Mohon tunggu...
Fatih Adri
Fatih Adri Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Content writer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mereka yang Terbunuh Oleh Tangan Jahanam Masyarakat

16 Oktober 2019   19:15 Diperbarui: 16 Oktober 2019   19:24 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jamey Rodemeyer, Credit : Wikipedia

Senin, 14 Oktober 2019. Dunia Kpop diguncang dengan berita kematian Choi Jin ri atau lebih dikenal sebagai Sulli. Mantan personel girlband f(x) tersebut ditemukan sudah tidak bernyawa oleh manajernya di lantai dua apartemennya pada senin sore. 

Polisi setempat mengatakan bahwa sang manajer sudah tidak bisa menghubungi Sulli sejak 13 Oktober 2019 lalu. Penyebab kematiannya diduga karena bunuh diri akibat depresi yang amat berat. Meski tidak menemukan surat kematian, polisi medapatkan catatan-catatan berisi curahan hati dari pelantun soundtrack drama Goblin tersebut. 

Selama ini Sulli diketahui selalu mendapat beragam serangan dan komentar negatif di media sosialnya. Di kala Sulli memposting sesuatu, di situlah nyinyiran netizen berkumandang. Sejak berpacaran dengan Choiza, rapper asal Korea Selatan, nama Sulli seperti tidak bisa lepas dari komentar negatif. Para netizen Kpop tersebut seperti tidak bisa menerima kebebasan idolanya. Mereka hanya menuntut kesempurnaan dari sang bintang. 

Sebelumnya di suatu acara di TV Korea Selatan, Sulli pernah mengatakan bahwa ia memiliki gangguan panik dan fobia sosial. Sejak berita kematiannya beredar, sejumlah video live stream di Instagramnya kembali mencuat. Salah satunya adalah saat ia tersenyum kecil sambil berkata 

"Aku bukan orang jahat. Kenapa kalian berbicara jelek tentang aku? Beri tahu aku satu hal yang membuatku pantas diperlakukan seperti ini."

Selain itu, ada juga video live stream dimana ia hanya menangis di depan kamera. Tanpa berkata apapun. Dari sini bisa terlihat betapa sakit perasaannya saat itu. 

Sulli memang bukan satu-satunya korban dari tangan jahanam netizen. Sebelumnya ada Megan Taylor Meier, seorang gadis yang belum genap berusia 14 tahun yang tinggal di Missouri, Amerika Serikat. Sama seperti Sulli, ia memilih mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri  pada 17 Oktober 2006 lalu, beberapa minggu sebelum hari ulang tahunnya. 

Setelah diusut, polisi mengetahui bahwa bunuh diri tersebut dilakukan karena Megan merasa depresi berat setelah dipermalukan di dunia maya oleh Lori Drew, ibunda dari kawan sekolahnya.

Megan Taylor Meier. Credit : findagrave
Megan Taylor Meier. Credit : findagrave
Ada pula Amanda Michelle Todd.  Gadis kelahiran 27 November 1996 ini melakukan  juga menggantung dirinya sendiri pada tanggal 10 Oktober 2012 di kediamannya, di Port Coquitlam, British Columbia, Kanada. Bukan hanya via internet, Amanda juga mendapat bully secara langsung oleh teman-teman sekolahnya. 

Bahkan meski ia telah pindah sekolah, bully tersebut tetap tidak hilang. Akhirnya, pada 7 Oktober 2012, ia mengunggah video ke Youtube berjudul "My Story: Struggling, bullying, suicide and self harm",  yang berisi curhatan mengenai penderitaan yang ia alami. Sebelum akhirnya ia mengakhiri hidupnya sendiri.

Amanda Michelle Todd, Credit : Pinterest
Amanda Michelle Todd, Credit : Pinterest
Seolah tak memandang gender, cyberbullying juga menimpa remaja lelaki bernama Jamey Rodemeyer. Ia merupakan seorang aktivis anti homophobia dan seorang gay. Jamey dikenal sebagai sosok yang sering memperjuangkan kesadaran anti homophobia melalui YouTube dan Formspring-nya. 

Sayang, upaya remaja berusia 14 tahun tersebut tidak mendapat respon baik dari netizen. Banyak yang menyumpahinya untuk mati. Tak kuat menahan bully yang semakin menjadi, akhirnya Jamey menggantung diri di kamarnya pada 18 September 2011 lalu.

Jamey Rodemeyer, Credit : Wikipedia
Jamey Rodemeyer, Credit : Wikipedia
Mereka hanya segelintir korban pembunuhan dari cyberbullying. Masih banyak lagi kasus serupa yang mungkin tidak terekspose. Kebanyakan para pembully tidak sadar kalau mereka membully. Dibanding berintrospeksi, mereka lebih sering menyalahkan keberadaan korban. Atau bahkan berpura-pura menjadi bagian dari orang yang bersedih, tanpa menyadari kalau ialah salah satu pembunuhnya.

Tidak ada seorangpun yang benar-benar ingin mengakhiri hidup mereka sendiri. Meninggalkan orang-orang yang disayangi dan menyayangi mereka. Namun, tangan jahanam para haters tersebutlah yang akhirnya mendorong mereka ke dalam jurang keputusasaan dan depresi yang mendalam. Merekalah pembunuh berdarah dingin yang sebenarnya. Merasa kuat dan aman dengan berlindung dibalik nama anonymous.

Tidak semua orang memiliki mental kuat untuk bertahan. Tidak semua insan punya keberanian untuk melawan. Banyak dari mereka yang justru merasa takut dan malu. Takut untuk melawan. 

Malu untuk berterus terang. Sebagai gantinya, semua bentuk kebencian orang lain tersebut hanya disimpan dalam hati. Bagi mereka yang bisa bertahan, akan menjadi motivasi tersendiri untuk terus menjalani hidup. Sebaliknya, bagi yang tidak bisa bertahan akan terjerembab ke dalam jurang keputusasaan mendalam, yang akhirnya akan melahirkan keinginan mengakhiri hidup.

Berbagai kasus bunuh diri karena cyberbullying harusnya membuat kita semakin sadar akan keberadaan orang di sekitar. Jangan membandingkan masalah sendiri dengan milik orang lain. Masalah bukanlah sesuatu yang muncul untuk dipertandingkan. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari sebuah masalah. Sebagai sesama yang memiliki masalah, justru harus digunakan untuk saling memahami. Bantu ia seperti kamu ingin dibantu. 

Credit : bridgesofpbc.org
Credit : bridgesofpbc.org
Mari hilangkan budaya bullying di antara kita, sesama makhluk Tuhan. Perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan.  Jangan sampai ada yang terbunuh lagi oleh tangan jahanam tak bertanggung jawab. 

Berkomentarlah sebijak mungkin. Beri mereka kritik dan saran jika salah. Beri mereka pujian jika mereka benar. Karena tidak ada manusia yang bisa luput dari kesalahan. Namun, tidak ada manusia yang hidupnya merupakan kesalahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun