Mohon tunggu...
Fatih Alfali
Fatih Alfali Mohon Tunggu... -

college student, fat, curly and 18 :-)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sebuah Senyuman Kecil

16 Januari 2011   09:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:31 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada malam hari di satu tempat, hujan mengguyur dengan deras. Malam itu menjadi malam yang sangat panjang bagi saya. Mencari kendaraan umum yang tak kunjung datang, saya pun mencari tempat yang nyaman untuk berteduh dari hujan. Ya saya berhasil mendapatkan halte yang dapat melindungi saya dari derasnya hujan. Pada saat itu, saya bersama 2 orang lainnya nampak cemas menantikan kedatangan kendaraan umum yang akan mengantarkan saya pulang. Beberapa saat setelah itu, hujan pun nampak reda dan memberikan hawa sejuknya. Tiba tiba, dari arah kiri, datang seorang anak kecil yang menggunakan baju sangat tipis. Nampak ia kedinginan serta kebasahan akibat hujan yang mengguyurnya. Ia pun berkata kepada orang yang duduk di belakang saya, "pak, payung pak, payung buat hujan pak", pria itu pun tidak menanggapi anak itu, dan bahkan ia cenderung menanggapinya sinis. Lalu sekilas, saya memerhatikan reaksi anak tersebut. Anak itupun kembali berbicara, "terima kasih pak", ia memberikan senyuman riang kepada orang itu meski badannya mengigil kedinginan. Saya pun sempat bertanya tanya, apa yang akan saya lakukan, apa yang akan saya berikan kepada anak itu? Senyuman kah atau sikap yang sama seperti pria di belakang saya. Tak lama pun anak itu menghampiri saya dan memberikan senyuman yang sama dengan senyuman yang tadi. "Mas, payung mas?" Saya berdiam sejenak sambil melihat keadaan sekitar. Lalu saya menjawab sapaan anak tersebut, "boleh, anterin ke depan warung itu ya?" Anak itu pun menjawab, "boleh mas, ayo" kami pun segera berjalan menuju warung tersebut. "Ini payungnya, berapa ongkosnya dek?" Lalu anak itu menjawab, "terserah mas aja, saya mas terima aja kok", kembali saya terdiam, melihat keikhlasan seorang anak kecil. Lalu saya mengambil uang yang ada didalam kantong saya sembari memberi uang pecahan sepuluh ribu rupiah. Anak itu pun menerima dengan senyuman dan berkata, "makasih mas, saya ambil kembalian dulu ya", saya pun langsung menanggapinya, "eh gak usah dek, itu ambil aja semua, buat kamu beli obat sama roti", anak itupun kembali tersenyum dan berkata, "wah makasih banyak mas, makasih ya" ia kembali melontarkan senyuman dan berpamitan dengan saya untuk pulang. Sebelum anak itu pergi, saya kembali bertanya, "rumah lo dimana dek?", lalu anak itupun menjawab, "di Bekasi bang" ia pun pergi dengan senyumannya. Saat itu pula saya begitu merasakan apa arti senyum dan keikhlasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun