi semua gender.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun