Mohon tunggu...
Moch Fatih Allam Firmansyah
Moch Fatih Allam Firmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Malang

Suka Sejarah dari berbagai bidang dan Otomotif nuansa Retro Klasik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Peranan Irigasi Kedungkandang Sebagai Peninggalan Belanda yang Tetap Eksis Saat Ini

8 Maret 2023   03:59 Diperbarui: 19 November 2023   18:50 995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lanjutan dari irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) yang mencabang menjadi dua di daerah Gading Selatan. (Dokpri)

Pengertian Irigasi 

Menurut Sosrodarsono dan Takeda dalam Priyonugroho (2014) irigasi merupakan penyaluran air yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman dari tanah secara sistematis. Menurut PP No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi menjelaskan bahwa irigasi merupakan usaha penyediaan, pengaturan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang sejenis (Priyonughroho 2014:459). 

Dapat dikatakan bahwa irigasi merupakan upaya pemerintah dalam pendisribusian air dari beberapa sumber air yang ada (seperti sungai, waduk, air tanah dan sistem pasang surut) untuk kesuburan tanah pertanian dan kebutuhan masyarakat sekitar. 

Setelah itu, irigasi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evaporasi, kekeringan tanah dan kebutuhan air dengan memperhatikan kapasitas air melalui air hujan serta kontribusi air tanah (Sosrodarsono dan Takeda dalam Priyonugroho 2014:459)

Irigasi juga bergantung pada ketahanan air di setiap wilayah yang ada di Indonesia. Menurut Grey dan Sadoff (2007) ketahanan air merupakan ketersediaan air secara kuantitas dan kualitas untuk kebutuhan masyarakat serta tingkat risiko air yang ada. 

Dari pengertian tersebut, dapat dikonsepkan bahwa ketahanan air sebagai kebalikan dari kelangkaan air (Wiberg dalam Radhika dkk 2018:66). Dari pernyataan tersebut bahwa irigasi bergantung pada ketahanan air dan tingkat risiko air yang ada di setiap wilayah Indonesia serta dikonsepkan sebagai kebalikan dari kelangkaan air. 

Pembangunan irigasi di Indonesia ini sudah dibangun pada masa kerajaan hindu-buddha hingga sekarang. Pada masa kerajaan hindu-buddha, irigasi air dibangun sebagai bentuk ketahanan sumber daya air dan memperkuat ketahanan pangan pada bidang sosial ekonomi (agraris). 

Pembangunan irigasi air dari kerajaan hindu-buddha tersebut, tetap dikembangkan oleh pihak kerajaan maupun masyarakat sekitar hingga masa kesultanan islam di nusantara. Setelah masa kesultanan islam, nusantara (Indonesia) pada masa itu diduduki oleh penjajah dari bangsa barat seperti Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda. 

Beberapa tahun kemudian atau tepatnya pada masa kolonial, pembangunan irigasi air dikembangkan lebih lanjut oleh pemerintah Hindia Belanda (Netherland Indies) dan dilakukan di seluruh wilayah termasuk Pulau Jawa mulai abad ke-19 hingga abad ke-20.

Pembangunan Irigasi Pada Masa Kolonial

Menurut Ravesteijn (1997:3) pada masa kolonial, masyarakat pribumi yang bekerja menjadi petani umumnya menanam padi di tanah kering dengan tanggul yang ada disekitarnya untuk menahan air hujan. 

Selanjutnya, petani akan membudidayakan tanaman yang ada di lahan pertanian tersebut salah satunya padi. Padi tersebut akan diailiri air tersebut melalui saluran irigasi buatan dari bambu, batu dan bahan alam sekitarnya serta menggunakan pipa untuk mengalirkan air tersebut. 

Sebelumnya, para petani memastikan sumber air yang akan digunakan irigasi mencukupi kebutuhan bertani dan sumber air tersebut berasal dari sungai atau sumur yang ada disekitarnya. 

Dari irigasi buatan tersebut, para petani tidak bergantung pada air hujan dalam waktu tertentu dan beralih menggunakan daerah resapan yang kapasitas airnya lebih besar. 

Hal tersebut dapat memungkinkan para petani untuk menanam padi atau tanaman sejenis di luar musim hujan. Dari pernyataan tersebut bahwa masyarakat pribumi khususnya yang bekerja menjadi petani telah membuat saluran irigasi air sederhana untuk kebutuhan pertanian dan pangan pada masa itu. 

Irigasi tersebut dibuat dari bahan alam sekitarnya seperti bambu, batu dan bahan alam sekitarnya serta menggunakan pipa untuk mengalirkan air ke lahan pertanian yang dituju.

Selain itu, sistem irigasi air di seluruh Pulau Jawa pada masa itu masih bersakala kecil, sederhana dari segi desain bentuknya dan ketahanan irigasi yang tidak bertahan lama (mudah hancur). 

Dari ketahanan irigasi, apabila volume air tinggi akan menghancurkan saluran irigasi tersebut dan mengalami banjir disekitar wilayah tersebut. Setelah itu, pemerintah Hindia Belanda mencari solusi dalam mengatasi ketahanan pangan termasuk lahan pertanian dengan menggunakan teknik irigasi barat (Belanda) yang memiliki tujuan memperbaiki sistem irigasi yang ada (Ravesteijn, 1997:4). Pembangunan irigasi air di Pulau Jawa mulai dibangun pada abad ke-20 dan melibatkan beberapa insinyur dari barat (Belanda). 

Dari pembangunan tersebut, pemerintah Hindia Belanda menghasilkan beberapa irigasi air yang tersebar di seluruh Pulau Jawa dan dapat digunakan untuk kebutuhan pertanian dan sumber mata air bagi masyarakat sekitar. Irigasi yang dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Proyek irigasi yang ada didaerah Malang sendiri ditunjukkan pada nomor 21 dan 22 (yang diblok pada tabel tersebut). Irigasi Molek (Molek wergen) yang bersumber dari Sungai Brantas di Blobo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang dan Irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) yang bersumber dari Sungai Amprong di Kedungkandang, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Pembahasan berikutnya akan difokuskan pada irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken).

Irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken)

Irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) merupakan irigasi buatan Belanda (masa kolonial) dari Sungai Amprong yang terletak di Kedungkandang, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang sampai daerah Gondanglegi Kulon, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. 

Sungai Amprong sendiri asal mulanya dari cabang sungai-sungai yang ada di daerah Sukolilo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang dan mengalir hingga ke daerah Kedungkandang, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. 

Irigasi ini termasuk dalam proyek BOW (Burgerlijke Openbare Werken) atau Dinas Pekerjaan Umum Hindia Belanda pada tahun 1904-1915 dan pembangunan irigasi ini lebih lama karena panjangnya jarak antara daerah Kedungkandang hingga Gondanglegi. 

Sebelum dibangun irigasi ini, daerah Kedungkandang hingga Gondanglegi mengalami kekeringan air untuk kebutuhan lahan pertanian dan sumber pangan masyarakat sekitar. 

Setelah itu, pemerintah Belanda juga membangun tempat industri dan sarana kebutuhan lahan pertanian yang berhubungan dengan irigasi ini seperti Pabrik Gula Krebet Baru (Suikerfabriek Krebet), Jembatan Talang Air Bululawang (Waterbrug te Boeloelawang bij Malang) dan lain sebagainya. Beberapa gambar dan lokasi pada google map ditunjukkan pada penjelasan berikut ini. 

Lokasi awal irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) berupa dam di Kedungkandang, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. (Dokpri)
Lokasi awal irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) berupa dam di Kedungkandang, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. (Dokpri)

Gambar di atas menunjukkan bahwa lokasi awal dari irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) di Kedungkandang, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang. Lokasi awal tersebut berupa dam yang membendung aliran sungai Amprong dari daerah Sukolilo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang.

Lokasi akhir irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) berupa irigasi yang dipersempit. (Dokpri)
Lokasi akhir irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) berupa irigasi yang dipersempit. (Dokpri)

Gambar di atas menunjukkan bahwa lokasi akhir dari irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) berupa irigasi yang dipersempit di daerah Gondanglegi Kulon, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. Irigasi ini dipersempit karena dicabangkan menjadi 2 sungai dan sebagiannya dialirkan ke lahan pertanian yang ada disekitarnya. Untuk gambaran irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) bisa dilihat pada gambar dibawah ini.

Asal mula irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) yang cabangnya dari Sungai Amprong dan dibendung dengan dam ini. (Dokpri)
Asal mula irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) yang cabangnya dari Sungai Amprong dan dibendung dengan dam ini. (Dokpri)

Gambar di atas menunjukkan bahwa asal mula dari irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) berupa dam yang membendung aliran Sungai Amprong. Dam ini terletak di daerah Kedungkandang, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang dan dapat dilalui oleh kendaraan roda dua untuk menyeberangi irigasi ini.

Dam ini merupakan lanjutan dari irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) (Dokpri)
Dam ini merupakan lanjutan dari irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) (Dokpri)

Gambar di atas menunjukkan bahwa lanjutan dari irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) yang mengarah ke dam ini. Dam ini terletak di daerah Kedungkandang, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang dan aliran irigasi ini mencabang menjadi dua, yang satunya ke Sungai Amprong (dibawah Jembatan Kedungkandang) dan satunya lagi mengarah ke daerah Buring sampai Dam Tangkil Kidul. 

Dam Tangkil Kidul merupakan lanjutan dari irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) (Dokpri)
Dam Tangkil Kidul merupakan lanjutan dari irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) (Dokpri)

Gambar di atas menunjukkan bahwa lanjutan dari irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) mengarah ke Dam Tangkil Kidul. Dam ini terletak di daerah Tangkilsari, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang dan aliran irigasi ini mencabang menjadi dua irigasi, yang satunya mengarah ke Sungai Meri dan satunya lagi mengarah ke Dam Zwereg.

Dam Zwereg merupakan lanjutan dari irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken).  (Dokpri)
Dam Zwereg merupakan lanjutan dari irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken).  (Dokpri)

Gambar di atas menunjukkan bahwa lanjutan dari irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) mengarah ke Dam Zwereg. Dam ini terletak di daerah Jambearjo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang dan aliran irigasi ini mengarah ke Jembatan Talang Air Bululawang (Waterbrug te Boeloelawang bij Malang).

Jembatan Talang Air Bululawang (Waterbrug te Boeloelawang bij Malang) merupakan kelanjutan dari irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken). (Dokpri)
Jembatan Talang Air Bululawang (Waterbrug te Boeloelawang bij Malang) merupakan kelanjutan dari irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken). (Dokpri)

Gambar di atas menunjukkan bahwa lanjutan dari irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) mengarah ke Jembatan Talang Air Bululawang (Waterbrug te Boeloelawang bij Malang). Jembatan talang air ini terletak di daerah Bululawang, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang dan aliran irigasi ini melewati Sungai Manten yang ada di bawah jembatan. 

Dibangunnya jembatan talang air ini bersamaan dengan pembangunan Pabrik Gula Krebet (Suikerfabrieks Krebet) yang dimulai pada tahun 1904-1905 dan irigasi ini mengarah ke daerah Krebet. Arsitektur jembatan air ini menggunakan model jembatan talang air yang ada di negara Belanda sendiri dan lebih panjang serta lebar dari jembatan talang air lainnya yang ada di Indonesia pada saat itu.

Lanjutan dari irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) yang mencabang menjadi dua di daerah Gading Selatan. (Dokpri)
Lanjutan dari irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) yang mencabang menjadi dua di daerah Gading Selatan. (Dokpri)

Gambar di atas menunjukkan bahwa lanjutan dari irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) yang mengarah ke daerah Gading Selatan, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang dan aliran irigasi ini mencabang menjadi dua, satunya mengarah ke Sukonolo dan satunya lagi mengarah ke Gondanglegi.

Dam ini merupakan lanjutan dari irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) yang terletak di Putat Kidul, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. (Dokpri)
Dam ini merupakan lanjutan dari irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) yang terletak di Putat Kidul, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang. (Dokpri)

Gambar di atas menunjukkan bahwa lanjutan dari irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) mengarah ke dam ini. Dam ini terletak di daerah Putat Kidul, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang dan bentuk dam ini berbeda dengan dam yang sebelumnya. Untuk kinerja dam ini sama seperti sebelumnya tetapi aliran irigasi ini melewati bawah tembok pembatas tersebut (dibawahnya ada lubang untuk mengalirkan irigasi ini) dan sayangnya dam ini dipenuhi sampah atau limbah rumah tangga dari masyarakat sekitar.

Peranan Irigasi

Irigasi Kedungkandang (Kedungkandang werken) ini masih berfungsi hingga saat ini dan digunakan untuk kebutuhan lahan pertanian disekitar irigasi tersebut serta kebutuhan air untuk produksi gula di Pabrik Gula Krebet Baru. Di Jembatan Talang Bululawang (Waterbrug te Boeloelawang bij Malang) ini digunakan sebagai destinasi wisata masyarakat sekitar dan luar daerah Malang untuk menghabiskan liburannya ke tempat-tempat bersejarah seperti Candi Jago di Tumpang, Candi Kidal di Kidal dan Situs Ngawonggo di Ngawonggo 

Daftar Rujukan

Priyonugroho, Anton. 2014. Analisis Kebutuhan Air Irigasi (Studi Kasus Pada Daerah Irigasi Sungai Air Keban Daerah Kabupaten Empat Lawang). Palembang: Universitas Sriwijaya.

Radhika dkk. 2018. Ketahanan Air Irigasi Pada Wilayah Sungai di Indonesia. Bandung: Pustlitbang Sumber Daya Air Balitbang Kementerian PUPR.

Ravesteijn, Wim. 1997. De Zegenrijke Heeren Der Wateren Irrigatie en straat op Java, 1832-1942. Delft: Delft University Press 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun