Iman, Islam dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara Ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah SWT.
"Jadi ketiganya adalah satu kesatuan dan tidak bisa dipisahkan, Ibarat bangunan rumah, iman sebagai fondamennya. Islam sebagai tembok dan bangunan lainnya. Sedangkan Ihsan adalah atap dan ornamen lainnya" kata KH Syaikuddin Rahman saat kajian Aswaja di Masjid Al-Musthofa Bakung Udanawu Blitar, Senin (21/5)
 para ulama mengelompokkannya lewat tiga cabang ilmu pengetahuan, Pertama Iman dipelajari melalui ilmu Tauhid (teologi) yg menjelaskan tentang pokok-pokok keyakinan (aqidah).Â
Kedua, Islam berupa praktek amal lahiriah disusun dalam ilmu Fiqh, yaitu ilmu mengenai perbuatan amal lahiriah manusia sebagai hamba Allah.
Sedangkan untuk mempelajari Ihsan sebagai tata cara beribadah adalah bagian dari ilmu (Tasawuf) melalui thariqah.
Iman adalah keyakinan dalam hati yang diucapkan oleh lisan dan diwujudkan dalam amal perbuatan.Keyakinan tersebut meliputi enam rukun iman, yaitu iman kepada Allah, iman kepada Malaikat, iman kepada Kitab, iman kepada Nabi dan rasul, iman kepada hari akhir serta iman kepada, qadla dan qadar.
Sedangkan Islam, dijelaskan dengan penjabaran lima rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji bagi yang mampu.
Lalu Ihsan. Menurut lulusan pesantren Lirboyo Kediri ini, Ihsan adalah cara bagaimana seharusnya kita beribadah kepada Allah SWT. Rasulullah mengajarkan agar ibadah kita dilakukan dengan cara seolah-olah saat ibadah kita berhadapan secara langsung dengan Allah. Cara ibadah ini akan membawa ibadah kita ke maqom (tingkat) yang lebih dekat kepada Allah dengan perasaan penuh harap, takut, khusyu', ridlo, dan ikhlas kepad Allah SWT.Â
Dikatakan, jika cara tersebut belum bisa dilakukan, maka ibadah dilakukan dengan keyakinkan bahwa Allah pasti melihat dan mengetahui semua yang dilakukan. Dengan demikian, tentu manusia akan berusaha semaksimal mungkin dalam menjalankan perintah dan meninggalkan larangan Allah.
"Perasaan tersebut menjadikan ibadah yg kita lakukan tidak hanya sekadar menjadi kewajiban, tetapi merupakan kebutuhan jiwa dalam penghambaan diri kepada Allah," jelasnya.
Â