Sebujur tubuh yang berisikan nyawa ataupun juga biasa di sebut ruh, teringkas banyak isi dari isi kesatuan tubuh hingga dapat bergerak seperti yang mereka ingin.
Tak sampai di situ, kepala yang jika di bongkar hanya berisi segumpal otot bercampur darah itu yang di sebutnya tempat berpikir dan juga sebagai alat mengukur kecerdasan diri juga untuk menilai orang.
Belum cukup di situ, ada dada yang di dalamnya terdapat daging yang katanya bisa bergerak, sehingga daya hidup manusia bisa di ukur dari bagian tersebut kata sekelompok manusia yang di wakili suatu golongan yang di sebut dokter.
Nyawa atau ruh yang seharusnya berdiam diri menjadi inti dari si tubuh yang dapat bergerak, nyatanya juga tidak seperti itu gunanya, mungkin sampai ruh itu sendiri bingung dan bertanya apakah gerangan yang di lakukan atau kadang seringkali di inginkan oleh raga yang di tempati, sedangkan tubuh selalu menuntut ruh itu untuk menuruti dan mencukupi apa yang di ingini juga di butuhkan oleh raga yang di tempatinya.
Tak sadar raga tersebut akan si penitip ruh itu, yang sekalipun ruh itu dekat dengan sang penitip, tapi tidaklah mau menyadari akan segala aturan yang harus di jalani juga di lakukan sebelum keinginan itu terpenuhi.
Di raga itu juga mengalir darah, bukan saja darah suci yang katanya murni hanya menginginkan kebaikan, tapi tanpa di sadari oleh si raga tersebut, darah suci itu hanya sedikit. Dan sering tercampur oleh darah yang sudah pastinya terkontaminasi dengan darah kotor, yang sama juga di miliki oleh hewan juga makhluk lain selain manusia..
Tak sadar seperti itu, yang lebih parahnya lagi pengakuan sebagai pemilik tubuhlah yang seringkali menipu, dan menutup jalan agar darah yang suci itu mengalir ke seluruh tubuh, sehingga yang terjadi dalam kehidupan manusia adalah sifat hewaninya juga sifat setannya dan mungkin sifat malaikatnya..
Bukan seperti itu yang mungkin di namakan manusia yang di ciptakan, bukan yang tiba-t8ba ada di dunia tanpa ada kehendak dari sang pencipta.Â
Inilah yang sering kita jumpai mungkin di kehidupan setiap harinya,,,, dan selalu terjadi kehewanan manusia yang seharusnya mampu menjaga juga menyelamatkan dirinya dari sifat-sifat mahluk lain yang sebelumnya tahu bahea manusia tercipta di bumi memang berbeda, karena beralasan satu, yaitu sebagai khalifah atau pemimpin juga contoh bagi kehidupan mahluk lainnnya..
Tapi apa daya manusia sekarang yang sering kali terjebak dalam keinstanan hidup, dan hanya melihat tanpa mau belajar, yang hanya ikut tanpa mau bertanya, yang hanya mencari tanpa mau menikmati..
Ulasan ini seharusnya mampu untuk membuat kita bisa berfikir, di posisi mana kita selama ini, di posisi manusia yang berkehewanan? Manusia berkesetanan? Atau manusia bermalaikatan? Atau mungkin manusia-manusia'an?