Studi islam dan sains merupakan dua disiplin ilmu yang saling berkaitan erat. Dalam islam manusia diperintah untuk meakukan tafakur alam agar kita bisa mensyukuri nikmat yang telah Allah karuniakan. Dan dalam Al-Quran banyak pembahasan yang berisi tentang pengetahuan semesta alam.  Yang mana apabila seseorang membacanya kemudian memahami maknanya, dan melakukan penelitian, maka bisa menghasilkan karya atau temuan. Seperti  kisah firaun yang telah tetulis dalam Al-Quran sejak dahulu, hingga kemudian Maurice  Bucaille  mengkaji  studi tentang mumi fir’aun. karena takjubnya ia terhadap bukti kebenaran Al-Quran akhirnya ia pun masuk islam.(Hakim, 2023)Â
Sains adalah usaha manusia untuk menjelaskan fenomena alam dengan menggunakan metode ilmiah, yang berdasarkan pada observasi, eksperimen, dan rasionalitas. Kedua bidang ini memiliki tujuan yang sama, yaitu mencari kebenaran dan kesejahteraan bagi manusia. Akan tetapi pada realitanya, dizaman ini masih ada golongan yang menganggap bahwa orang yang belajar agama tidak perlu belajar ilmu sains atau ilmu umum lainnya, karena dianggap mengganggu. Sedangkan bagi orang yang belajar ilmu umum, mereka cenderung tidak mau mempelajari ilmu agama karena  mereka menganggap bahwa ilmu agama itu tidak penting dan bersifat kuno.Â
Seiring berkembangnya zaman, Ilmu pengetahuan dan teknologi juga semakin berkembang pesat. Â Perkembangan tersebutlah yang secara tidak langsung telah mengubah cara pandang, gaya hidup, dan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, agama juga harus berkembang untuk menyesuaikan tantangan zaman. Sehingga orang muslim bisa tetap mengikuti perkembangan zaman dengan tetap berpegang teguh pada ajaran islam, yaitu Quran dan sunnah. Seringkali dalam islam, ajaran ulama terdahulu bersifat paten. umat yang membaharui ilmu dianggap tidak setia terhadap ajaran islam terdahulu. Padahal banyak problematika saat ini yang tidak terjadi di zaman dulu. Pembaharuan ilmu boleh dilakukan, selama itu tidak menyalahi hukum islam.Pemisahan sains dari agama cenderung membuat krisis eksistensial, karena mereka kehilangan makna, visi, dan legistimasi dalam hidup. Â (Moch. Nurcholis, n.d.)
Oleh karena itu, diperlukannya modernisasi beragama. Moderasi beragama merupakan kolaborasi sikap Islam dengan landasan keberagamaan sebagai seorang muslim dari seluruh dimensi baik akidah, ibadah, dan muamalahnya bermuara pada makna moderasi  Peran Islam dalam moderat ini berada di tengah-tengah yaitu tidak liberal, tidak radikal, dan tidak ekstrimis(Awaluddin, 2023). Dalam implementasinya perguruan tinggi bisa mengadakan penelitian interdisipliner ilmu dari disiplin studi islam dan sains untuk memecahkan problematika yang terjadi saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Awaluddin, R. Z. S. (2023). Studi Islam Interdisipliner dalam Pendidikan Islam Berbasis Moderasi Beragama. 08(1).
Hakim, L. (2023). Mumi Fir ’ aun dalam al-Qur ’ an : Studi QS . Yunus [ 10 ]: 92 Perspektif Tafsir Al-Mishbah. 8(1).
Moch. Nurcholis. (n.d.). Integrasi Islam Dan Sains: Sebuah Telaah Epistemologi. 2021, 12, 116–134.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H